Part 9 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 9 LOVE IN RAIN
"Sorry ya nyampe rumahnya jadi kemaleman kaya gini." sahut Dion saat sudah berada di depan rumah Viona
"Gapapa kali, ini mah masih sore. Pulang kerja kan lebih malam dari ini." balas Viona santai sambil mulai berjalan menuju teras rumahnya
"Perasaan dari tadi Viona ngomongnya jadi lembut gini ya, ga ketus ataupun sinis lagi. Apa sekarang dia udah berubah." pikir Dion sambil berjalan mengikuti Viona
"Mama." panggil Viona berulang kali sambil terus mengetuk pintu rumahnya
"Iya sayang, sebentar." jawab Vina dari dalam rumah. "Loh koq kamu udah pulang jam segini?." tanyanya saat sudah membuka pintu
"Mmm Viona emang sengaja pulang lebih cepat Ma." jelas Viona dengan sedikit gugup sambil mengecup hangat punggung tangan kanan mamanya itu
"Kenapa?." Vina mengerutkan kening heran
"Tante." sapa Dion yang langsung berjabatan tangan dengan Vina
"Dion, Viona kenapa?." tanya lurus Vina. "Kamu sakit sayang? koq baju kamu basah gini." lanjutnya sambil memegang sebelah lengan Viona
"Ngga Ma, Viona ga sakit. Cuma..."
"Maaf tante, tadi saya ngajak Viona hujan-hujanan." Dion memotong perkataan Viona
"Hujan-hujanan?." Vina terlihat begitu terkejut. "Sayang, nanti kamu bisa sakit. Koq malah hujan-hujanan?." lanjutnya sambil menatap cemas Viona
"Viona ga bakal sakit koq Ma." Viona tersenyum dengan tenang
"Maaf sebelumnya tante, tadi saya cuma ingin mencoba menghilangkan kebenciannya Viona pada hujan. Karena memang sebenarnya hujan ga membuat orang sakit, itu hanya sebuah sugesti yang mungkin sudah tertanam pada diri Viona sejak kecil." jelas Dion dengan wajah tidak enak hati
"Mungkin kamu benar, tapi bagaimanapun juga untuk mengubah sugesti yang sudah tertanam selama belasan tahun itu tidaklah mudah." Vina menunjukkan wajah keraguan
"Saya tau tante, tapi percaya sama saya. Setelah ini Viona ga akan sakit lagi gara-gara hujan, begitupun untuk seterusnya." Dion mencoba meyakinkan. "Lagipula bukankah kita harus membuktikannya terlebih dahulu, sebelum menganggap suatu hal yang tidak sepenuhnya benar itu memang benar adanya."
"Baiklah, tante akan mencoba untuk mempercayainya. Karena mungkin selama ini tante udah salah, terus-menerus menanamkan sugesti itu pada Viona. Padahal seharusnya tante membantu menghilangkannya." Vina menatap dengan sangat tenang
"Terimakasih tante." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Yaudah kalau begitu, kita masuk ke dalam yu. Biar tante buatkan susu jahe buat kalian." ajak Vina
"Ga usah tante, ga enak udah malem." tolak Dion lembut
"Ini kan baru jam 7 Dion." Vina menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Mmm iya sih tante, tapi kan..."
"Udah lo masuk aja, lagian susu jahe buatan nyokap gue ini enak koq dan tentunya sehat, ga mengandung racun." sahut Viona dengan sangat santai
"Hah racun?." Vina nampak tercengang
"Yaudah." Dion tersenyum polos menahan malu
"Yaudah apa?." tanya lurus Viona
"Ya-yaudah gue mau masuk untuk nyobain susu jahe buatan nyokap lo." jawab Dion sedikit gugup
"Oh." sahut Viona singkat yang kemudian langsung masuk ke dalam rumah lalu pergi ke kamarnya
"Dion tunggu sebentar disini ya. Tante buatkan dulu susu jahenya, nanti juga Viona akan segera kembali kesini." jelas Vina dengan tenang
"Iya tante." Dion mengangguk santai
"Rumah ini nampak begitu kecil dan sederhana. Namun menjadi istimewa karena kehangatan yang tercipta dari hubungan para pengisinya." gumam Dion sambil melihat ke semua sudut ruangan tempatnya duduk sekarang
Sebuah ruang tamu yang terkesan sangat kecil bagi Dion, diisi oleh kursi dan meja sederhana juga sebuah tv kecil di sudut kanan dari arah pandangannya. Lalu terdapat satu kamar di dekat jalan penghubung yang sepertinya menuju dapur. Kemudian dua kamar lainnya yang berada di sebelah kiri pintu rumah.
