HPK

mesothelioma survival rates,structured settlement annuity companies,mesothelioma attorneys california,structured settlements annuities,structured settlement buyer,mesothelioma suit,mesothelioma claim,small business administration sba,structured settlement purchasers,wisconsin mesothelioma attorney,houston tx auto insurance,mesotheliama,mesothelioma lawyer virginia,seattle mesothelioma lawyer,selling my structured settlement,mesothelioma attorney illinois,selling annuity,mesothelioma trial attorney,injury lawyer houston tx,baltimore mesothelioma attorneys,mesothelioma care,mesothelioma lawyer texas,structered settlement,houston motorcycle accident lawyer,p0135 honda civic 2004,structured settlement investments,mesothelioma lawyer dallas,caraccidentlawyer,structured settlemen,houston mesothelioma attorney,structured settlement sell,new york mesothelioma law firm,cash out structured settlement,mesothelioma lawyer chicago,lawsuit mesothelioma,truck accident attorney los angeles,asbestos exposure lawyers,mesothelioma cases,emergency response plan ppt,support.peachtree.com,structured settlement quote,semi truck accident lawyers,auto accident attorney Torrance,mesothelioma lawyer asbestos cancer lawsuit,mesothelioma lawyers san diego,asbestos mesothelioma lawsuit,buying structured settlements,mesothelioma attorney assistance,tennessee mesothelioma lawyer,earthlink business internet,meso lawyer,tucson car accident attorney,accident attorney orange county,mesothelioma litigation,mesothelioma settlements amounts,mesothelioma law firms,new mexico mesothelioma lawyer,accident attorneys orange county,mesothelioma lawsuit,personal injury accident lawyer,purchase structured settlements,firm law mesothelioma,car accident lawyers los angeles,mesothelioma attorneys,structured settlement company,auto accident lawyer san francisco,mesotheolima,los angeles motorcycle accident lawyer,mesothelioma attorney florida,broward county dui lawyer,state of california car insurance,selling a structured settlement,best accident attorneys,accident attorney san bernardino,mesothelioma ct,hughes net business,california motorcycle accident lawyer,mesothelioma help,washington mesothelioma attorney,best mesothelioma lawyers,diagnosed with mesothelioma,motorcycle accident attorney chicago,structured settlement need cash now,mesothelioma settlement amounts,motorcycle accident attorney sacramento,alcohol rehab center in florida,fast cash for house,car accident lawyer michigan,maritime lawyer houston,mesothelioma personal injury lawyers,personal injury attorney ocala fl,business voice mail service,california mesothelioma attorney,offshore accident lawyer,buy structured settlements,philadelphia mesothelioma lawyer,selling structured settlement,workplace accident attorney,illinois mesothelioma lawyer

Menu Navigasi

Part 44 LOVE IN RAIN

novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 44 LOVE IN RAIN

5 jam sudah berlalu. Viona berdiam diri di jembatan sambil menghadap ke arah sungai yang berada di bawahnya, menatap air yang mengalir dengan sangat tenang. Bukan berdiam diri tanpa alasan, ia tengah menunggu kedatangan Dion. Karena ia dan kekasihnya itu memang sudah janjian untuk ketemu disana. Di tempat dimana pertama kali lelakinya itu mencoba menghilangkan ketakutannya pada hujan.
Sebenarnya Dion tidak memastikan secara jelas apakah ia akan datang menemui Viona atau tidak, karena kemarin lelaki itu hanya terdiam tanpa kata. Ya, kemarin ketika Viona dan Dimas sengaja datang ke Prasetya Corporation untuk menjelaskan semuanya kepada Dion.
Tapi saat itu Dion tengah sibuk meeting bersama semua staff dan para petinggi perusahaan, sekalinya keluar setelah selesai meeting Dion malah mengusir Viona dan Dimas, ia tidak mau mendengarkan apa yang ingin mereka jelaskan. Namun sebelum pergi, Viona sempat mengatakan bahwa ia akan menunggu lelaki itu di jembatan tempat dimana ia berada sekarang jam 10 pagi. Meskipun pada kenyataannya sampai sekarang yang ditunggu tak kunjung datang juga.
