Part 43 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 43 LOVE IN RAIN
"Biar aku jelaskan dulu, aku mohon tolong percaya sama aku." Viona berjalan mendekati Dion
"Semuanya sudah sangat jelas Viona, jadi kamu ga perlu menjelaskan apa-apa lagi." tegas Reza yang langsung menghentikan langkah Viona
"Tapi om, Viona benar-benar ga tau kenapa bisa terjadi hal seperti tadi. Tolong om percaya sama Viona." Viona mencoba membuat ayah dari kekasihnya itu mengerti
"Terserah kamu mau bicara apa, yang jelas saya sudah tidak ingin mendengarkannya lagi. Jadi sekarang lebih baik kamu pergi dari sini, sebelum saya luapkan semua kekesalan saya terhadap kamu." tegas Reza dengan tatapan tajam
"Papa." Sarah menatap suaminya itu dengan rasa tak percaya. "Sebenarnya apa yang telah terjadi? Kenapa sikap papa dan Dion seperti ini kepada Viona?." tanyanya lurus
"Asal mama tau, Viona telah menghancurkan mimpi kita semua. Dia menjadi lawan Dion dalam presentasi tadi, dan mama tau? Dia mempresentasikan hasil kerja keras Dion selama ini. Dia mencuri file presentasi Dion dan menghancurkan semuanya." jelas Reza sambil menatap tajam Viona untuk kesekian kalinya
"Apa?." Sarah nampak begitu tercengang. "Bagaimana bisa Viona menjadi lawannya Dion, dia kan kerja di kantor papa. Otomatis kalian satu team kan?." tanyanya tak mengerti
"Jelas saja bisa, karena yang menjadi pesaing kita itu adalah Anggara Corporation. Perusahaan milik orang tua kandungnya Viona." jelas Reza lagi
"Jadi maksudnya, tadi Viona mewakili perusahaan orang tuanya untuk melawan perusahaan kita? Perusahaan tempat dia bekerja?." Sarah mulai memahami. "Dan dia mencuri file perusahaan kita untuk memenangkan tender itu?."
"Tepat sekali. Siapa yang mengira, gadis yang selama ini kita pikir baik. Lebih memilih bekerja di perusahaan kita padahal orang tuanya memiliki perusahaan sendiri, dan selalu bekerja dengan penuh professionalitas. Ternyata tanpa kita sadari, dia adalah musuh yang sangat mematikan." Reza nampak mulai geram
"Ngga, Viona ga mungkin seperti itu. Saya tau betul bagaimana Viona, karena saya yang mendidik dia sejak kecil." Vina mulai bersuara kembali
"Iya kak Viona ga mungkin melakukan hal ini." sambung Feby yang sejak tadi hanya terdiam
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Viona memang sudah dididik dengan sangat baik oleh kamu, Vina. Tapi ingat, manusia itu bisa saja berubah. Termasuk Viona yang sekarang sudah tinggal dengan orang tua kandungnya, dan pastinya dia sudah mendapat didikan baru yang membuatnya bisa melakukan hal seperti ini." jelas Reza. "Kamu mungkin tidak percaya, tapi kenyataannya memang Viona melakukan hal itu. Bahkan kemarin dia secara terang-terangan mengatakan ingin melihat isi dari file presentasi Dion, jadi sekarang apa salah kalau saya menyalahkan Viona? Karena ini memang fakta bukan tuduhan tanpa alasan."
"Viona." Vina langsung memberikan tatapan tak percaya pada anak angkatnya itu
"Viona benar-benar ga tau Ma, kenapa Viona bisa mempresentasikan file presentasi milik Dion. Dan waktu itu memang benar, Viona minta izin untuk melihat isi file presentasinya Dion..."
"Apa? Jadi semua yang dikatakan oleh papanya Dion tadi memang benar? Kamu melakukan semua itu?." sela Vina yang langsung terpancing emosi
"Memang benar, tapi..."