"Ini jas lo." sahut Viona yang langsung mengagetkan Dion
"Hah?." Dion terperanjat dan langsung mengerjapkan matanya
"Ini jas yang lo pinjemin buat gue malam itu, sorry ya gue lupa jadi baru gue balikin sekarang." Viona menyodorkan jasnya
"Oh iya, gapapa koq nyantai aja." Dion langsung mengambil jasnya
"Lo kenapa? ga nyaman ya berada di rumah kecil kaya gini?." tanya lurus Viona saat sudah duduk di sebelah Dion
"Bukan gitu, tapi..."
"Udah gapapa, gue ngerti koq. Pasti lo ngerasa aneh berada di tempat seperti ini, secara selama ini mungkin lo terbiasa dengan rumah yang besar dan mewah. Seperti istana mungkin, bukan gubuk kaya gini." sela Viona dengan santai
"Ngga kaya gitu, gue ga bermaksud buat nyinggung lo. Cuma emang gue baru pertama kali pergi ke rumah seperti ini, tapi rumah ini bagus koq. Layak dan bukan seperti gubuk yang lo bilang tadi." Dion menjelaskan dengan hati-hati
"Iya gapapa, nyantai aja kali. Gue ga tersinggung sama sekali koq, jadi lo ga usah ngerasa bersalah kaya gitu." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Sekali lagi sorry ya." Dion tersenyum menahan rasa bersalah. "Oh iya, gue jadi keingetan. Nyokap lo udah tau soal adik lo yang ngerebut si Dimas Dimas itu dari lo?." lanjutnya yang mulai kembali tenang
"Udah, makanya itu tadi gue ga fokus kerja. Belum juga masalah satu selesai, udah datang masalah lain." jelas Viona santai. "Hubungan gue sama Feby aja belum membaik, sekarang malah ditambah sama hubungan mama dan Feby yang malah semakin memburuk gara-gara gue." lanjutnya mulai murung
"Feby? itu nama adik lo?." tanya lurus Dion
"Iya." Viona mengangguk singkat
"Emang mama lo marah besar ya sama Feby?." tanya Dion lagi
"Iya, dan itu membuat Feby semakin benci sama gue." jawab Viona semakin murung
"Benci? benci kenapa?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya karena selama ini, Feby ngira kalau nyokap gue itu lebih sayang sama gue dibandingkan sama dia. Makanya mungkin itu yang menjadi alasan dia merebut Dimas dari gue, biar gue bisa ngerasain apa yang dia rasain selama ini." jelas Viona. "Merasakan kehilangan orang yang sangat gue cintai."
Deg. Seketika hati Dion seolah teriris ratusan pisau tajam. Namun lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya untuk tetap terlihat tenang.