Hingga tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras, tapi itu sama sekali tak menggoyahkan tekad Viona untuk tetap menunggu Dion. Ia tetap berdiri pada posisinya, membiarkan tetesan dari langit membasahi seluruh tubuhnya. Tak ada niatan untuk berteduh, karena memang tak ada tempat berteduh disana. Ia kesana pun diantarkan oleh Dimas, tidak membawa mobil sendiri.
Dan sekarang ia benar-benar sendirian di tepi jembatan di tengah hujan yang semakin lama semakin deras, bahkan sesekali dibarengi oleh sembaran petir, serta hembusan angin yang merasuk ke dalam pori-pori tubuhnya. Tapi ia masih tetap juga bertahan pada posisinya. Karena ia sangat yakin Dion akan datang, meskipun entah berapa lama lagi.
Hari semakin gelap, sementara hujan belum juga reda. Meskipun sudah tidak sederas tadi. Viona pun mulai merasakan tubuhnya menggigil dan gemetar, kakinya terasa sakit, serta kepalanya terasa sangat berat. Kesadarannya juga mulai hilang, dan tubuhnya nyaris terjatuh karena terlalu lemas. Namun beruntung, disaat hendak terjatuh itu Dimas yang baru tiba untuk menjemputnya langsung menangkapnya dengan sigap.
"Ya ampun Viona kamu masih disini?." tanya Dimas lurus sambil memegang kuat kedua lengan adiknya itu. "Dion mana?."
"Dia belum datang." jawab Viona dengan sangat pelan
"Apa belum datang? Jadi dari pagi kamu nungguin dia disini?." Dimas nampak kesal
"Mungkin dia baru pulang dari kantor, dan sekarang lagi di perjalanan menuju kesini." Viona mencoba untuk terlihat kuat, padahal tubuhnya sudah benar-benar lemas
"Udah ga perlu kamu pikirin dia lagi, lebih baik sekarang kita pulang. Tubuh kamu sudah sangat lemah seperti ini." Dimas berusaha membawa Viona pergi
"Ngga." Viona langsung melepaskan pegangan Dimas. "Aku ga akan pergi sebelum Dion datang."
"Kamu jangan bodoh Viona, kalau memang Dion berniat untuk datang kesini, dia pasti udah datang sejak tadi. Dia ga akan membiarkan kamu berlama-lama menunggu apalagi sampai hujan-hujanan seperti ini." Dimas mencoba memberi pengertian. "Udah mendingan sekarang kita pulang." ajaknya sambil merangkul Viona
"Ngga." tolak Viona lagi. "Pokoknya aku akan tetap disini sampai Dion datang." tegasnya dengan tubuh yang mulai sempoyongan
"Viona." Dimas langsung menahan dengan sigap
Viona merasa pandangannya mulai kabur, kepalanya pun semakin terasa berat, hingga akhirnya. Brukkkkk. Gadis itu terjatuh dalam pegangan Dimas dengan keadaan tak sadarkan diri.
"Viona." Dimas berusaha menyadarkan Viona
Sebelum akhirnya ia menggendong adiknya itu sampai ke dalam mobil. Lalu mulai mengemudikan mobilnya dengan perasaan dipenuhi kekhawatiran.

***
Setelah cukup lama disibukkan dengan urusan kantor, akhirnya kini Dion kembali pada rutinitasnya di restoran. Bahkan seharian ini dia begitu menikmati kesibukannya di dapur bersama para chef, melepas rindu sekaligus mencoba melupakan sejenak semua masalah yang tengah dihadapinya sekarang.
Hingga ia terdiam beberapa saat setelah merasa cukup lelah. Karena memang hari ini restoran sangat ramai, sehingga hanya sedikit saja waktu istirahat yang didapat. Menghilangkan semua kepenatan, lalu tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Dan langsung terburu-buru pergi setelah melepaskan celemek yang sejak tadi menutupi sweater dan bagian atas celana jeans nya.
"Pak Dion mau kemana?." tanya chef Andi yang merasa heran dengan sikap bosnya itu
Tapi Dion sama sekali tak menghiraukan, ia langsung berlari menuju parkiran di tengah hujan yang cukup deras lalu menaiki mobil lamanya. Ya, karena mobil Ferrari yang didapatkannya sebagai kado ulang tahun waktu itu sudah dijual untuk menutupi sebagian kecil hutang Reza pada bank.
Tender kemarin memang benar-benar mengeluarkan dana yang sangat besar, sehingga kegagalan untuk memenangkan tender itu membuat perusahannya sekarang terancam collapse. Oleh karenanya, Dion tengah berusaha sekeras mungkin untuk membayar semua hutang-hutang itu dengan memfokuskan diri pada restoran. Karena hanya itulah satu-satunya harapan yang tersisa.
Hingga tiba-tiba ponselnya berdering, ada sebuah panggilan masuk dari Sarah. Dengan cepat ia pun langsung menjawabnya.
"Hallo. Iya Ma, kenapa?." tanya Dion sambil tetap menyetir
"Kamu dimana? Masih di restoran? Bisa pulang sekarang ga? Katanya ada hal penting yang ingin papa bicarakan sama kamu." sahut Sarah di ujung sana
"Ini Dion lagi di jalan koq Ma, tapi mau..."
"Oh yaudah bagus kalau kamu udah di jalan pulang, mama sama papa tunggu kamu di rumah ya." sela Sarah yang kemudian langsung menutup teleponnya
"Loh koq malah dimatiin, aku kan mau bilang kalau aku mau nemuin Viona dulu." gumam Dion yang merasa sedikit kesal
Dion memang sengaja terburu-buru pergi dari restoran tadi untuk menemui Viona, karena ia baru ingat jika ia sudah janjian untuk bertemu dengan kekasihnya itu.
"Yaudahlah, lagipula sekarang udah mau malam juga. Ga mungkin kalau Viona masih nungguin aku di jembatan itu, dan terlebih dari tadi kan hujan terus. Pasti dia udah pulang lah ke rumahnya." Dion langsung mempercepat laju mobilnya
Sebenarnya Dion belum bisa memaafkan kesalahan Viona, bahkan perasaannya sekarang masih dipenuhi kekesalan yang mendalam. Tapi ia mencoba bersikap dewasa dengan mau mendengarkan apa yang ingin Viona jelaskan, maka dari itu ia berniat untuk memenuhi permintaan Viona yang ingin berbicara dengannya dan menunggunya di jembatan tempat pertama kali ia meyakinkan Viona untuk tidak takut lagi terhadap hujan. Meskipun ia baru mengingatnya beberapa jam setelah waktu janjian.
Namun sekarang ada hal yang jauh lebih penting untuk ia urusi, bukan karena Viona tidak penting. Tapi ia meyakini bahwa sekarang kekasihnya itu sudah berada di rumah, sehingga ia tidak perlu merasa bersalah jika tidak datang menemui karena ada urusan yang lain.
"Mama, Ma." panggil Dion saat baru saja memasuki rumahnya
"Mama di ruang tengah Dion." sahut Sarah yang tengah berada di bagian tengah rumah bersama Reza, tepatnya ruang keluarga tempat biasa mereka berkumpul
"Ada apa Pa? Koq sampai nyuruh aku pulang buru-buru segala?." tanya Dion sambil mulai terduduk bersama kedua orang tuanya itu
"Tadi papa sudah melakukan pertemuan dengan para collega dan beberapa teman bisnis yang lain." jelas Reza dengan wajah tak bersemangat
"Terus gimana?." tanya Dion lurus
"Nihil." Reza tersenyum pahit. "Tidak ada seorang pun yang mau bekerja sama dengan kita ataupun menginvestasikan sahamnya di perusahaan kita."
"Kenapa bisa? Bukannya beberapa diantara mereka pernah bekerja sama dengan perusahaan kita?." Dion merasa tak mengerti
"Memang benar. Tapi sekarang tidak ada lagi perusahaan manapun yang bersedia untuk bekerja sama dengan perusahaan kita, setelah Anggara membeberkan kesalahan papa di masa lalu kepada mereka semua." jelas Reza
"Kesalahan di masa lalu? Maksud papa apa?." Sarah mengerutkan kening heran
"Sebelumnya papa minta maaf, karena selama ini papa menyembunyikan hal penting dari kalian. Tadinya papa memang sengaja tidak ingin memberitahu kalian karena itu hanya masa lalu, tapi ternyata masa lalu itu datang lagi dan ingin menghancurkan kita semua." Reza nampak merasa bersalah
"Maksud papa om Anggara?." Dion yang memang sudah berasumsi jika pernah ada masalah diantara Reza dan Anggara di masa lalu, langsung mengeluarkan pertanyaan itu
"Iya." Reza mengangguk singkat
"Jadi papa benar-benar pernah mengenal Anggara dan mempunyai masalah sama dia di masa lalu?." Sarah terlihat kecewa karena suaminya itu telah menutupi sesuatu darinya
"Maafkan papa, Ma. Papa sama sekali ga bermaksud untuk ga jujur sama mama." Reza menatap dengan rasa penyesalannya. "Tapi sebenarnya mama tau koq jika papa pernah mengenal Anggara dan juga istrinya, karena dulu saat Dion masih berusia 2 tahun, papa pernah mengenalkan mama sama mereka." sahutnya mencoba untuk tetap tenang
"Papa pernah mengenalkan mama sama Anggara dan juga Marisa?." Sarah nampak menerka sesuatu. "Oh pantas saja, saat pertama kali mama bertemu mereka di hari wisuda Viona waktu itu. Mama seperti merasa pernah bertemu mereka sebelumnya, tapi mama lupa dimananya."
"Tunggu deh, barusan papa bilang papa pernah mengenalkan orang tua kandungnya Viona kepada mama? Berarti itu artinya dulu kalian berhubungan baik dong." sahut Dion
"Awalnya memang seperti itu, bahkan papa sama Anggara sudah bersahabat baik sejak kami masih di bangku SMA sama seperti dengan Handi, papanya Putri. Saat itu kami pun sedang melakukan kerja sama, membangun perusahaan bersama." jelas Reza panjang lebar. "Awal-awal semuanya berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu papa merasa bahwa mereka itu seolah ingin menguasai sendiri perusahaan yang kami bangun bersama. Memang sih papa sadar, mereka lebih besar menanamkan modalnya di perusahaan itu. Tapi bagaimanapun juga kan itu sebuah kerja sama, dan kami memiliki status yang sama sehingga memiliki hak yang sama. Sedangkan kenyataannya ga seperti itu, mereka seperti menganggap bahwa papa bawahannya bukan rekan kerjanya. Karena merasa kesal, akhirnya papa mencuri semua saham perusahaan itu untuk membangun perusahaan papa sendiri hingga berkembang sampai sekarang."
"Jadi maksudnya papa mengkhianati mereka?." Dion merasa tak percaya
"Ya karena papa merasa kesal dan ga terima dengan perlakuan mereka. Anggara dan Marisa itu begitu angkuh dan so berkuasa." ketus Reza
"Tapi tetap aja Pa, yang papa lakukan itu salah. Dan sekarang lihat akibatnya, mereka datang lagi untuk balas dendam kepada papa." sahut Sarah
"Papa tau papa memang salah, bahkan sangat salah. Tapi semuanya udah terjadi, dan kita ga bisa mengubahnya. Yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki yang masih bisa diperbaiki." Reza menatap lurus istrinya itu. "Jadi papa minta sama kamu Dion, kamu putuskan hubungan kamu dengan Viona. Karena papa ga mau keluarga kita berurusan lagi dengan keluarganya Anggara, sudah cukup dia menghancurkan kita. Jangan sampai kita menjadi lebih hancur lagi." sahutnya sambil mulai menoleh ke arah Dion
Dion hanya terdiam dengan tatapan tak percaya, ia sama sekali tak percaya jika Reza akan mengatakan hal itu. Menyuruhnya meninggalkan Viona.
"Tapi Viona ga salah apa-apa disini, jadi papa ga berhak menyuruh Dion memutuskan hubungannya dengan Viona." tegas Sarah
"Ga salah gimananya Ma? Jelas-jelas kemarin dia mengkhianati kita kan? Bahkan dia yang telah melancarkan niat balas dendam orang tuanya." balas Reza tak kalah tegas
"Ya tapi kan semua itu Viona lakukan mungkin karena dia memang ingin membela orang tuanya, dia ga salah dalam hal ini."
"Tetap aja salah Ma, seharusnya Viona ga menuruti permintaan orang tuanya itu. Tapi ini apa? Viona malah mengkhianati kita semua, padahal selama ini kita begitu mempercayainya dan bahkan kita telah menganggap dia sebagai anak kita sendiri. Itu artinya Viona sama sekali tidak mempunyai hati nurani seperti orang tuanya."
"Udah cukup Ma, Pa." Dion menghentikan Sarah dan Reza yang mulai bersitegang itu. "Ini adalah masalah antara papa dengan orang tuanya Viona, jadi papa ga bisa melibatkan Dion dan Viona. Lagipula Dion yakin koq kalau Viona ga mengkhianati kita, bisa saja itu rekasaya orang tuanya agar kita menganggap bahwa memang Viona yang melakukan semuanya. Dengan alasan karena mereka juga tidak ingin mempunyai hubungan apa-apa lagi dengan keluarga kita."
"Jangan naif Dion, hanya karena kamu mencintai Viona terus kamu menganggap dia tidak mungkin melakukan semua itu? Jelas-jelas kamu sudah mengetahui kebenarannya, Viona mengatakan secara terang-terangan bahwa dia ingin melihat isi file presentasi kamu, lalu dia bilang dia akan melakukan presentasi di hari yang sama saat kamu akan melakukan presentasi, padahal sebelumnya dia ga pernah mengatakan hal itu dan selalu setia menemani serta membantu kamu. Hingga di hari presentasi itu dia menjadi lawan kamu, dan dia mempresentasikan hasil kerja keras kamu." Reza mencoba memberi pengertian. "Kemudian dia mengatakan tidak tau apa-apa saat kita mengetahui semua itu, lalu ketika kamu ingin membuktikan apakah Viona bersalah atau tidak, tiba-tiba saja rekaman CCTV di hari dimana Viona bilang ingin melihat file presentasi milik kamu tidak ada. Padahal selama ini semua CCTV di kantor selalu hidup dan selalu merekam semua kejadian atau aktivitas apapun yang terjadi. Itu semua sudah direncanakan dengan sangat matang Dion, harusnya kamu sudah mengerti."
Seketika Dion diam dan tak berkutik lagi, karena semua yang dikatakan oleh Reza memang masuk akal dan bisa saja benar. Tapi entah kenapa dalam hatinya, ia tetap yakin bahwa Viona tidak mungkin melakukan semua itu.
Kenyataan yang ia terima seakan berperang dengan keyakinan hatinya. Ini sangat rumit. Ia pun tidak tau harus mempercayai yang mana ataupun mempercayai siapa.
"Sekali lagi papa minta sama kamu, papa sangat memohon sama kamu. Akhiri hubungan kamu dengan Viona, karena percuma sekalipun dilanjutkan tidak akan berjalan dengan baik. Karena sekarang keadaannya tidak lagi memungkinkan kalian untuk tetap bersama." Reza menatap dengan penuh penegasan
"Ngga, Pa. Aku ga bisa." Dion menggelengkan kepalanya. "Karena aku yakin, sesulit dan serumit apapun keadaannya kami pasti bisa melewatinya."
"Pikirkan baik-baik Dion, semuanya sudah tidak mungkin lagi. Ini demi kebaikan kita semua." pungkas Reza sebelum akhirnya beranjak pergi
Dion langsung mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan dengan begitu frustasi, bahkan air matanya pun membasahi wajahnya seketika. Dadanya terasa sangat sesak, ini begitu menyakitkan.
"Sabar ya sayang, ini memang sangat sulit." Sarah langsung mendekat lalu memegang lembut bahu anaknya itu. "Semua pilihannya ada di tangan kamu, tapi menurut mama sebaiknya kamu pertimbangkan permintaan papa tadi. Karena untuk kali ini, mama pun tidak bisa berbuat apa-apa. Keadaannya memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk kamu tetap bersama Viona."
"Jadi mama juga meminta Dion untuk meninggalkan Viona?." lirih Dion di dalam tangisnya yang sangat menyesakkan
"Maafkan mama. Karena seperti yang tadi mama bilang, untuk kali ini mama tidak berbuat apa-apa. Mama tidak bisa membantu kamu untuk tetap bersama Viona." Sarah nampak tak berdaya. "Jadi sebaiknya kamu pertimbangkan dengan baik permintaannya papa." pungkasnya sebelum akhirnya beranjak pergi juga seperti Reza, meninggalkan Dion sendirian
"Kenapa harus seperti ini?." geram Dion sambil kembali mengusap wajahnya dengan begitu frustasi

***
"Bagaimana keadaan putri kami Dok?." tanya Marisa kepada seorang dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Viona di kamarnya
"Putri kalian mengalami demam yang sangat tinggi, sehingga kondisinya sekarang benar-benar lemah." jelas dokter itu
"Apa perlu Viona kami bawa ke rumah sakit saja? Agar perawatannya lebih intensif." tanya Anggara lurus
"Sebaiknya kita tunggu sampai besok pagi, karena sekarang saya sudah memberikan dia infusan. Semoga saja dia bisa segera sadar dan demamnya segera turun. Tapi jika sampai besok, keadaannya masih tetap seperti ini. Kalian bisa langsung bawa dia ke rumah sakit." jelas dokter itu lagi
"Yasudah kalau begitu, terimakasih banyak ya Dok." Marisa menyunggingkan seulas senyum dibibirnya
"Sama-sama Bu." Dokter itu balas tersenyum. "Mohon maaf sepertinya saya harus segera pergi, karena harus kembali ke rumah sakit."
"Biar saya antarkan ke bawah Dok, kalau begitu." Dimas mencoba menawarkan
"Baik." Dokter itu menyetujui
Lalu ia dan Dimas pun keluar dari kamarnya Viona.
"Ya ampun sayang, kenapa kamu harus sampai hujan-hujanan hanya untuk menunggu Dion yang tidak mau datang menemui kamu." Marisa langsung terduduk di tepi ranjang Viona sambil mengelus lembut kepala putrinya itu, setelah mengganti kompresannya
"Ini semua salah Dimas, coba aja dia ga mengajak Viona untuk pergi menemui Dion. Pasti semua ini ga akan terjadi." geram Anggara
"Tapi dalam hal ini yang lebih salah adalah Dion Pa, dia benar-benar keterlaluan. Ga seharusnya dia membiarkan Viona menunggu berjam-jam dan kehujanan hingga sampai demam tinggi seperti ini. Kalau memang dia tidak mau datang, dia hubungi Viona sebelumnya. Bukan tanpa kepastian seperti itu." balas Marisa yang juga merasa geram
"Ga perlu heran Ma, Dion pasti sudah dipengaruhi oleh si pengkhianat itu. Sehingga yang tadinya dia sangat memperdulikan Viona, sekarang jadi bodo amat seperti ini." Anggara tersenyum culas
"Mungkin Dion memang sedang ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan kali Pa, karena sekarang kan perusahaan papanya terancam collapse karena ulah papa." sahut Dimas yang baru kembali setelah mengantarkan dokter tadi
"Jaga bicara kamu, Dimas." Anggara langsung menunjuk kesal putranya itu. "Semua itu memang pantas Reza dapatkan setelah apa yang pernah dia lakukan dulu kepada kita." tegasnya sambil mulai menurunkan tangannya
"Tapi seperti yang pernah aku bilang, itu adalah masalah papa dengan Reza. Jadi jangan melibatkan Dion dan juga Viona." balas Dimas tak kalah tegas
"Jelas saja Dion dilibatkan dalam hal ini, karena dia itu anaknya Reza. Anak dari seorang pengkhianat yang pernah menghancurkan keluarga kita."
"Tapi Dion dan Viona itu saling mencintai Pa, papa ga bisa memisahkan mereka."
"Kenapa tidak? Dion saja sudah tidak peduli dengan Viona, bahkan dia sampai membuat Viona menjadi seperti ini."
"Ya itu semua juga karena ulah papa, karena rekayasa papa yang membuat Viona seolah-olah telah mengkhianati Dion dan keluarganya. Sehingga mungkin sekarang Dion masih belum bisa terima dan merasa kesal dengan Viona, karena dia menganggap Viona memang bersalah."
"Nah justru itu yang ingin papa uji dari Dion, keseriusannya dia dalam mencintai Viona. Kalau memang dia benar-benar mencintai Viona, dia ga akan percaya gitu aja dengan rekayasa yang telah papa buat itu. Dia akan meyakini bahwa Viona tidak bersalah, karena dia sudah sangat mengenal bagaimana Viona. Tapi ini apa? Dia malah percaya dan membuat Viona tertekan."
"Wajar Pa, kalau dia begitu. Karena semua fakta yang ada memang menunjukkan bahwa Viona lah yang bersalah. Tapi aku yakin koq, di dalam hatinya Dion percaya bahwa Viona tidak bersalah. Dan saat ini bukan hanya Viona yang tertekan, tapi Dion juga pasti tertekan."
"Kenapa dari tadi kamu terus-menerus membela Dion? Apa kamu tidak melihat bagaimana keadaan Viona sekarang? Dia sampai seperti ini karena kamu dan juga Dion." Marisa langsung menghampiri suami dan putranya itu
"Aku cuma mencoba meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara Viona dan juga Dion, apa itu salah?." tanya Dimas lurus
"Tujuan kamu memang ga salah, tapi kenyataannya apa? Saat kalian pergi ke kantornya Reza, Dion malah mengusir kalian kan? Dan saat Viona mengajak Dion untuk janjian ketemuan, apakah Dion datang? Ngga kan? Kalaupun memang dia sibuk, seharusnya dia mengabari Viona. Tapi ini ngga, itu artinya dia memang sudah tidak peduli lagi dengan Viona." tegas Marisa yang langsung membuat Dimas diam tak berkutik
"Sekarang, apa kamu masih ingin membela orang yang sudah membuat adik kamu menjadi seperti ini?." tanya Anggara dengan tajam
Dimas lagi lagi diam tak berkutik, ia tak tau harus mengatakan apa lagi. Karena yang dikatakan oleh orang tuanya itu memang benar. Tapi entah kenapa, dalam hati kecilnya ia sangat yakin bahwa Dion tidak seperti itu. Hanya saja mungkin ada alasan kenapa Dion tidak datang menemui Viona, meskipun ia sendiri pun tidak bisa mengira apa alasannya. Yang pasti, ia sangat yakin Dion tidak mungkin dengan saja membiarkan Viona menunggu selama itu apalagi sampai sudah tidak memperdulikan Viona lagi.

Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait