HPK

mesothelioma survival rates,structured settlement annuity companies,mesothelioma attorneys california,structured settlements annuities,structured settlement buyer,mesothelioma suit,mesothelioma claim,small business administration sba,structured settlement purchasers,wisconsin mesothelioma attorney,houston tx auto insurance,mesotheliama,mesothelioma lawyer virginia,seattle mesothelioma lawyer,selling my structured settlement,mesothelioma attorney illinois,selling annuity,mesothelioma trial attorney,injury lawyer houston tx,baltimore mesothelioma attorneys,mesothelioma care,mesothelioma lawyer texas,structered settlement,houston motorcycle accident lawyer,p0135 honda civic 2004,structured settlement investments,mesothelioma lawyer dallas,caraccidentlawyer,structured settlemen,houston mesothelioma attorney,structured settlement sell,new york mesothelioma law firm,cash out structured settlement,mesothelioma lawyer chicago,lawsuit mesothelioma,truck accident attorney los angeles,asbestos exposure lawyers,mesothelioma cases,emergency response plan ppt,support.peachtree.com,structured settlement quote,semi truck accident lawyers,auto accident attorney Torrance,mesothelioma lawyer asbestos cancer lawsuit,mesothelioma lawyers san diego,asbestos mesothelioma lawsuit,buying structured settlements,mesothelioma attorney assistance,tennessee mesothelioma lawyer,earthlink business internet,meso lawyer,tucson car accident attorney,accident attorney orange county,mesothelioma litigation,mesothelioma settlements amounts,mesothelioma law firms,new mexico mesothelioma lawyer,accident attorneys orange county,mesothelioma lawsuit,personal injury accident lawyer,purchase structured settlements,firm law mesothelioma,car accident lawyers los angeles,mesothelioma attorneys,structured settlement company,auto accident lawyer san francisco,mesotheolima,los angeles motorcycle accident lawyer,mesothelioma attorney florida,broward county dui lawyer,state of california car insurance,selling a structured settlement,best accident attorneys,accident attorney san bernardino,mesothelioma ct,hughes net business,california motorcycle accident lawyer,mesothelioma help,washington mesothelioma attorney,best mesothelioma lawyers,diagnosed with mesothelioma,motorcycle accident attorney chicago,structured settlement need cash now,mesothelioma settlement amounts,motorcycle accident attorney sacramento,alcohol rehab center in florida,fast cash for house,car accident lawyer michigan,maritime lawyer houston,mesothelioma personal injury lawyers,personal injury attorney ocala fl,business voice mail service,california mesothelioma attorney,offshore accident lawyer,buy structured settlements,philadelphia mesothelioma lawyer,selling structured settlement,workplace accident attorney,illinois mesothelioma lawyer

Menu Navigasi

Part 42 LOVE IN RAIN

novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 42 LOVE IN RAIN

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tapi Viona masih terjaga di meja kerja yang berada di kamarnya. Gadis itu tengah fokus mempelajari isi file yang akan dipresentasikannya hari ini. File yang diberikan oleh Anggara sepulang dari restoran Dion tadi. Iya, malam tadi ia bersama Anggara, Marisa dan Dion memang makan malam disana. Orang tuanya itu sengaja menghubungi dan menyuruh kesana ketika ia tengah bersama Dion usai menikmati fireworks.
Sejenak di tengah kefokusannya, Viona membayangi kebersamaannya dengan Dion tadi. Wajahnya pun dipenuhi senyum kebahagiaan.
Hingga tiba-tiba turun hujan dengan sangat sangat deras, bahkan diikuti oleh petir yang terus menggelegar dengan keras dan terpaan angin yang menghentakkan jendela kamar. Seketika Viona menjadi ketakutan bahkan sangat ketakutan. Perasaannya tak karuan dan hatinya tidak tenang. Air mata pun turut mengalir di wajahnya.
"Mama Viona takut." lirih Viona yang langsung mengingat Vina
Entah kontak batin atau apa, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada video call masuk dari Vina, dengan cepat Viona pun langsung menerimanya.