"Keterlaluan kamu Viona."
Sebuah tamparan keras langsung dilayangkan oleh Vina, membuat semua orang yang berada disana sangat tidak mempercayai apa yang baru saja terjadi.
"Selama ini mereka sudah sangat baik sama kamu, mereka selalu ada untuk kamu bahkan di titik tersulit sekalipun. Lalu apa ini balasan kamu?." Vina nampak semakin emosi
"Viona ga salah Ma, Viona ga tau apa-apa." lirih Viona sambil memegang pipi kirinya yang jadi memerah karena tamparan tadi, sambil berurai air mata
"Cukup Viona, ga perlu mengelak lagi. Kamu memang benar-benar keterluan." Vina menatap dengan tajam
"Kamu yang keterlaluan Vina."
Marisa yang baru datang langsung melayangkan sebuah tamparan sangat keras pada perempuan itu.
Ia dan suaminya memang sudah berada di teras rumah ketika Vina menampar Viona tadi, lalu mereka langsung mempercepat langkahnya demi untuk melindungi Viona.
"Berani beraninya kamu menampar anak saya." geram Marisa. "Memangnya kamu pikir kamu siapa? Hah?." lanjutnya yang langsung menjambak rambut Vina
"Mama udah." Viona langsung menarik mamanya itu untuk menjauhkannya dari Vina
"Kenapa kamu belain dia? Apa kamu lupa apa yang udah dia lakukan sama kamu tadi?." Marisa nampak tak mengerti
"Viona ga lupa Ma, Viona sama sekali ga lupa dengan apa yang udah mama Vina lakukan tadi. Tapi udah Ma, mama ga perlu kaya gini." jelas Viona yang masih berurai air mata
"Mama kaya gini karena mama membela kamu, mama ga bisa tinggal diam jika ada orang yang berusaha menyakiti kamu." tegas Marisa
"Ga perlu membuat drama disini, lebih kalian semua pergi dari rumah saya sekarang juga." usir Reza yang semakin emosi
"Tanpa kamu suruh pun, kami memang akan pergi. Karena kami ga sudi harus berdiam diri lama-lama di dalam rumah yang didapatkan dari hasil merebut milik orang lain seperti ini." sahut Anggara dengan sangat tajam
"Apa maksud om berbicara seperti itu?." tanya Dion lurus
"Lebih baik kamu tanyakan langsung kepada papa kamu yang ga punya malu itu." Anggara tersenyum sinis
"Jaga bicara kamu Anggara." Reza menunjuk dengan sangat kesal
"Kenapa saya harus menjaga bicara saya?." Anggara kembali tersenyum sinis. "Saya bicara berdasarkan fakta, dan kehancuran ini memang sangat pantas kamu dapatkan."
"Ayo Viona, kita pergi dari sini."
"Tapi Pa..." Viona berusaha menolak
Tapi Anggara dan juga Marisa terus memaksanya, hingga akhirnya ia pun pergi meninggalkan rumah Reza bersama kedua orang tuanya itu.
"Pa, apa yang dimaksud om Anggara tadi? Kenapa dia terlihat sangat membenci papa? Apa papa pernah mengenal dia sebelumnya dan mempunyai masalah sama dia?." Dion langsung mendekati Reza setelah Viona dan orang tuanya pergi
"Kamu ga perlu menanggapi apa yang dia katakan tadi, karena semua yang dikatakannya itu ga benar." sahut Reza dengan wajah yang masih kesal. "Lagipula papa ga pernah kenal apalagi punya masalah sama dia."
