Part 49 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 49 LOVE IN RAIN
Hari berganti hari, kondisi tangan Dion sudah semakin membaik. Bahkan sekarang sudah tidak lagi menggunakan perban, sehingga bekas-bekas lukanya terlihat jelas di kedua tangan lelaki itu. Namun masih saja, ia terus menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di kamar. Sekalipun ia sudah mulai mau makan dan memikirkan kesehatannya.
Hingga di tengah kesendiriannya itu, tiba-tiba Sarah dan Vina masuk ke dalam kamarnya. Menghampirinya yang tengah terduduk tak bersemangat di sofa.
"Dion, ini ada tante Vina. Dia mau ketemu sama kamu." sahut Sarah saat ia dan Vina sudah terduduk bersama Dion
"Eh tante, apa kabar?." Dion langsung menyalami Vina
"Tante baik. Kamu sendiri apa kabar?." Vina menatap lurus lelaki itu
"Ya seperti yang tante lihat." Dion tersenyum pahit
"Tante mengerti perasaan kamu, dan jujur tante juga merasakan hal yang sama ketika kemarin mama kamu memberitahu tante bahwa Viona pergi jauh meninggalkan kita semua. Tante masih ga percaya kalau Viona sampai segitu bencinya dan ingin melupakan kita." Vina nampak begitu sendu
"Kamu yang sabar ya Vin, aku paham betul ini pasti sangat berat untuk kamu." Sarah mengelus lembut bahu perempuan itu
"Tadi sebelum kesini, tante pergi menemui orang tuanya Viona. Tapi mereka juga sama saja, tidak ingin memberitahu dimana keberadaan Viona sekarang." jelas Vina dengan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya. "Tante kangen sekali sama Viona, tapi tante ga bisa berbuat apa-apa. Belum lagi Viona mengganti nomornya, dan sekarang dia malah pergi tanpa ada seorang pun diantara kita yang tau dimana sebenarnya dia berada." lanjutnya yang sudah tidak bisa lagi menahan air matanya
"Kasian tante Vina, pasti keadaannya jauh lebih hancur dibandingkan aku. Karena dia sudah bersama Viona selama 20 tahun lamanya, sedangkan aku belum juga genap 2 tahun. Seharusnya aku ga selemah ini, iya seharusnya aku bisa tetap kuat dan juga bisa menguatkan tante Vina." gumam Dion dalam hatinya. "Tante tenang ya, Dion akan berusaha untuk mencari informasi tentang keberadaannya Viona." sahutnya sambil menatap lurus ibu angkat dari kekasihnya itu
"Tapi kalau sampai kamu ga bisa mendapatkan informasi itu?." Vina nampak meragukan
"Ya meskipun Dion ga bisa mendapatkan informasi tentang keberadaannya Viona, Dion yakin koq dan bahkan sangat yakin kalau Viona pasti akan kembali untuk kita. Dia ga mungkin akan selamanya tinggal disana." Dion berusaha meyakinkan
"Tante juga sebenarnya meyakini hal yang sama." Vina tersenyum kecil. "Yasudahlah, kita ga perlu sedih kaya gini. Karena Viona hanya pergi sementara untuk menenangkan diri, setelah benar-benar tenang dia pasti akan kembali. Tante tau betul Viona seperti apa, dia ga mungkin kuat jika harus terlalu lama jauh dari orang-orang yang disayanginya. Minggu depan juga pasti dia kembali dan akan langsung menemui kita." sahutnya sambil menghapus air matanya dengan penuh keyakinan
"Oh iya sebenarnya ada hal lain yang ingin tante sampaikan sama kamu."
"Hal apa tante?." tanya Dion lurus
"Ini." Vina mengeluarkan sebuah kunci dan dokumen dari dalam tasnya
"Ini apa?." Dion mengerutkan kening heran
"Kunci toko kue yang pernah diberikan oleh Viona kepada tante, beserta surat resmi kepemilikannya yang sengaja dibuat oleh Dimas atas permintaan Viona sebelum pergi. Viona ga mau menerima sesuatu yang sudah dia berikan kepada orang lain, sehingga dia menyuruh Dimas untuk mengembalikannya kepada tante." jelas Vina
"Kalau begitu, itu artinya Viona masih sangat memperdulikan kamu. Dia ga membenci kamu, dia mungkin hanya sedikit kecewa karena kamu pernah meragukannya. Jadi menurut aku lebih baik kamu kelola lagi toko kue itu, biar bisa menghargai usaha Viona juga yang udah susah payah mewujudkan keinginannya untuk membuatkan toko kue buat kamu." Sarah menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Mama benar, tante. Lebih baik tante kelola lagi toko kue itu, karena Dion tau betul bagaimana kuatnya keinginan Viona untuk memberikan semua itu pada tante. Jangan membuat Viona semakin merasa kecewa lagi." Dion menatap dengan penuh arti
"Kalian benar." Vina mengangguk paham. "Yaudah kalau gitu, tante pamit dulu ya Dion. Udah sore juga, pasti Feby udah pulang dari kampus." pamitnya yang langsung bangkit dari tempat duduknya
"Aku pulang ya Sarah."
"Biar aku suruh Pak Willy untuk anterin kamu ya." Sarah mencoba menawarkan
"Ga usah, aku bisa naik taxi koq." tolak Vina dengan lembut. "Kamu harus kuat ya Dion, jangan menjadi lemah seperti ini. Viona pasti akan kembali." pungkasnya sambil menatap lembut Dion sebelum akhirnya beranjak pergi
"Tuh dengerin kata tante Vina, jangan menjadi lemah seperti ini. Masa anak cowo lembek banget sih." ledek Sarah jail
"Mama apaan sih." Dion menanggapi dengan datar
"Kamu masih marah sama mama?." tanya Sarah lurus
"Ngga koq, waktu itu Dion cuma kebawa keadaan perasaan aja." elak Dion. "Maafin Dion ya Ma, ga seharusnya Dion bersikap kurang ajar sama mama dan papa." sahutnya sambil menatap mamanya itu dengan rasa bersalah
Memang setelah pertengkaran di balkon waktu itu, Dion tak pernah lagi mau berbicara dengan kedua orang tuanya. Dan baru sekarang lagi komunikasi kembali terjalin diantara ia dengan Sarah.
"Gapapa koq, mama sangat mengerti keadaan kamu. Maafin mama dan papa juga ya, kami benar-benar ga pernah bermaksud untuk mengekang ataupun menghancurkan hidup kamu. Ngga sama sekali, kami selalu ingin membuat kamu bahagia. Tapi sekarang, situasinya sangat rumit. Dan kamu pun mengetahui betul segimana rumitnya." Sarah langsung menggenggam erat kedua tangan anaknya itu
"Dion paham Ma, permusuhan yang terjadi diantara papa dengan orang tuanya Viona memang tidak bisa semudah itu didamaikan. Tapi seharusnya mereka mencoba mengalahkan ego masing-masing, bukannya malah saling berusaha menjauhkan Dion dan Viona begini." kesal Dion
"Mama tau, tapi semuanya kan butuh proses. Yang penting kamu harus bangkit dulu, jangan lemah seperti ini. Kamu harus tunjukkan ke papa kalau kamu bisa tetap melanjutkan hidup tanpa Viona, tapi disamping itu kamu terus berusaha untuk bisa memperbaiki hubungan diantara papa dengan orang tuanya Viona." Sarah menatap dengan sangat tenang
"Mama benar." Dion mengangguk paham. "Kalau gitu, mulai sekarang Dion janji Dion ga akan lembek kaya gini lagi. Dion akan semangat lagi kerja di restoran biar bisa membayar hutang-hutangnya papa, deadlinenya kan sebentar lagi."
"Deadlinenya udah lewat sejak seminggu yang lalu kali Dion." Sarah tersenyum kecil
"Hah? Seminggu yang lalu?." Dion nampak tercengang
Ia baru tersadar jika sudah seminggu ini ia menghabiskan waktunya dengan sia-sia, hanya berdiam diri tak berguna.
"Tapi koq ga ada dari pihak bank yang menagih?." tanya Dion lurus
"Ada koq, bahkan mama dan papa hampir terusir dari rumah ini." jelas Sarah
"Terusir? Loh kapan? Koq Dion ga tau?." Dion kembali tercengang
"Iyalah kamu ga tau, orang kamu mengasingkan diri terus." ledek Sarah sebal
"Ma, ini Dion serius. Kapan pihak bank mengusir mama dan papa? Kenapa kalian ga memberitahu Dion?." Dion menatap lurus mamanya itu
"Seminggu yang lalu, saat mama dan papa berulang kali nelepon kamu tapi ga sekalipun kamu jawab..."
"Apa? Jadi waktu itu kalian nelepon karena hal ini?." Dion merasa kesal pada dirinya sendiri karena sampai tidak mengetahui orang tuanya terkena masalah sebesar itu
"Iya, tapi untung saja om Handi datang dan dia melunasi semua hutang-hutangnya papa." Sarah tersenyum lega
"Om Handi? Koq bisa?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya kebetulan di hari itu dia memang ingin menemui papa, dan karena mereka juga sudah bersahabat sangat dekat jadi ga mungkin kan kalau om Handi membiarkan papa kesusahan sendiri karena hutang-hutangnya?."
"Ya ampun." Dion mengusap wajahnya beberapa saat. "Maafin Dion ya Ma, seharusnya Dion ada disaat mama dan papa berada dalam situasi seperti itu. Bukannya malah memikirkan masalah sendiri."
"Gapapa koq sayang, yang terpenting sekarang kan semuanya sudah kembali membaik." Sarah tersenyum santai. "Ya meskipun kita harus berhutang sama om Handi, tapi setidaknya kan ga akan dikasih deadline kaya ke bank. Kita bisa bayar kapanpun jika keadaan perusahaan kita sudah benar-benar baik lagi."
"Oh iya, dan rencananya malam ini papa akan mengundang om Handi dan juga Putri untuk makan malam. Kamu ikut ya? Itung-itung menjalin kembali silaturahmi yang sudah lama terputus."
"Iya Ma, Dion pasti ikut." Dion langsung menyetujui
***
Dion benar-benar membuktikan perkataannya, ia kembali melanjutkan hidup dengan penuh semangat. Bahkan ia begitu giat bekerja untuk satu misi, yaitu mengembangkan bisnis restorannya sehingga bisa memiliki cabang di berbagai kota.
Misi ini pernah ia beritahukan kepada Viona ketika mereka masih berteman dulu, dan sekarang ia akan berusaha mewujudkannya. Karena ia ingin mempersembahkan semuanya kepada gadis cantiknya itu saat kembali nanti.
Iya nanti, ia pun tidak tau pastinya kapan. Karena sampai detik ini ia masih belum juga mendapatkan informasi tentang keberadaannya Viona, tapi ia sangat yakin jika Viona pasti akan kembali kepadanya. Tinggal menunggu waktunya saja.
"Hai Dion."
Hingga akhirnya seorang gadis menghampiri Dion yang tengah bergulat di dapur, menyiapkan makanan demi makanan bersama para chef lainnya.
"Hai, koq kamu tumben kesini ga bilang-bilang dulu?." Dion nampak ceria
"Emang sengaja, biar kamu ga usah repot-repot jemput aku seperti biasanya." jelas gadis itu tak kalah ceria
"Pake so ga mau ngerepotin segala." ledek Dion jail
"Bukannya so, emang ga mau ngerepotin. Kan ga enak kalau tiap kesini harus ngeganggu pekerjaan kamu." Gadis itu menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Yaudahlah terserah kamu." Dion balas tersenyum. "Mending kamu ke ruangan aku duluan gih, nanti aku nyusul setelah beres masak makanan terakhir ini." suruhnya dengan sangat lembut
"Oke deh. Jangan lama-lama ya." Gadis itu tersenyum manja sebelum akhirnya beranjak pergi
"Ehm, kayanya udah ada yang bisa move on nih." sindir Chef Andi tiba-tiba
"Apaan sih, ga ada kata move on kali. Karena Viona itu satu untuk selamanya." Dion menanggapi dengan santai
"Loh terus kenapa Pak Dion makin hari malah makin deket sama cewe itu? Mmm siapa sih namanya..."
"Putri." sela Dion ketika Chef Roy mencoba mengingat
Dion dan Putri memang menjadi sangat dekat. Ya, karena sekarang Putri menetap di Jakarta. Dan yang ia kenal hanyalah Dion, jadi wajar saja kalau mereka bisa dekat. Lagipula mereka kan sudah saling mengenal sejak bangku SMA, jadi tidak sulit untuk saling mendekatkan diri dan menjalin keakraban.
"Bukannya Putri itu orang yang pernah dijodohkan sama Pak Dion waktu dulu ya, koq sekarang malah datang lagi dan jadi deket gini? Jangan-jangan kalian kembali dijodohkan." sahut Chef Maya
"Ngawur kamu, ya ngga lah. Saya dan Putri itu cuma temenan, lagipula saya sudah menganggap dia seperti adik saya sendiri. Kami bisa deket ya karena memang yang dia kenal di Jakarta ini cuma saya, bukan karena hal lain." jelas Dion. "Yaudah kalau gitu nanti kalian kasih makanan ini ke pelayan ya, saya pergi dulu. Kasian Putri nunggu terlalu lama." pamitnya setelah menyelesaikan pekerjaannya
Lalu ia pun langsung beranjak pergi menuju ruangannya, dan melihat Putri tengah memperhatikan sebuah figura yang berada di atas meja kerjanya.
"Kamu kenapa? Koq setiap kali kesini ngeliatin terus foto yang ada di figura itu?." tanya Dion lurus
"Gapapa, aku cuma ngerasa seneng aja ngeliat foto kebersamaan kamu dengan Viona. Kalian terlihat sangat saling mencintai dan bahagia di foto ini." Putri tersenyum lembut menatap Dion
Semua tentang Viona memang tak pernah lepas dari Dion, bahkan foto-foto kebersaman mereka dulu pun selalu menghiasi. Baik sebagai wallpaper handphone, tersimpan di meja kerja, ataupun tertempel di dinding kamar lelaki itu.
"Kamu kangen sama Viona?." tanya Putri lurus
"Kalau itu ga perlu ditanya, setiap detik aku selalu merindukan Viona." Dion menatap sendu ke arah figura yang diperhatikan oleh Putri tadi
"Kamu udah coba temuin keluarganya lagi belum untuk menanyakan dimana sebenarnya keberadaan Viona atau minta nomor teleponnya yang baru gitu?." tanya Putri lagi
"Belum." Dion langsung menggeleng cepat. "Lagipula percuma, mereka ga akan ngasih tau. Mereka kan emang ingin menjauhkan Viona dari aku."
"Sabar ya, aku yakin Viona pasti akan kembali untuk kamu." Putri memegang lembut bahu lelaki itu
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Yaudah kita duduk yukk, sorry aku malah jadi curhat gini." ajaknya sambil mulai berjalan menuju sofa
"Gapapa koq, aku selalu siap mendengarkan curhatan kamu." sahut Putri saat mereka sudah terduduk di sofa itu. "Oh iya Dion, orang tua kamu udah bilang belum kalau malam ini papa aku mengundang kalian makan malam di rumah?." tanyanya lurus
"Udah sih tadi pagi." Dion menanggapi dengan dantai
"Kamu ikut kan?." tanya Putri lagi dengan penuh harap
"Lihat nanti ya, soalnya restoran aku kan sekarang lagi ramai-ramainya." Dion tersenyum santai
"Masalah restoran kan bisa di handle sama yang lain, lagipula karyawan kamu itu banyak. Masa jadi bos malah yang paling cape sih, terus buat apa punya karyawan. Ikut ya? Please." bujuk Putri
"Yaudah deh aku ikut." Dion pun akhirnya menyetujui. "Tapi terpaksa ya." jailnya sambil terkekeh kecil
"Ih koq gitu sih." Putri langsung mencubit gemas lengan lelaki itu
Seketika Dion langsung memegang lengannya, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan dengan apa yang telah dilakukan oleh putri. Karena baginya yang boleh melakukan hal itu hanyalah Viona. Tidak ada orang lain yang boleh melakukan kebiasaan gadis cantiknya.
***
"Dion, Dion tunggu." panggil Reza ketika anaknya itu beranjak pergi menaiki tangga setelah pergi begitu saja saat makan malam di rumah Putri tadi
"Apalagi sih Pa, udah cukup papa selalu memaksakan kehendak papa sama aku." acuh Dion sambil terus berjalan menuju kamarnya
"Dengarkan papa dulu." Reza langsung menarik tangan Dion hingga anaknya itu menghadap ke arahnya. "Papa ga bermaksud memaksakan kehendak papa sama kamu, tapi ini semua demi kebaikan kamu."
"Kebaikan apa yang papa maksud? Papa pikir dengan kembali menjodohkan aku dengan Putri akan memberikan kebaikan untuk aku?." tanya Dion dengan nada kesal
"Ya jelas akan memberikan kebaikan untuk kamu. Karena papa ga bisa melihat kamu terus-menerus seperti ini, sudah hampir setahun ini kamu hidup seperti robot. Kamu selalu sibuk bekerja tanpa mengenal lelah, tapi hati dan jiwa kamu kosong. Mau sampai kapan kamu akan seperti ini?." Reza menatap penuh penegasan
"Sampai Viona kembali." tegas Dion
"Jangan bodoh, Dion. Jangan menyia-nyiakan waktu kamu hanya untuk menunggu seseorang yang tidak akan pernah kembali lagi. Sudah saatnya kamu move on, kamu coba buka hati kamu untuk gadis yang lain. Putri adalah orang yang baik, dia bisa membahagiakan kamu." Reza mencoba memberi pengertian
"Ngga Pa, ga akan pernah. Sampai kapanpun aku ga akan pernah membuka hati aku untuk Putri atau gadis manapun juga. Sekalipun memang Viona tidak akan pernah kembali, aku tetap tidak akan pernah mencintai gadis lain. Karena buat aku, Viona itu satu untuk selamanya. Jika Viona ga ada, maka tidak akan pernah ada juga yang bisa menggantikannya." pungkas Dion sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar
"Papa belum selesai bicara, Dion." geram Reza
"Udah Pa, jangan dipaksa. Karena cinta bukan untuk dipaksakan." Sarah yang baru menyusul langsung mencoba menenangkan suaminya itu
"Terus mama mau melihat Dion selamanya seperti ini? Hidup dengan kesendirian dan kehampaan?." Reza menatap lurus Sarah
"Ya ga kaya gitu juga, tapi mama yakin koq Viona pasti akan kembali untuk Dion."
"Ga mama, ga Vina, ga Dion. Selalu merasa yakin bahwa Viona akan kembali, tapi buktinya apa? Udah mau setahun dia belum juga kembali. Mau nunggu berapa tahun lagi? Kalaupun memang dia kembali, belum tentu juga dia masih seperti yang dulu. Dia kan pergi untuk melupakan kita semua."
Seketika Sarah menjadi terdiam tak berkutik, karena sebenarnya ia juga merasa ragu jika Viona akan benar- benar kembali.
"Kenapa diam? Mama juga sebenarnya ga yakin kan kalau Viona benar-benar akan kembali?." tanya Reza yang tidak melesat sedikitpun dari apa yang tengah dipikirkan oleh istrinya itu. "Makanya mama jangan suka memberi harapan semu pada Dion." sahutnya yang kemudian langsung beranjak pergi
"Aku memang ga yakin, tapi entah kenapa aku merasa bahwa Viona ga akan sampai setega itu untuk benar-benar melupakan kami semua. Terlebih lagi Dion dan Vina." gumam Sarah di tengah keraguannya
Sementara Dion, ia mencoba menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan secara berulang kali. Ia berusaha menenangkan dirinya setelah apa yang tadi terjadi. Ia benar-benar tak menyangka kenapa ia harus kembali mengalami dijodohkan oleh orang tuanya, dengan orang yang sama pula.
"Sayang." sahut Sarah yang langsung menyusul setelah terdiam sendiri tadi
"Dion butuh waktu sendiri Ma." balas Dion dengan wajah datar
"Mama minta maaf ya, karena mama ga bisa mencegah papa kamu untuk melakukan perjodohan itu. Tapi sayang, papa hanya ingin melihat kamu bahagia. Lagipula om Handi kan sudah sangat baik sama keluarga kita, bahkan dia yang menyelamatkan keluarga kita dari kebangkrutan." Sarah mencoba memberi pengertian
"Om Handi memang sudah sangat baik sama kita, tapi kita masih bisa membalasnya dengan tetap berhubungan baik dengan keluarganya dia. Ga harus ada perjodohan seperti ini. Lagipula semua hutang kita ke dia kan udah lunas, jadi ga perlu mengatasnamakan semua ini dengan niat balas budi." jelas Dion
"Ini bukan tentang balas budi, tapi ini murni karena papa kamu dan om Handi ingin menyatukan kamu dengan Putri. Lagipula semakin kesini kalian kan semakin dekat, jadi ga ada salahnya kan kalau mereka ingin kalian bertambah lagi." Sarah menatap lurus anaknya itu
"Ma, Dion dekat dengan Putri itu hanya sebatas teman. Lagipula Dion sudah menganggap Putri sebagai adik Dion sendiri, jadi mama jangan berpikiran bahwa kedekatan kami itu didasari dengan cinta. Ngga sama sekali." pungkas Dion sebelum akhirnya Sarah pergi karena tidak ingin mengganggu anaknya itu