"Hallo sayang." sahut Vina di ujung sana
"Hallo Mama. Viona takut Ma, temenin Viona." lirih Viona yang semakin terisak dalam tangisnya
"Sayang, kamu tenang ya. Mama ada disini untuk kamu." Vina berusaha menenangkan
"Tapi Viona ingin mama nemenin Viona secara langsung, Viona butuh mama." lirih Viona kembali
"Sayang, dengerin mama. Sekarang kamu tenangin diri kamu, bayangkan saja kalau mama ada disamping kamu dan sedang memeluk kamu dengan hangat. Jangan merasa takut sedikitpun, karena mama ada bersama kamu."
Perlahan Viona pun mengikuti kata-kata Vina, ia mulai menutup matanya, mencoba membayangkan jika mamanya itu memang ada disampingnya tengah memeluknya dengan begitu erat. Terasa sangat tenang dan damai.
Namun ketenangan dan kedamaian itu hilang seketika saat petir kembali menggelegar dengan sangat keras. Viona pun menjerit dengan begitu ketakutan.
"Sayang." Vina nampak sangat khawatir
"Viona takut Ma." Viona semakin berurai air mata. "Viona takut jika setelah ini akan ada lagi masalah yang menghampiri, lebih besar dari semua masalah yang pernah Viona alami sebelumnya."
"Ngga sayang, ga akan terjadi apa-apa. Udah mendingkan sekarang kamu temui orang tua kamu, kamu minta perlindungan sama mereka biar kamu bisa lebih tenang dan tidak ketakutan lagi. Jangan berpikiran yang aneh-aneh." sahut Vina dengan sangat lembut
"Tapi Ma..."
"Udah, temui mereka sekarang juga. Mama ga mau kamu semakin ketakutan karena berada di kamar sendirian." suruh Vina dengan lebih lembut
"Yaudah kalau gitu, Viona akan temui mereka sekarang juga. Makasih ya Ma, karena udah nemenin Viona." pungkas Viona sebelum akhirnya video call itu terputus dengan sendirinya
Bukannya reda, hujan malah semakin turun dengan derasnya. Bahkan petir pun terus saja menggelegar tanpa henti, begitupula dengan angin yang berhembus semakin kencang. Membuat suasana begitu mencekam di rumah yang sangat besar itu.
Dengan langkah cepat dan perasaan dipenuhi ketakutan, Viona beranjak menuju kamar orang tuanya yang berada cukup jauh dari kamarnya.
"Ma, Pa." panggil Viona sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya itu berulang kali
Sementara di dalam kamar, Marisa dan Anggara tengah tertidur dengan begitu lelapnya. Mereka sama sekali tak terusik dengan panggilan Viona ataupun suara ketukan pintu kamar.
Hingga akhirnya petir kembali menggelegar dengan sangat sangat keras diikuti oleh angin yang langsung menghentakkan jendela, seketika Viona pun langsung menjerit dengan begitu ketakutan.
Dan saat itu Marisa serta Anggara mulai terbangun dari tidurnya, karena mereka mendengar suara jeritan Viona.
"Siapa yang menjerit malam-malam gini sih Ma?." tanya Anggara sambil mengucek matanya
"Mama juga ga tau." Marisa mulai membangkitkan tubuhnya yang masih ingin terlelap tidur. "Tapi kaya suara Viona deh Pa."
"Viona?." Anggara mengerutkan kening heran
"Oh iya Pa, mama baru ingat. Dion kan pernah bilang kalau Viona itu takut sama hujan apalagi disertai petir seperti ini..."
"Dan itu artinya sekarang Viona sedang ketakutan dan yang menjerit tadi memang dia." sela Anggara
Lalu mereka pun langsung meninggalkan tempat tidur karena merasa sangat khawatir dengan keadaan putrinya.
"Viona." sahut Marisa ketika ia dan Anggara sudah membuka pintu kamarnya
Mereka melihat Viona tengah menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dan dengan tubuh yang gemetar.