"Tapi kenapa om Anggara seolah-olah bersikap bahwa dia sudah mengenal papa sebelumnya, dan dia juga seperti mempunyai kebencian yang sangat besar terhadap papa." balas Dion dengan bijak
"Mana papa tau." acuh Reza. "Sudahlah, papa cape. Papa ingin istirahat, ga usah ngebahas hal ini lagi." lanjutnya yang kemudian beranjak pergi
"Ma, lebih baik kita pulang sekarang ya. Biar mama juga bisa menenangkan diri." ajak Feby kepada mamanya yang hanya terdiam kaku setelah diserang Marisa karena telah menampar Viona tadi. "Tante, kak Dion. Kami pulang dulu ya." pamitnya kepada Sarah dan Dion yang juga hanya terdiam
"Mau kakak antar?." Dion mencoba menawarkan
"Ga usah kak, kami naik taxi aja." tolak Feby yang memang memahami betul bagaimana keadaan kekasih dari angkatnya itu sekarang
"Yaudah kalau gitu, kalian hati-hati ya." Sarah menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Iya tante." Feby balas tersenyum, lalu memapah Vina yang masih saja terdiam dengan tatapan kosong
Nampak seperti ada penyesalan mendalam pada diri Vina, karena telah menampar Viona tadi. Selama 20 tahun ia hidup bersama Viona, ia memang tidak pernah sekalipun bertindak kasar apalagi sampai main fisik seperti itu. Tapi entah apa yang terjadi tadi, ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri sampai tega menampar anak yang begitu disayangi itu.
***
"Sekarang papa jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi tadi?." tanya Viona dengan penuh penegasan
Ketika ia dan kedua orang tuanya baru saja tiba di ruang keluarga rumahnya.
"Kenapa bisa Viona mempresentasikan bahan presentasinya Dion?."
"Kamu tenang dulu, kamu duduk dengan santai. Biar papa enak menjelaskannya." suruh Anggara dengan lembut
"Tenang papa bilang? Bagaimana bisa Viona tenang setelah apa yang terjadi tadi?." Viona nampak kesal
"Mama tau, mama sangat memahami betul bagaimana perasaan kamu sekarang. Tapi sayang, semuanya akan menjadi semakin rumit kalau kamu tidak tenang dalam menanggapi semua ini. Jadi tolong, kamu tenangin diri kamu dulu." Marisa mencoba membuat Viona terduduk bersamanya dan juga Anggara
Hingga salah satu pelayan datang untuk membawakan 3 gelas minuman segar, lalu kembali pergi setelah menyimpannya di atas meja.
"Lebih baik kamu minum dulu." Marisa memberikan satu gelas pada Viona
Dengan masih sedikit kesal, Viona pun mengambil gelas itu lalu mulai meminum minumannya. Kemudian mencoba menarik nafas dan membuangnya secara perlahan berulang kali, untuk mengembalikan ketenangan dalam dirinya.
"Gimana udah jauh lebih tenang?." tanya Anggara lurus
"Udah." Viona mengangguk singkat
"Bagus kalau gitu." Anggara tersenyum santai. "Papa akan menjelaskan semuanya sama kamu, tapi dengan syarat kamu harus mendengarkan dulu sampai selesai. Jangan memotong penjelasan papa, dan jangan memberikan respon apapun dulu sebelum penjelasannya selesai." sahutnya dengan tenang
"Oke." Viona kembali mengangguk singkat
"Janji?." Anggara menatap dengan tegas
"Iya." Viona berusaha meyakinkan papanya itu
Setelah menarik nafas berat sejenak, Anggara pun mulai menjelaskan semuanya. Ia memang sengaja menyuruh orang untuk mencuri file presentasi Dion dengan tujuan membalaskan dendamnya pada Reza, karena dulu Reza pernah membuat perusahaannya collapse hingga kehidupannya hancur. Padahal ia dan Reza bersahabat sangat dekat, tapi entah kenapa Reza sampai tega mengkhianati kepercayaannya dengan mengambil semua saham perusahaan yang telah dibangun bersama demi keuntungan pribadi.
"Ga mungkin, om Reza adalah orang yang baik. Ga mungkin dia melakukan hal itu." Viona menggeleng tak percaya
"Itulah liciknya Reza, dia selalu berhasil membuat orang-orang disekitarnya percaya bahwa dia adalah orang yang baik sehingga siapapun tidak akan ada yang percaya jika dia tega melakukan perbuatan seperti ini." Anggara tersenyum culas. "Bahkan papa dan mama pun pernah sangat mempercayai dia sebelum akhirnya kami dikhianati, dan sepertinya istri dan anaknya juga tidak mengetahui tentang hal ini. Mereka hanya tau menikmati kehidupan mewah yang dia berikan, tanpa tau darimana semua itu berasal."
"Dan Reza adalah orang yang membuat kami sampai harus kehilangan kamu selama 20 tahun lamanya. Dia juga yang membuat perusahaan kami collapse, hingga akhirnya kami terpaksa menitipkan kamu kepada Vina sedangkan Dimas dibiarkan di rumah bersama baby sister karena saat itu dia sudah cukup besar." sambung Marisa. "Tapi untungnya dengan kerja keras yang sangat extra, kami bisa mendapatkan semua ini. Bahkan kehidupan kita yang sekarang jauh lebih baik dari kehidupan kita yang dulu sebelum dihancurkan oleh Reza."
Seketika Viona langsung terdiam, ia tak mengerti harus berbicara apa lagi. Ini rumit bahkan sangat rumit. Benar-benar di luar kapasitas pemikirannya.
"Kenapa kalian harus melibatkan Viona ke dalam balas dendam ini?." tanya Viona lurus setelah terdiam cukup lama
"Karena kamu mempunyai hubungan dengan keluarga mereka, jadi tanpa dilibatkan pun kamu pasti akan tetap terlibat." jelas Marisa
"Setelah kamu mengetahui semua ini, papa minta kamu jauhi mereka. Jangan mempunyai hubungan lagi dengan mereka, putuskan hubungan kamu dengan Dion. Jauhi juga Vina dan Feby, karena mereka berada di pihaknya Reza bahkan Vina sampai tega menampar kamu hanya untuk membela keluarganya Reza." tegas Anggara
"Urusan papa sama om Reza ga ada hubungannya dengan Viona dan Dion, itu urusan kalian jangan bawa-bawa kami. Jadi papa ga bisa menyuruh Viona memutuskan Dion." balas Viona tak kalah tegas
"Jelas ada hubungannya Viona, karena Dion adalah anaknya Reza. Orang yang sudah menghancurkan kita semua." sahut Reza dengan lebih tegas. "Tolong kamu mengerti, sudah terlalu banyak masa sulit yang papa dan mama lewati hanya karena pengkhianat itu. Jadi papa minta sekali lagi, kamu putuskan hubungan kamu dengan mereka semua."
"Ngga Pa, Viona ga akan pernah memutuskan hubungan Viona dengan Dion, orang tuanya, ataupun mama Vina dan juga Feby." pungkas Viona yang kemudian langsung beranjak pergi
"Papa belum selesai bicara Viona." panggil Anggara namun sama sekali tak dihiraukan oleh putrinya itu
"Sabar Pa, Viona masih perlu waktu untuk memahami semua ini." Marisa mengelus lembut bahu Anggara untuk sedikit menenangkan
***
Entah sudah berapa lama Viona berdiam diri di sofa yang berada di dalam kamarnya, yang jelas saat ini hari sudah semakin malam. Setelah obrolan terakhirnya dengan Marisa dan juga Anggara tadi pagi, ia memang terus mengurung dirinya.
Hanya terdiam dengan tatapan kosong, tanpa ada air mata yang menetes di wajahnya. Masalah kali ini benar-benar tidak dapat ia pahami. Karena masalahnya bukan pada dirinya sendiri.
"Viona."
Hingga tiba-tiba terdengar suara panggilan Dimas sambil mengetuk pintu kamarnya.
Namun Viona sama sekali tak menghiraukan panggilan itu, sekalipun ia memang mendengarnya.
Setelah cukup lama menungggu, Dimas pun mulai membuka pintu kamar Viona dengan menggunakan kunci cadangan. Sebenarnya Marisa dan Anggara melarang jika ia membuka pintu kamar adiknya itu dengan paksa, karena mereka ingin membiarkan Viona sendiri dulu untuk menenangkan diri dan mencoba memahami semuanya. Tapi karena merasa khawatir dengan keadaan Viona, ia akhirnya memaksa untuk masuk.
"Kamu baik-baik aja?." tanya Dimas setelah ia duduk di sebelah Viona
"Kamu pikir aku akan baik-baik aja setelah apa yang semuanya terjadi tadi?." sinis Viona
"Aku sangat mengerti bagaimana keadaan kamu sekarang. Justru inilah alasannya kenapa sejak kemarin aku selalu mengatakan agar kamu mau mempertimbangkan dulu untuk melakukan presentasi itu, tapi kamu ga pernah mendengarkan." Dimas menatap tenang adiknya itu
"Jadi ini yang mau kamu bicarakan sejak kemarin?." tanya Viona lurus
"Iya." Dimas mengangguk singkat. "Karena aku tau presentasi itu akan menimbulkan masalah yang besar ke dalam kehidupan kamu, terutama pada hubungan kamu dengan Dion."
"Makanya sejak kemarin aku berusaha keras untuk memberitahu kamu tentang semua ini, tapi selalu aja ada halangan ketika aku sudah ingin mengatakannya sama kamu."
"Kenapa kamu berusaha untuk mencegah semua ini terjadi? Bukannya kamu akan senang kalau hubungan aku sama Dion hancur?." tanya Viona dengan sedikit tajam
Sejenak Dimas tersenyum kecil. "Itu dulu Viona, tidak dengan sekarang. Karena jujur meskipun sampai saat ini aku masih mencintai kamu, tapi aku sadar bahwa kamu itu adalah adik aku. Jadi ga seharusnya perasaan ini masih tetap ada." jelasnya dengan lembut
"Dan terlebih aku sudah terlalu sering menyakiti kamu dan selalu berusaha menjauhkan kamu dengan Dion, padahal kalian berdua itu saling mencintai. Jadi sekarang aku ingin menebus semua kesalahan aku itu, aku janji Viona aku tidak akan membiarkan siapapun memisahkan kamu dengan Dion. Sekalipun itu mama dan papa."
Dimas langsung menggenggam erat kedua tangan Viona sambil menatapnya dengan penuh arti.
"Apa iya Dimas akan melakukan semua itu?." pikir Viona dalam diamnya
"Mungkin kamu belum bisa percaya sepenuhnya kalau aku benar-benar sudah berubah. Tapi aku akan membuktikannya sama kamu." Dimas menatap dengan sangat tenang. "Besok aku akan mengantar kamu untuk menemui Dion, kita jelaskan semuanya sama dia."
"Oke." Viona mulai melepaskan tangannya dari genggaman Dimas
"Permisi. Non Viona, Den Dimas." sahut seorang pelayan yang tiba-tiba datang sambil mengetuk pintu kamar Viona
"Iya. Kenapa?." tanya Dimas lurus
"Non Viona dipanggil sama Nyonya ke bawah, soalnya ada Bu Vina dan anaknya datang kesini." jelas pelayan itu
"Apa? Mama Vina dan Feby ada di bawah?." Viona mengerutkan kening heran
"Tumben banget mereka kesini." sahut Dimas
Kedatangan Vina dan Feby tentu saja membuat Viona dan Dimas terheran-heran, karena memang sebelumnya mereka tidak pernah sekalipun datang kemari. Ini untuk yang pertama kalinya.
"Oh jadi kamu lebih memilih berpihak pada keluarga mereka dibandingkan pada kami? Bahkan kamu lebih rela kehilangan Viona demi untuk membela mereka?."
Terdengar suara Marisa dengan nada kesal ketika Viona dan Dimas baru saja berjalan memasuki ruang tamu.
"Ini bukan tentang siapa memihak siapa atau siapa membela siapa, tapi ini adalah tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Dan sudah jelas bahwa yang salah itu adalah kalian, tidak seharusnya kalian menanamkan bibit-bibit kebencian pada Viona sampai dia tega mengkhianati Dion dan keluarganya." tegas Vina dengan tatapan tajam
"Apa? Jadi mama benar-benar percaya kalau aku memang telah mengkhianati Dion dan keluarganya." gumam Viona dalam hatinya yang merasa sedikit sesak
"Yasudah kalau menurut kamu memang seperti itu, mulai saat ini jangan harap kamu bisa menemui Viona lagi. Anggap Viona tidak pernah kamu rawat dan jaga selama 20 tahun, anggap Viona tidak pernah ada di dalam kehidupan kamu, dan anggap Viona tidak pernah mempunyai hubungan apa-apa sama kamu." tegas Anggara dengan tatapan tak kalah tajam
Seketika Vina diam tanpa kata, ia tak menyangka jika Anggara akan mengatakan hal seperti itu. Padahal niat awalnya hanya untuk menyadarkan Anggara dan juga Marisa bahwa yang telah dilakukannya memang salah, terlepas dari apapun alasannya.
"Papa ga berhak melakukan semua itu." sahut Dimas yang langsung berjalan menghampiri, meninggalkan Viona yang hanya terdiam kaku tak jauh dari posisi mereka
"Kamu ga perlu ikut campur Dimas, karena kamu ga tau apa-apa." balas Anggara
"Kak Viona." Feby langsung membalikkan badannya bersama dengan Vina, setelah mulai menyadari bahwa kakak angkatnya itu berada disana
"Siapa bilang aku ga tau apa-apa? Aku tau semuanya Pa. Apa papa lupa? Kalau aku adalah orang yang papa suruh untuk mencari si Reza Reza itu?." Dimas menatap dengan tegas. "Kalau saja aku tau bakal seperti ini jadinya, aku ga akan pernah melakukannya. Papa tau? Yang punya masalah dengan keluarga Reza itu adalah papa dan mama, bukan Viona. Tapi kenapa harus Viona yang menanggung akibatnya, dia harus menjauh dari Dion, dan dia juga harus menjauh dari keluarga yang sudah hidup bersamanya selama 20 tahun. Hanya demi balas dendam kalian mengorbankan kebahagiannya Viona."
"Lebih baik kamu diam, karena kamu ga akan pernah mengerti." Anggara balas menatap dengan lebih tegas
"Untuk apa kalian masih disini?." sinis Marisa kepada Vina dan juga Feby yang masih berdiam diri di hadapannya. "Apa perlu saya panggil penjaga dan satpam di depan untuk menunjukkan jalan keluar dari rumah ini kepada kalian?."
"Ga perlu, kami bisa keluar sendiri." tolak Vina. "Ayo Feby kita pergi dari sini." ajaknya yang langsung menarik anaknya itu
"Tapi Ma, kita kan belum bicara dengan kak Viona." Feby mencoba menahan. "Kak Viona, lebih baik kakak ikut sama kami aja ya. Kakak tinggal sama kami lagi, jangan tinggal sama orang-orang yang ga punya hati kaya mereka." sahutnya yang langsung menghampiri Viona
"Apa maksud kamu mengatakan semua itu?." tanya Viona yang nampak langsung kesal
"Ya aku bicara apa adanya, mereka emang ga punya hati. Seenaknya menghancurkan kak Dion dan keluarganya, terus nyuruh kakak menjauh dari kak Dion, aku dan juga mama. Mereka ga punya hati kak, mereka cuma memikirkan egonya sendiri, mereka ga memikirkan kakak sedikitpun." jelas Feby
"Kamu ga tau apa-apa, jadi jangan berbicara seperti itu. Mereka adalah orang tua aku, dan kamu sama sekali ga berhak untuk menghina mereka." tegas Viona yang tak terima dengan hinaan yang diberikan oleh Feby kepada Marisa dan juga Anggara
"Feby ga menghina orang tua kamu, karena memang itu kenyataannya. Mereka ga punya hati. Justru mama dan Feby ingin menyadarkan kamu agar kamu tidak lagi terpengaruh untuk melakukan tindakan buruk seperti yang kamu lakukan kepada Dion dan keluarganya." Vina mulai bersuara kembali
Viona langsung menatap tak percaya, ia tak menyangka jika kepercayaan Vina kepadanya sekecil itu. Bahkan Vina begitu meyakini bahwa memang ia yang telah menghancurkan Dion dan keluarganya, padahal ia sama sekali tidak tau apa-apa.
"Sayang, mama minta maaf karena tadi pagi mama sampai tega menampar kamu. Tapi itu semua mama lakukan agar kamu sadar bahwa yang kamu lakukan itu salah. Mama tau mungkin kamu hanya ingin menuruti permintaan orang tua kamu, tapi tidak semua permintaan orang tua harus dituruti..."
"Cukup." sela Viona. "Sebelumnya makasih untuk nasehatnya, dan makasih juga untuk tuduhannya. Viona ga nyangka ternyata kepercayaan mama sama Viona sekecil ini." pungkasnya yang kemudian langsung pergi sambil berurai air mata
"Syukurlah kalau memang Vina mempercayai bahwa Viona benar-benar telah mengkhianati Dion dan keluarganya, itu artinya dia sendiri yang membuat Viona menjauh. Jadi aku ga perlu bersusah payah untuk menjauhkan mereka." gumam Marisa dalam hatinya yang merasa senang dengan apa yang telah terjadi ini. "Maafkan mama dan papa sayang, kami ga bermaksud untuk mengorbankan kebahagiaan kamu. Tapi ini demi kebaikan kita semua, kami janji kami akan mengganti kebahagiaan kamu yang telah hilang dengan kebahagiaan yang jauh lebih besar." lanjutnya dengan rasa bersalah
Hingga akhirnya Vina dan Feby pun pergi meninggalkan rumah itu, disusul dengan Dimas yang langsung beranjak pergi meninggalkan Marisa dan Anggara yang masih terduduk di ruang tamu. Terus menatap ke arah sebuah kunci, amplop dan cek yang berada di atas meja.
Ya, semua itu diberikan oleh Vina saat baru tiba di rumah mereka tadi. Vina memang belum sedikitpun menggunakan uang itu, untuk modal awal kue ia menggunakan uang tabungannya. Sedangkan untuk menggaji karyawan, ia menggunakan hasil keuntungan toko kuenya yang baru berjalan dalam waktu singkat ini.
Vina mengembalikan toko kue dan uang 50 juta yang pernah dibelikan oleh Viona, dan ia juga mengembalikan uang senilai 1 Milyar dalam sebuah cek yang pernah diberikan oleh Marisa dan juga Anggara.
Bukan tidak menghargai pemberian dari Viona, tapi semuanya dilakukan karena ia tidak ingin bermasalah dengan sepasang suami itu. Menurutnya, jika mereka bisa menghancurkan Reza karena dendam di masa lalu yang ia pun tidak mengetahui secara jelasnya. Bukan tak mungkin jika nanti pun mereka akan menghancurkannya karena ia berada di pihaknya Reza.
Jadi sebelum dihancurkan, lebih baik ia mengembalikan apa yang pernah mereka berikan. Sekalipun toko kue dan uang 50 juta itu diberikan oleh Viona, tapi tetap saja semuanya berasal dari mereka.
Lebih baik tetap hidup dalam kesederhanaan, daripada merasakan kemewahan namun akhirnya akan menghancurkan diri sendiri. Yakin Vina dalam hatinya.