"Gue ga nyangka kalau masalah lo ternyata sekumplit ini ya penyebabnya." sahut Dion dengan sedikit candaan
"Iya sama kaya bahan masakan di restoran lo yang harus kumplit tanpa kekurangan satu bahan pun." balas Viona dengan candaan juga
"Lagi ngebicarain apa sih koq seru banget keliatannya." sahut Vina yang baru datang membawakan dua gelas susu jahe lalu meletakkannya di atas meja, yang kemudian ikut duduk bersama mereka
"Ini tante, tadi Viona ngebahas masalah bahan masakan restoran. Dia ngerasa kesel karena saya selalu ngingetin dia biar ga kekurangan satu bahan pun saat membantu para chef memasak." jelas Dion sambil berusaha sesantai mungkin
"Oh itu, iya sih Viona ini emang selalu menyepelekan hal kecil kaya gitu. Karena di rumah dia ga bisa masak, untung kamu mempercayai dia sebagai asisten chef jadi dia bisa belajar masak. Kalau di rumah dia suka ga nurut." sahut Vina sambil mendekatkan wajahnya ke Dion yang duduk beda kursi dengannya
"Ih mama apaan sih. Ngapain bilang itu ke dia." sebal Viona sambil menatap ke arah Vina
"Oh gitu ya tante, pantesan kalau lagi kerja suka keliatan banget loh ga bisa masaknya. Malah pas saya pernah nyuruh dia bikin kopi pun, dia malah memasukan garam bukannya gula." sahut Dion tanpa menghiraukan Viona
"Oh ya? sampai segitunya. Berarti tante harus minta bantuan kamu ya untuk ngajarin dia masak, soalnya kalau sama kamu dia nurut." balas Vina yang juga tak menghiraukan Viona
"Siap tante. Saya akan mengajari dia sampai bisa, berarti kalau dia ga nurut, saya boleh marahin dia dong ya tante? kan tante udah ngasih izin." Dion tersenyum jail
"Tentu saja boleh, tante serahin semuanya sama kamu." Vina ikut tersenyum jail
"Ih mama apaan sih, ga lucu tau." kesal Viona
"Nyokap lo kan emang lagi ga ngelucu." Dion tersenyum menatap Viona
"Arghhh. Bodo ah terserah lo." kesal Viona yang langsung melipatkan kedua tangannya di depan dada lalu memalingkan wajahnya
"Udah, udah. Koq jadi berantem sih, ayo diminum dulu susu jahenya nanti keburu dingin lagi." Vina menenangkan suasana
"Iya tante, saya minum ya." Dion mulai meminum susu jahe miliknya
"Sayang, di minum dong. Jangan ngambek kaya gitu, nanti cantiknya luntur." goda Vina
"Ih mama." Viona langsung menoleh ke arah mamanya itu dengan senyum gemas. "Iya, ini Viona minum." lanjutnya sambil mulai meminum susu jahet miliknya
Dion tersenyum penuh arti saat melihat tingkah anak dan ibu itu. "Loh koq tante ga bikin?." tanyanya saat menyadari jika hanya ada 2 gelas di meja
"Tante kan ga hujan-hujanan, jadi ga perlu minum yang anget kaya gitu." jawab Vina dengan santai
"Oh gitu. Tante, sepertinya saya harus segera pulang deh. Lagian baju saya kan masih basah, ga enak nanti rumahnya jadi becek lagi gara-gara saya." Dion menatap Vina dengan tenang
"Sekarang aja udah becek tuh lantainya, kursinya juga jadi basah." sindir Viona
"Viona." panggil Vina pelan
"Iya, makanya ini gue mau pulang biar ga makin becek." Dion kembali menoleh ke arah Viona sambil mulai berdiri
"Udah becek koq bukannya dibersihin, malah pulang." sindir Viona lagi yang juga ikut berdiri
"Dion, maafin ya. Viona kadang-kadang emang suka kaya gini." Vina langsung berjalan menghampiri anaknya itu lalu merangkul bahunya
"Gapapa tante, saya sangat memakluminya koq." Dion tersenyum santai. "Oh ya Viona, nanti jangan lupa mandi ya terus dikeramas, biar lo ga sakit." lanjutnya sambil menatap Viona dengan penuh pengertian
"Oke." sahut Viona singkat
"Kalau begitu, saya pamit dulu ya tante." Dion langsung mengulurkan tangannya
"Oh iya. Kapan-kapan main kesini lagi ya." Vina pun menerima salaman tangan dari Dion
Seketika Viona langsung menatap mamanya itu dengan sedikit kesal.
"Gue pulang dulu ya, Viona." pamit Dion lembut
"Iya, hati-hati ya dan makasih udah tanggung jawab buat nganterin gue pulang." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Dion menahan senyum sejenak. "Iya sama-sama." sahutnya santai yang kemudian pergi
Viona bermaksud untuk segera pergi ke kamar mandi, namun kakinya tak jadi melangkah saat menyadari Vina yang berdiri di sebelahnya tengah tersenyum dan menatap ke arah Dion yang melangkah pergi dari rumahnya.
"Ma." panggil Viona. "Mama." panggilnya lagi sambil menepuk pelan lengannya Vina
"Eh iya sayang." Vina langsung mengerjapkan matanya
"Mama ngapain sih senyum-senyum sambil ngeliatin Dion kaya gitu?." tanya Viona dengan wajah sebal
"Gapapa, mama cuma suka aja sama lelaki yang penuh kelembutan kaya dia." jelas Vina sambil tersenyum penuh arti
"Mama suka sama Dion?." Viona terlihat tercengang
"Iya." sahut Vina singkat
"Apa? mama beneran suka sama Dion?." Viona semakin terlihat tercengang
"Iya mama suka sama Dion. Karena dia itu lelaki yang baik, lembut, sopan, perhatian, dan sepertinya dia juga setia." jelas Vina dengan sangat tenang
"Hah? duh Ma, emang ga ada laki-laki yang lain ya? kenapa harus Dion sih? pokoknya Viona ga mau ya punya papa berondong kaya dia." tegas Viona dengan wajah kesal
"Papa berondong? apa maksud kamu?." Vina mengerutkan kening heran
"Ya itu mama tadi bilang suka sama Dion kan, pake muji-muji dia segala kaya gitu lagi." sebal Viona
Vina tak mampu menahan tawanya. "Aduh sayang, maksud mama bukan suka yang ke arah sana. Mama suka karena kepribadiannya, dan mama pikir dia cocok sama kamu." sahutnya sambil menatap lurus Viona
"Koq jadi aku sih Ma?." Viona terlihat tak terima
"Ya iya kamu, masa iya mama. Dion juga ga bakal mau kali sama tante-tante kaya gini." Vina tersenyum geli
"Aduh, please deh ya Ma. Hari ini tuh udah ada 1 orang yang nyebut Viona cocok sama Dion, mama malah nambahin lagi." sebal Viona lagi
"1 orang? siapa?." Vina begitu terlihat begitu antusias
"Ibu-ibu pedagang mie rebus." jawab Viona tak semangat
"Oh jadi setelah hujan-hujanan kalian makan mie rebus berdua, so sweet." goda Vina
"Ih mama, stop ya. Jangan bahas soal Dion lagi." tegas Viona dengan wajah gemas
"Loh kenapa? Dion itu baik loh sayang." Vina tetap berusaha menggoda
"Dion emang baik, tapi bukan berarti mama bisa mikir ke arah sana. Dia cuma bos Viona di restoran, ga lebih." tegas Viona lagi
"Tapi kan sayang, kamu ga mungkin selamanya kaya gini. Kamu harus move on." Vina kembali menggoda
"Ya tapi tidak untuk saat ini Ma, dan bukan sama dia juga." Viona terlihat semakin sebal
"Anak mama, lucu banget kalau lagi ngambek." goda Vina kembali sambil mencubit kedua pipi anaknya itu dengan gemas
"Mama, Viona bukan anak kecil lagi." Viona melepaskan cubitannya Vina
"Emang siapa yang bilang kamu anak kecil? mama ini serius sayang, kamu harus move on. Dan sepertinya Dion orang yang tepat." Vina tersenyum dengan sangat tenang
"Aduh mama, udah ya. Telinga Viona sakit ngedengerin mama nyebutin nama dia terus." Viona langsung pergi ke kamarnya
"Viona." Vina terkekeh dengan begitu gemas
***
Kehangatan keluarga masih belum bisa dirasakan kembali oleh Vina, karena kedua putrinya masih juga tidak saling bertegur sapa dan seakan saling menjauh. Sekalipun ia sudah bisa berhubungan baik lagi dengan Feby. Namun rupanya, cukup sulit untuk ia bisa memperbaiki hubungan diantara anak keduanya itu dengan Viona.
"Entah apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semuanya." gusar Vina di tengah kegiatannya menyiapkan sarapan pagi
"Pagi Ma." sapa Viona dengan sangat ceria
"Eh sayang, kamu udah mau berangkat?." tanya Vina lembut
"Iya Ma. Soalnya ada jam kuliah pagi, karena kemarin dosennya ga bisa masuk." jawab Viona santai
"Oh jam ganti gitu maksudnya?." tanya lurus Vina
"Tepat sekali." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Yaudah kamu sarapan dulu cepet, nanti telat lagi." suruh Vina lembut
"Oke." Viona langsung duduk dan mulai memakan nasi goreng yang telah dibuatkan oleh mamanya itu
"Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan apa yang dikatakan oleh Feby semalam kepada Viona sekarang juga, tapi sepertinya kurang tepat." gumam Vina dalam hatinya sambil terduduk di depan Viona
"Mama kenapa?." tanya Viona saat melihat mamanya yang tiba-tiba saja diam
Vina menghela nafas sejenak, lalu menatap lurus Viona. "Sebenarnya ada yang mau mama bicarakan sama kamu, tapi sekarang mungkin kamu lagi buru-buru." sahutnya tenang
"Ngga koq Ma. Ini masih kepagian, baru juga jam 6." Viona menanggapi dengan santai. "Emang mama mau membicarakan soal apa?." tanyanya yang merasa penasaran
"Soal Dimas." Vina menatap dengan gusar
Seketika Viona langsung menghentikan makannya dan berubah jadi muram.
"Mama tau kamu ga mau mendengar nama dia lagi, dan mama pun sebenarnya ga mau ngebahas soal dia lagi." jelas Vina setenang mungkin. "Tapi sayang, ada hal yang harus kamu tau di balik pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Dimas dan juga Feby."
Viona berusaha menenangkan dirinya yang mulai sesak kembali setiap kali ada orang yang mengingatkannya pada kejadian pahit itu. Lalu ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan berulang kali.
"Mungkin kalau soal alasan kenapa Feby melakukan itu kamu sudah mengetahui sendiri. Tapi semalam, Feby menceritakan alasan kenapa Dimas bisa semudah itu memutuskan kamu." jelas Vina dengan tenang
"Soal Dimas bisa semudah itu berpaling dari Viona, tentu saja kesalahannya ada pada Dimas sendiri, bukan pada Feby." sahut Viona
"Bukan sayang, Dimas ga sepenuhnya salah." sela Vina
"Apa maksud mama?." Viona mengerutkan kening heran
"Semua itu terjadi karena Feby menjelek-jelekkan kamu di depan Dimas disaat kamu jarang ada waktu untuk Dimas, Feby mengatakan kalau kamu selingkuh dan sering jalan dengan cowo lain di belakang Dimas..."
"Dan Dimas percaya gitu aja dengan apa yang dikatakan oleh Feby?." Viona langsung menanggapi tanpa membiarkan mamanya itu menuntaskan penjelasannya
"Mama juga ga ngerti, kenapa Dimas bisa seperti itu. Padahal, selama 2 tahun kalian pacaran dia sangat mencintai kamu." Vina merasa tak mengerti
"Udahlah Ma, semuanya udah berakhir. Viona udah ga mau lagi membahas atau mendengar apapun juga yang berhubungan dengan dia." pungkas Viona
"Tapi sayang, ada satu hal lagi yang harus kamu tau..."
"Viona berangkat dulu ya Ma." pamit Viona tiba-tiba yang langsung mengecup hangat punggung tangan kanan mamanya itu. "Syukurlah kalau mama sama Feby udah kembali baikan." gumamnya dalam hati sambil melangkah pergi
***
Jika hubungan ibu dan anak akan selalu terjalin baik sekalipun pernah ada jurang masalah yang memisahkannya. Akankah hubungan adik dan kakak juga bisa seperti itu? entahlah rasanya terlalu sulit untukku bisa kembali memperbaiki hubungan yang telah memburuk itu. Jujur, aku masih belum bisa memaafkan kesalahannya. Semua ini tidaklah mudah.
"Kenapa seribet ini sih masalahnya." kesal Viona
"Iyalah orang lo sendiri yang bikin masalah itu makin ribet." sahut Dila yang tiba-tiba datang ke tempat dimana biasa pelayan menunggu pesanan yang akan diantar
"Maksud lo?." Viona menatap dengan sinis
"Gini ya Viona. Mungkin gue emang cuma denger sekilas tentang masalah lo ini, tapi setidaknya gue bisa ngasih saran biar lo ga stres mulu kaya gini." Dila menatap Viona dengan sangat tenang
"Tunggu deh. Masalah? maksudnya apa?." Viona mengerutkan kening heran
"Gue udah tau semuanya. Gue udah tau masalah apa yang sedang lo hadapi sekarang, pacar lo direbut sama adik lo sendiri kan?." Dila menatap dengan serius
"Lo tau dari mana?." tanya lurus Viona
"Dion yang cerita sama gue." jawab Dila santai
"Oh, jadi dia cerita semuanya sama lo." sahut Viona
"Ya begitulah. Karena dia berpikir, sebagai teman mungkin gue bisa ngebantu atau sekedar ngehibur lo. Ya meskipun gue tau, lo cuma nganggap gue teman kerja biasa, jadi lo ga gakal mau cerita apapun sama gue." jelas Dila
"Ngga gitu Dil, gue cuma. Gue cuma ga terbiasa aja cerita sama orang lain tentang masalah yang sedang gue hadapi, selain nyokap gue sendiri. Cerita sama Dion pun ya karena emang terbawa suasana, ga sengaja pengen cerita." Viona merasa tak enak hati
"Udah lo ga usah ngerasa ga enak gitu, gue ngerti koq. Tapi lo ga bisa terus-menerus memendam setiap masalah yang lo miliki itu sendirian, lo butuh teman yang bisa membuat lo lebih kuat dalam menghadapi semua itu. Dan gue siap jadi teman lo dalam segala keadaan." Dila tersenyum penuh arti
Viona hanya terdiam sambil menatap temannya itu. Sejenak ia menunduk, lalu kembali mengangkat kepalanya dan menatap Dila dengan sangat tenang.
"Sorry ya, selama ini gue terlalu menutupi diri. Sampai ga sadar kalau disini gue punya teman yang peduli banget sama gue." Viona tersenyum kecil
"Makanya jangan di tutup terus pintunya, biar ga susah kalau ada orang yang mau masuk." Dila terkekeh kecil
"Lo tuh ya, emang lo pikir pintu apaan? pintu rumah?." Viona ikut terkekeh
"Yaudah deh sekarang gue serius. Lo mau kan ngedengerin saran dari gue untuk masalah lo ini?." tanya lurus Dila
"Oke. Emang saran lo apa?." Viona menanggapi dengan santai
"Menurut gue, lo harus ikhlasin semuanya. Jangan membenci adik lo, justru lo harus berterimakasih sama dia, karena dia udah menunjukkan bahwa Dimas itu emang ga pantas buat lo." jelas Dila dengan sangat tenang. "Seperti yang pernah gue denger kalau orang yang baik akan dipasangkan dengan orang yang baik juga. Berarti kalau pengkhianat akan dipasangkan dengan pengkhianat juga, adil kan?."
"Adil sih, tapi bahasa lo terlalu jahat gimana gitu ya." Viona menunjukkan wajah ngeri
"Ya terserah deh lo mau bilang gue jahat atau apa. Tapi yang jelas, lo emang harus ngelupain Dimas dan menatap ke depan. Lo harus tunjukkin kalau lo bisa lebih bahagia dari mereka, jangan sedih mulu kaya gini." tegas Dila
"Kalau soal Dimas sih gue udah ga suka inget-inget dia lagi, cuma yang masih jadi beban pikiran gue ya soal Feby." Viona nampak murung
"Mungkin ini sulit, tapi gue yakin lo pasti bisa. Inget Viona, hubungan adik kakak itu jauh lebih segalanya dibandingkan si cowo pengkhianat itu. Jangan hanya karena dia, semuanya jadi hancur." Dila menepuk bahu temannya dengan lembut. "Udah balik kerja lagi, jangan sedih mulu." ajaknya sambil tersenyum hangat
"Oke Viona, menatap ke depan." Viona berusaha menyemangati dirinya
Perkataan Dila rupanya mampu membuat Viona bisa kembali beraktivitas seperti biasanya, dengan konsentrasi yang penuh dan juga semangat yang ekstra. Gadis itu pun mulai mencoba ceria lagi, banyak bicara pada teman-teman kerjanya, melayani para pengunjung restoran dengan sangat baik, dan hal lainnya yang membuat setiap orang yang melihat senang akan sikapnya.
"Gitu dong semangat lagi." sahut Dion saat berpapasan dengan Viona
"Mood gue lagi bagus banget nih ya, jadi jangan lo rusak dengan sikap ngeselin lo itu." tegas Viona
"Siapa juga yang mau ngerusak mood lo, orang gue cuma ikut seneng karena lo udah bersikap seperti biasanya lgi." Dion menunjukkan wajah kesal
"Biasa aja dong mukanya, udah jelek jangan dibikin makin jelek lagi. Gue cuma becanda juga." Viona tersenyum jail
"Apa lo bilang? gue jelek? mending lo periksa deh mata lo itu ke dokter, orang ganteng banget gini di bilang jelek." Dion kembali menunjukkan wajah kesalnya
"Dion koq jadi keliatan lucu ya, kalau lagi so ngambek kaya gini." pikir Viona sambil memperhatikan wajah Dion
"Yaudah lah mending gue lanjut kerja aja, daripada ngomong sama lo, bikin gue naik darah aja." ketus Dion yang langsung pergi
"Lah tumben tuh orang baru ngomong dikit udah pergi, biasanya juga ngajak ribut terus ga henti-henti." gumam Viona keheranan. "Gue ikutin aja deh." lanjutnya yang langsung menyusul Dion ke dapur restoran
Namun langkahnya terhenti saat melihat apa yang tengah dilakukan oleh Dion kepada semua karyawannya. Lelaki itu membagikan amplop secara bergantian, lalu satu persatu dari mereka pergi untuk kembali bekerja. Hingga dapur yang tadinya dipadati oleh orang-orang, menjadi sepi seperti semula. Hanya tersisa Dion, ketiga chef, dan juga dirinya di ruangan itu. Lalu Dion mulai berjalan ke arahnya dan memberikan sebuah amplop yang sama.
"Ini apa?." Viona mengerutkan kening heran setelah menerima amplop itu
"Itu gaji pertama lo." sahut Dion dengan santai
"Gaji pertama?." Viona kembali mengerutkan kening heran. "Oh iya, gue baru inget. Ini kan tepat sebulannya gue kerja disini." sahutnya yang langsung tersenyum saat mengingat hal itu
"Keseringan mikirin hal yang ga penting sih lo, sampai ga sadar kalau lo udah kerja cukup lama disini." sindir Dion
Namun Viona malah sibuk dengan lamunannya. Ia memikirkan cara untuk membuat mamanya bahagia dengan gaji pertamanya itu. Harus memberikan apa? atau mengajak pergi kemana? kedua hal itu menjadi fokus pikirannya.
"Nih anak malah ngelamun lagi." gerutu Dion. "Kelinci galak." panggilnya sambil menyubit kecil lengan Viona
"Aww sakit tau." kesal Viona sambil mengelus lengannya
"Abisan gue lagi ngomong juga, malah asyik ngelamun." ketus Dion
"Ya suka-suka gue dong." ketus Viona balik. "Eh tunggu, lo manggil gue apa tadi?."
"Kelinci galak." Dion menatap lurus gadis itu
"Apa? kelinci galak? enak aja." Viona langsung memukul lengan lelaki itu. "Cantik gini disamain sama kelinci, lagian siapa juga yang galak." kesal Viona
"Ya lo emang cantik, gue akui itu. Dan lo juga lucu kaya kelinci. Tapi karena lo galak, kerjaannya marah-marah mulu, makanya gue panggil lo kelinci galak." Dion tersenyum penuh arti sambil menatap gadis itu
"Ngga, gue ga galak." elak Viona
"Oh ya?." goda Dion
"Iya." tegas Viona
"Tapi gue ga percaya." Dion tersenyum sinis
"Ih nyebelin banget sih lo jadi orang." Viona langsung memukuli lengan Dion dengan kedua tangannya
"Tuh kan galak." Dion menatap lembut gadis itu
Namun Viona hanya terdiam dengan kedua tangannya yang masih memegang lengan Dion, ia menatap balik lelaki itu. Hingga akhirnya terdengar suara batuk palsu dari orang-orang sekitar yang membuatnya langsung menjauh dari Dion.
"Masih ga mau ngaku kalau lo itu galak?." Dion mendekatkan wajahnya pada Viona sebelum akhirnya pergi
"Rese lo." sentak Viona. "Katanya mau balik kerja, baru sebentar udah pergi lagi. Kerja apaan kaya gitu." gerutunya setelah Dion benar-benar pergi
"Udah daripada ngomel-ngomel ga jelas kaya gitu, mending antar pesanan ini ke depan." suruh chef Maya dengan sedikit tegas
"He iya chef." Viona tersenyum malu kemudian melakukan tugasnya
Kesana kemari mengantarkan pesanan ke tiap meja membuat Viona cukup kelelahan. Tapi gadis itu tetap semangat, dan tidak ingin mengeluh sedikitpun. Ia tetap melakukannya dengan sangat ceria.
***
"Kelinci galak." Dion tersenyum penuh arti sambil terduduk di kursi kerjanya
Hingga akhirnya terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya merasa terganggu.
"Masuk." sahut Dion dengan tak bersemangat
Perlahan pintu pun mulai terbuka dan Dion begitu tercengang saat melihat siapa yang datang. "Mama." sahutnya langsung berdiri dan menatap lurus ke depan
"Hai sayang." Sarah tersenyum ceria lalu berjalan mendekati anaknya itu
"Mama ngapain kesini?." Dion mengerutkan kening heran
"Loh emang kenapa? kamu ga seneng mama kesini?." Sarah mulai cipika cipiki dengan anak semata wayangnya itu
"Ya bukannya gitu, cuma koq tumben aja gitu mama main kesini." Dion menunjukkan wajah kebingungan sambil kembali terduduk
"Ya mama pengen aja kesini, lagian kan udah lama juga mama ga ngontrol restoran kamu ini." jelas Sarah dengan santai sambil ikut terduduk di hadapan Dion
"Yakin cuma itu aja?." Dion menatap dengan tak percaya
"Ya iya, emang apa lagi?." Sarah mengangkat kedua alisnya
"Ya siapa tau aja ada hal lain yang membuat mama tiba-tiba datang kesini." Dion meanatap penuh teka-teki
Sarah langsung terkekeh kecil. "Mama tau maksud kamu, emang sebenarnya mama kesini untuk tujuan itu." sahutnya tenang
"Hah? jadi mama kesini beneran untuk ketemu sama Viona?." Dion terlihat sangat tercengang
"Iya. Ga ada salahnya juga kan, kalau mama ingin bertemu langsung sama gadis yang sudah berhasil memenangkan hati anak satu-satunya mama ini." Sarah menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Ya ngga salah sih, asal mama jangan dulu ngasih tau Viona soal perasaan Dion ini." Dion memberi tatapan seolah mengancam
"Kamu tenang aja, mama ga akan ikut campur kalau urusan itu." Sarah tersenyum tenang. "Tapi, emang mau sampai kapan sih kamu terus memendam perasaan kamu itu?." lanjutnya sambil menatap lurus Dion
"Ya sampai Dion benar-benar bisa membuat dia luluh." Dion tersenyum penuh arti sambil menatap ke arah meja. "Lagipula, sekarang sikap dia udah mulai mendekati lembut. Ga terlalu ngeselin lagi kaya awal-awal kenal." lanjutnya yang kembali menatap Sarah
"Oh jadi intinya, anak mama yang paling jagoan ini udah mulai bisa membuat gadis pujaan hatinya sedikit luluh." Sarah mencoba menggoda anaknya itu
"Bisa dibilang seperti itu." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Kalau mama emang mau ketemu sama Viona, mendingan sekarang kita ke bawah aja yu." ajaknya yang langsung berdiri
"Ayo. Sekalian mama juga ingin melihat bagaimana perkembangan restoran kamu ini." Sarah pun langsung ikut berdiri
Dion langsung menghampiri dan merangkul bahu mamanya itu, kemudian mengajaknya pergi ke bawah untuk melihat keadaan restoran.