"Mama." Viona langsung memeluk mamanya itu dengan sangat sangat erat. "Viona takut Ma."
"Tenang ya sayang, mama sama papa ada disini." Marisa mengelus lembut punggung putrinya itu
"Iya kamu tenang ya, jangan takut lagi." Anggara ikut mengelus punggung Viona. "Lebih baik kita masuk ke dalam." ajaknya lembut
Lalu ia pun berjalan memasuki kamarnya kembali bersama dengan Marisa, membawa Viona menuju tempat tidur.
"Malam ini kamu tidur disini aja ya sama mama dan papa." sahut Marisa saat ketiganya sudah berada di atas tempat tidur
"Tapi Ma..."
"Gapapa koq, anggap saja ini sebagai pengganti karena waktu kecil kamu ga pernah merasakan tidur bersama kami dalam satu tempat tidur." sela Anggara
Viona pun langsung menyetujui, karena memang ia sendiri pun tidak berani jika harus tidur sendirian di kamarnya malam ini. Terlebih hujan dan petir masih belum juga pergi.
Dengan penuh kasih sayang, Marisa dan Anggara mencoba menidurkan Viona yang saat ini terbaring di tengah-tengah mereka. Mereka terus saja mengelus lembut rambut putrinya itu hingga benar-benar tertidur lelap, bahkan sesekali mereka juga mengecup hangat kening Viona secara bergantian. Hingga ketiganya sama-sama tertidur lelap.

[EXTRACT]

***
Mentari pagi membangunkan jiwa-jiwa yang terlelap. Memberi semangat baru di hari yang baru. Bahkan suasana yang terasa mencekam bagi Viona dini hari tadi, kini berubah menjadi suasana yang begitu ceria di ruang makan.
Sebenarnya gadis itu masih merasa takut tentang hal yang akan terjadi setelah hujan deras dan sembaran petir itu, tapi ia mencoba menanamkam hal positif pada dirinya. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Itu hanya hujan biasa, dan tidak akan ada masalah apapun yang akan terjadi kepadanya.
"Bagaimana Viona, kamu sudah siap untuk presentasi hari ini?." tanya Anggara saat waktu sarapan mereka baru saja selesai
"Sangat siap." Viona mengangguk mantap
"Baguslah, kalau begitu kita berangkat sekarang?." Anggara menatap lurus putrinya itu
"Ayo." Viona langsung menyetujui
"Sebentar Pa, tas mama ketinggalan di kamar. Mama ambil dulu ya." sahut Marisa yang langsung beranjak pergi meninggalkan ruang makan
"Kamu tungguin mama kamu disini ya, biar papa duluan ke bawah." suruh Anggara yang kemudian juga pergi meninggalkan ruang makan
Dan kini hanya ada Viona dan juga Dimas yang berada di ruang makan itu.
Ketika merasakan situasi sudah aman dan tidak ada seorang pun lagi selain keduanya, Dimas mulai berjalan menghampiri Viona.
"Kamu yakin mau melakukan presentasi itu?."
Pertanyaan yang sudah berkali-kali disampaikan oleh Dimas selama dua hari ini, setiap kali bertemu dengan Viona. Bahkan Viona merasa bosan karena harus terus mendengarkan pertanyaan yang sama, padahal sudah jelas ia akan menjawab dengan mantap bahwa ia memang sangat yakin untuk melakukan presentasi itu. Karena tak ada alasan yang membuat ia harus membatalkannya.
"Aku harap kamu bisa membertimbangkan hal ini dulu, sebelum semuanya terlambat." sahut Dimas
"Maksud kamu apa sih? Dari kemarin selalu ini yang kamu bahas. Emangnya kenapa? Kamu ga suka kalau aku yang akan melakukan presentasi itu?." Viona nampak tak mengerti
"Bukan ga suka, tapi ada satu hal yang harus kamu tau. Dan aku yakin jika kamu mengetahui hal itu, kamu pasti akan membatalkan presentasinya." jelas Dimas
"Hal apa? Dari kemarin juga kamu selalu mengatakan ini, tapi kamu ga pernah memberitahu aku apa sebenarnya yang kamu maksud." Viona merasa geram
"Dari kemarin aku sudah ingin memberitahu kamu, tapi..."
"Viona, kita berangkat sekarang yukk. Biar ga telat sampai sananya." ajak Marisa yang baru kembali mengambil tas dari kamarnya
"Lagi lagi ada gangguan. Kenapa sih susah banget untuk ngomongin hal ini ke Viona." gerutu Dimas dalam hatinya
Karena memang sejak kemarin selalu saja ada pengganggu setiap kali ia ingin memberitahu Viona tentang sesuatu yang ingin ia sampaikan itu.
"Ayo Ma." Viona langsung menyetujui
"Kita duluan ya, kamu jangan terlalu siang pergi ke kantornya." pamit Marisa sambil menoleh ke arah Dimas
"Iya Ma, hati-hati ya. Aku juga udah mau berangkat koq ini." Dimas langsung cipika cipiki dengan mamanya itu
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dan menembus kemacetan ibu kota, Viona bersama kedua orang tuanya pun tiba di kantor klien yang akan menjadi tempat presentasinya. Lalu mereka langsung menuju lantai paling atas, berjalan menuju sebuah ruang multimedia yang berukuran sangat besar.
"Akhirnya yang kita tunggu datang juga." sahut seorang lelaki berjas yang terduduk di kursi utama pada meja panjang yang berada di ruangan itu ketika mereka mulai melangkah masuk
"Selamat pagi Pak Anton. Mohon maaf kami telat." Anggara langsung berjabatan tangan dengan lelaki itu yang saat ini tengah berdiri menyambutnya
"Masih tersisa 5 menit koq dari waktu yang sudah kita jadwalkan, jadi kalian tidak telat." sahut Anton yang merupakan klien yang dimaksud tadi sekaligus pemilik perusahaan tempat mereka berada sekarang
"Syukurlah kalau begitu." Anggara tersenyum lega
"Oh iya ini kenalkan pesaing kalian dari Prasetya Corporation, Pak Reza Prasetya beserta anaknya Dion Abimana Prasetya." Anton memperkenalkan mereka kepada Reza dan Dion yang memang sudah berada bersamanya sejak tadi
"Dion, Om Reza." Viona yang baru menyadari kehadiran kedua orang itu merasa sangat terkejut
Sementara Dion dan Reza yang memang sudah lebih dulu menyadari kehadiran Viona, hanya bisa terdiam dan dipenuhi tanda tanya.
"Oh jadi ini yang akan menjadi pesaing kami." Anggara tersenyum santai. "Senang bisa bertemu dengan Anda, Pak Reza Prasetya." sahutnya yang langsung berjabatan tangan dengan Reza
"Senang juga bisa bertemu dengan Anda, Pak Anggara." balas Reza dengan wajah datar
"Hallo Dion. Apa kabar?." Anggara langsung berjabatan tangan dengan Dion
"Hallo om. Saya baik." balas Dion yang masih dipenuhi tanda tanya
"Viona, kenapa kamu bisa ada disini?." tanya Reza lurus
"Hah?." Viona nampak tercengang
"Tentu saja Viona ada disini, karena dia kan anak saya. Viona Dwi Anggara." Anggara kembali tersenyum santai
"Apa? Jadi orang tua kandungnya Viona itu adalah kalian?." Reza menatap Anggara dan Marisa secara bergantian dengan wajah tak senang
"Iya. Memangnya kenapa?." Marisa mulai bersuara. "Ada yang salah?." tanyanya dengan wajah seperti menahan rasa kesal
"Oh tidak, tidak ada yang salah sama sekali." jawab Reza datar yang kemudian kembali terduduk di kursinya
"Baik kalau begitu, karena semuanya sudah datang. Dan saya juga tidak punya banyak waktu, kita bisa mulai presentasinya sekarang?." tanya Anton saat semuanya sudah terduduk di kursi masing-masing
Dengan posisi Viona, Marisa dan Anggara berhadapan dengan Dion dan juga Anggara.
"Tentu saja bisa. Bukan begitu Viona?." Marisa yang memang terduduk di sebelah Viona langsung melirik putrinya itu
"I-iya Ma." Viona mendadak tak karuan
"Apa? Viona? Maksudnya yang menjadi lawan aku untuk presentasi ini adalah Viona?." gumam Dion dalam hatinya yang juga mendadak tak karuan
"Kenapa mama dan papa ga bilang kalau yang akan menjadi lawan aku itu adalah Dion, kalau sudah begini aku harus apa. Aku ga mungkin membatalkan presentasi ini, tapi aku juga ga bisa kalau harus menjadi lawannya Dion." pikir Viona keras-keras
"Baik, mau siapa yang presentasi duluan? Prasetya Corporation atau Anggara Corporation?." tanya Anton
"Silahkan saja Prasetya Corporation dulu." Anggara mempersilahkan dengan begitu santai
"Oh ngga, ladies first." tolak Dion. "Biar Anggara Corporation dulu yang melakukan presentasi." sahutnya sambil tersenyum lembut kepada Viona
Seketika Viona langsung tercengang dan menatap lurus Dion. Seolah ingin mengisyaratkan bahwa ia tak ingin melakukan hal itu. Tapi Dion kembali tersenyum lembut dan mendukungnya untuk presentasi lebih dulu.
"Ini memang sulit, tapi aku harus bisa membedakan yang mana masalah pribadi dan yang mana masalah pekerjaan." gumam Dion dalam hatinya
"Oke Viona, kamu harus fokus. Ini hanya sebatas tanggung jawab, sekalipun Dion yang menjadi lawan kamu, kamu harus tetap bisa professional." Viona berusaha meyakinkan dirinya
Gadis itu mulai bangkit dari kursinya, lalu ia berjalan menuju layar multimedia. Hingga file yang ingin dipresentasikannya terpampang jelas disana.
Awalnya tidak ada yang aneh. Namun ketika Viona sudah memulai presentasinya, menjelaskan bahasan demi bahasan. Dion dan Reza dibuat terkejut tak percaya. Entah karena hal apa, yang jelas wajah mereka menunjukkan kekesalan yang berarti.
Hingga presentasi pun selesai, dan Viona pun mendapat applause dari semuanya. Termasuk Dion dan juga Reza, namun terlihat seperti terpaksa melakukannya.
"Luar biasa, benar-benar strategi yang sangat bagus." puji Anton ketika Viona sudah kembali duduk di kursinya
"Terimakasih Pak." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Apa-apaan ini Viona?." Reza langsung meluapkan semua kekesalan yang sejak tadi ditahannya
"Maksud om apa?." Viona mengerutkan kening heran
"Ga perlu bersikap seolah tidak tau apa-apa seperti itu." sinis Reza. "Kenapa kamu menggunakan file presentasi Dion untuk presentasi kamu tadi?."
"File presentasi Dion? Maksud om apa? Viona benar-benar tidak tau apa yang om maksudkan." Viona merasa sangat tidak mengerti
"Tunggu dulu, ada apa ini? Anda menuduh Viona menggunakan file presentasi milik Prasetya Corporation untuk bahan presentasinya tadi?." Anton mencoba menjadi penengah
"Bukan menuduh, tapi memang itu kenyataannya." tegas Reza yang langsung berdiri dengan sangat kesal
"Apa yang om bicarakan? Viona tidak menggunakan file presentasi milik Dion, Viona menggunakan file presentasi milik Viona sendiri." Viona pun ikut berdiri
"Milik sendiri kamu bilang? Milik sendiri dari mananya? Jelas-jelas itu adalah file presentasi milik Dion yang selama ini telah dikerjakan dengan susah payah." sahut Reza dengan tajam
"Pa." Viona langsung menoleh ke arah Anggara. "Apa maksud semua ini? Kenapa om Reza bilang kalau itu file presentasi milik Dion?."
"Jangan mengaku-ngaku kamu Reza, jelas-jelas yang dipresentasikan tadi memang file milik Viona." Anggara mulai berdiri diikuti oleh Marisa
"Papa saya tidak mengaku-ngaku om, itu memang file presentasi milik saya. Bahkan kemarin Viona pun sudah melihatnya sendiri di laptop saya." Dion langsung berdiri membela Reza
"Baru hampir melihat, aku ga jadi melihatnya." Viona mencoba menjelaskan
"Arghh sudahlah Dion, ga perlu dipercaya. Viona memang sama saja seperti orang tuanya, selalu menghalalkan semua cara untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginannya." sahut Reza dengan lebih tajam. "Lebih baik kita pergi dari sini."
"Tunggu dulu." Anton langsung menahan ketika Reza dan Dion mulai beranjak pergi. "Kalian tidak bisa pergi dulu, presentasinya belum selesai."
"Presentasi apa? File kami sudah dicuri oleh mereka. Jadi ga ada yang perlu dipresentasikan lagi, langsung saja Anda berikan tendernya kepada orang-orang serakah seperti mereka." Reza nampak sangat emosi yang kemudian langsung beranjak pergi bersama Dion
"Om Reza, tunggu." Viona bermaksud mengejar
"Kamu mau kemana?." Marisa langsung menghalangi
"Viona mau ngejar om Reza sama Dion Ma, Viona mau menjelaskan semuanya sama mereka." jelas Viona
"Ga perlu Viona, biarkan saja mereka." sahut Anggara
"Ngga Pa, Viona harus menjelaskan semuanya sama mereka." balas Viona yang kemudian langsung pergi tanpa bisa ditahan lagi
Gadis itu langsung berlari menyusul om Reza dan Dion yang sudah pergi cukup jauh. Hingga akhirnya ia berhasil menemui mereka di parkiran, tepat sekali ketika mereka hendak memasuki mobilnya Reza.
Karena memang hari ini Dion dan papanya itu pergi dengan satu mobil. Sama seperti Viona dan kedua orang tuanya.
"Om Reza, tunggu. Dengarkan penjelasan Viona dulu." Viona langsung menghalangi jalan anak dan ayah itu
"Penjelasan apa lagi Viona? Kamu mau menjelaskan bahwa kamu memang menggunakan file presentasi milik Dion, dan bahkan selama ini kamu hanya pura-pura membantu dan mendukung Dion? Padahal kamu sebenarnya disuruh memata-matai kami oleh orang tua kamu itu agar bisa menghancurkan kami hari ini. Iya?." Reza semakin merasa emosi
"Ngga om, Viona selama ini tulus membantu dan mendukung Dion. Dan bahkan Viona pun ga tau kenapa bisa terjadi hal sepeti ini." Viona mulai merasakan sesak di dadanya
"Bagaimana bisa kamu ga tau? Sedangkan kamu memang jelas-jelas sudah melihat isi file presentasi aku kemarin?." tanya Dion dengan tatapan tajam
"Ngga Dion, aku ga jadi melihatnya. Karena kemarin tiba-tiba ada telepon masuk, lalu aku mendadak ingin ke toilet. Aku benar-benar ga tau isi file presentasi kamu." Viona berusaha meyakinkan
"Alasan kamu itu sama sekali tidak masuk akal." sahut Dion dengan sangat tajam. "Aku ga nyangka kamu bisa setega ini sama aku." lanjutnya yang langsung pergi memasuki mobil melalui pintu kemudi
"Dion, tolong percaya sama aku. Aku benar-benar ga tau isi file presentasi kamu." Viona bermasuk menyusul
"Cukup Viona." Reza langsung menghalangi jalan Viona. "Kamu ga perlu menjelaskan apa-apa lagi. Om sudah sangat kecewa sama kamu, om ga habis pikir kenapa bisa kamu mengkhianati kami seperti ini. Padahal selama ini kami sudah sangat baik sama kamu, bahkan om dan tante sudah menganggap kamu sebagai anak kami sendiri. Tapi sekarang, kamu tega melakukan hal ini sama kami? Kamu tega menghancurkan mimpinya Dion?."
"Om tolong percaya sama Viona, Viona benar-benar tidak tau isi file presentasinya Dion. Karena kemarin Viona tidak jadi melihatnya, dan apa yang Viona presentasikan tadi, bahannya Viona dapatkan dari papa. Viona sama sekali ga tau apa-apa om, tolong percaya sama Viona." jelas Viona sambil berurai air mata
"Lebih baik kamu hapus air mata palsu itu, karena percuma saja. Saya tidak akan pernah mempercayainya." pungkas Reza yang kemudian langsung masuk ke dalam mobil
Lalu pergi bersama Dion, meninggalkan Viona yang tengah menangis sendirian di parkiran.
"Ngga, aku ga boleh lemah. Aku harus membuat mereka percaya kalau aku memang tidak tau apa-apa tentang hal ini." Viona langsung menghapus air matanya
Kemudian ia beranjak pergi dan menaiki taxi yang lewat, mengejar mobilnya Reza yang tengah dikemudikan oleh Dion.

***
Dengan wajah penuh kekesalan, Dion dan Reza pun langsung memasuki rumah setelah turun dari mobil yang terparkir di pekarangan.
"Kalian udah pulang. Gimana presentasinya? Kalian berhasil memenangkan tendernya kan?." tanya Sarah yang memang sejak tadi sudah berkumpul di ruang tamu bersama dengan Vina dan Feby untuk menyambut suami dan anaknya itu
"Iya menang, menang dicurangi." jawab Reza yang langsung terduduk dengan sangat emosi
"Apa maksud papa?." Sarah mengerutkan kening heran. "Dan kenapa wajah kalian terlihat kesal seperti ini?." tanyanya sambil menatap Reza dan Dion yang kini duduk bersebelahan
"Semuanya udah hancur Ma, apa yang Dion perjuangkan selama sebulan lebih ini sia-sia. Sama sekali ga ada gunaanya." jelas Dion sambil menahan rasa kesalnya yang teramat dalam
"Iya semuanya sudah hancur, kerja keras Dion selama ini sudah dihancurkan oleh Viona." tambah Reza dengan kekesalan yang semakin memuncak
"Viona?." Vina langsung mendekati Reza. "Apa maksudnya? Kenapa Viona?." tanyanya tak mengerti
"Kak Viona." sahut Feby ketika menyadari kehadiran Viona di ambang pintu
Ya, gadis itu memang baru saja tiba. Ia berhasil menyusul Reza dan Dion meski tertinggal cukup jauh.
"Untuk apa kamu kesini?." Reza langsung berdiri dan menatap Viona dengan sangat tajam
Suasana pun menjadi tegang seketika, bahkan terasa begitu mencekam bagi Viona. Terlebih tatapan tajam yang ditujukkan oleh Reza dan juga Dion, membuatnya merasa sangat sesak.
"Viona." sahut Sarah sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Ayo masuk sayang." ajaknya lembut
"Pergi kamu dari sini." usir Dion sambil menatap tajam Viona yang langsung membuat semua orang yang berada disana terkejut tak percaya
Karena memang selama ini Dion selalu bersikap lembut kepada Viona, bahkan sangat lembut. Tidak pernah sekalipun ia berbicara kasar atau mengeluarkan perkataan yang menyakiti hati Viona. Tapi kali ini, ia mengusir Viona. Ia mengusir gadis cantiknya.

[EXTRACT]
Selamat pagi teman-teman. Saya sudah mempublish karya terbaru saya yang berjudul Mazhab Cinta, selamat membaca ya dan jangan lupa memberikan vote serta komentarnya. Bersamaan dengan itu saya juga akan membuat LOVE IN RAIN 2, ditunggu ya secepatnya😊
[EXTRACT]
Udah ada kelanjutannya tuh sampai part 45, happy reading😉
Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait