Part 41 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 41 LOVE IN RAIN
"Apa? Jadi kantornya Reza adalah tempat kerja Viona selama ini?." Anggara nampak tercengang ketika Dimas memberikan informasi yang telah dicarinya siang tadi
"Iya Pa, ternyata selama ini Viona kerja di Prasetya Corporation." jelas Dimas
"Kalau begitu, berarti Dion adalah anaknya Reza dong Pa. Dan berarti juga selama ini Viona pacaran sama anaknya si pengkhianat itu." sahut Marisa yang nampak kesal
"Luar biasa, kita sampai tidak tau hal sebesar ini." balas Anggara yang juga nampak kesal. "Padahal kita semua pernah mengantar Viona pergi ke kantor, tapi tidak ada yang sadar jika kantor itu adalah miliknya Reza."
"Ini benar-benar lucu, apa yang telah susah payah kita cari ternyata ada di depan mata kita. Bahkan Viona menjadi bagian dari Prasetya Corporation itu sendiri." Dimas tesenyum tak mengerti
"Prasetya Corporation? Itu kan nama perusahannya om Reza. Kenapa mereka membicarakan tentang hal ini." pikir Viona yang baru saja tiba di depan pintu ruang kerja keluarga tempat mereka semua berkumpul sekarang, ketika mendengar sekilas apa yang tengah dibicarakan
"Viona." sahut Marisa yang menyadari kehadiran putrinya itu di balik pintu yang memang sedikit terbuka
"Eh mama." Viona tersenyum polos
"Sedang apa kamu disitu? Ayo masuk." ajak Marisa sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Viona emang sengaja mau nemuin kalian, cuma pas Viona kesini kayanya lagi membicarakan hal yang penting. Jadi Viona ga enak untuk masuknya." jelas Viona sambil mulai berjalan menghampiri
"Ya ampun kamu ini pake ga enak segala, kaya ke siapa aja." Anggara terkekeh kecil
"Kan takut ganggu Pa." Viona kembali tersenyum polos
"Ya ngga dong sayang, sama sekali ga mengganggu." Marisa tersenyum lembut
"Syukur deh kalau gitu." Viona mengangguk santai
"Kamu bawa apa itu?." tanya Dimas lurus sambil menatap ke arah bingkisan yang dibawa oleh Viona
"Oh iya jadi lupa, ini kan tadi pas pulang kerja Viona mampir dulu ke toko kuenya mama Vina. Dan dia nitipin beberapa kue ini buat kalian." Viona menunjukkan bingkisan yang memang sejak tadi dibawanya
"Wah ada kue gratisan nih, bagi satu dong." Dimas bermaksud untuk mengambil bingkisan itu
"Enak aja, emang kuenya buat kamu apa. Orang buat mama dan papa juga." Viona langsung menjauhkan bingkisan tersebut dari Dimas
"Kan tadi bilangnya buat kalian, berarti termasuk aku dong." sahut Dimas
"Ya udah aku ralat, kuenya buat mama dan papa. Jadi kamu ga boleh minta." Viona tersenyum jail
"Ih koq gitu sih, ga bisa aku minta pokoknya." Dimas berusaha mengambil bingkisan itu kembali
Hingga sempat terjadi kejar-kejaran kecil yang dipenuhi canda, lalu akhirnya Viona pun memberikan bingkisan itu kepada kakaknya.
"Bahagia banget rasanya bisa melihat kedua anakku semakin akur kaya gini, semoga tak akan pernah ada perpecahan lagi diantara mereka." gumam Marisa dalam hatinya
"Oh iya Ma, Pa. Tadi sekilas aku denger kalian lagi membicarakan soal Prasetya Corporation, memangnya ada apa? Kalian kenal sama pemiliknya?." tanya Viona lurus sambil kembali menghampiri orang tuanya itu
"Ng-ngga kenal sih, cuma pernah denger aja kalau perusahaan itu termasuk ke jajaran perusahaan besar yang sedang maju saat ini. Memangnya kenapa? Kamu tau soal perusahaan itu?." Anggara bersikap seolah tidak tau apa-apa
"Itu kan tempat Viona kerja sekarang Pa, perusahaan papanya Dion." jelas Viona dengan wajah ceria
"Oh iya? Jadi selama ini kamu kerja disana?." Marisa pun ikut bersikap seolah tidak tau apa-apa
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Mama dan papa kan pernah nganterin Viona kesana, masa ga tau sih kalau perusahaan itu namanya Prasetya Corporation." sahutnya merasa heran
"Justru itu, papa dan mama kan langsung buru-buru pergi setelah mengantar kamu. Jadi ga sempet melihat nama perusahaannya, dan lucunya selama ini juga kami ga pernah menanyakan apa nama perusahaan tempat kamu bekerja. Cuma tau kalau kamu bekerja di perusahaan papanya Dion aja." jelas Anggara santai
"Hmmm iya juga sih." gumam Viona
"Syukurlah Viona ga mendengar semua pembicaraan kami tadi, kalau sampai dia mendengar semuanya bisa kacau. Belum juga aku membuat strategi yang bagus, bisa-bisa gagal duluan." gumam Anggara dalam hatinya yang merasa sangat lega
Lalu mereka semua terduduk di sofa yang berada di sudut ruangan, sambil menikmati kue pemberian dari Vina.
"Oh iya sayang, jadi gini nanti lusa perusahaan papa itu akan melakukan presentasi untuk memenangkan sebuah tender. Dan papa ingin kamu yang melakukan presentasinya, kamu bisa kan?." sahut Anggara di sela-sela kebersamaan itu
"Apa? Jadi papa akan menggunakan Viona untuk melawan musuhnya itu." gumam Dimas dalam hatinya yang merasa terkejut
"Koq Viona sih Pa? Viona kan ga tau apa-apa, dan ga ada persiapan juga." balas Viona dengan santai
"Kamu tenang aja, semuanya udah papa persiapkan koq. Kamu tinggal mempersiapkan diri aja untuk presentasi, nanti filenya akan papa kasih besok." pungkas Anggara. "Papa ga mau denger ada penolakan, karena ini kan untuk kebaikan kamu. Selain menambah pengalaman juga bisa membuat kamu belajar untuk memegang tanggung jawab yang besar, agar jika nanti papa dan mama memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada kamu untuk mengurus perusahaan keluarga, kamu udah siap."
"Yaudah kalau gitu Viona mau." Viona langsung menyetujui
"Bagus sekali." Anggara tersenyum senang diikuti oleh Marisa
"Duh Viona kenapa malah kamu setujui sih, nyari masalah besar kalau kaya gini jadinya." gerutu Dimas dalam hatinya
Entah hal apa yang tengah dipikirkan oleh Dimas sekarang, yang jelas lelaki itu sangat tidak menginginkan jika Viona menyetujui permintaan Anggara. Karena ia merasa, ini akan menimbulkan masalah besar bagi kehidupan Viona ke depannya.
***
Dion tengah fokus menyelesaikan bahan presentasinya untuk besok. Ya, besok adalah hari dimana kerja kerasnya selama sebulan lebih ini akan mendapatkan hasil. Dan tentu saja ia ingin hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, presentasinya sukses, klien tertarik, sehingga tender besar itu akan dimenangkan olehnya.
Tidak mudah memang untuk memenangkan tender tersebut, terlebih berdasarkan informasi yang ia dapatkan lawannya nanti sangat berat. Bahkan dikenal selalu bisa mengalahkan lawan-lawan bisnisnya. Tapi hal itu sama sekali tak menghilangkan semangatnya, karena ia yakin kerja keras, doa, serta dukungan dari orang-orang terdekatnya akan bisa membuatnya berhasil. Bahkan lawan seberat apapun pasti akan bisa ditaklukan.
"Akhirnya selesai juga." sahut Dion setelah menyalin file presentasi yang telah diselesaikannya ke dalam sebuah flashdisk
Lalu ia mengusap wajah lelahnya sambil menyandarkan diri pada kursi kerjanya. Nampak amat begitu lelah, bahkan sebulan lebih ini waktu tidurnya pun tak terjaga. Hanya waktu makan saja yang tetap terjaga, itu pun karena Viona yang selalu ada untuk memperhatikannya.
"Tunggu, tunggu. Ngomong-ngomong tentang Viona, dia kemana ya? Seharian ini aku belum lihat dia." gumam Dion menghentikan diamnya
Lalu ia pun langsung membangkitkan tubuhnya, bermaksud untuk menemui Viona. Tapi baru saja ia tiba di ambang pintu, kekasihnya itu datang sambil membawa sebuah kantung plastik yang entah berisi apa.
"Kamu mau kemana?." tanya Viona lurus
"Aku baru aja mau nemuin kamu, eh kamunya keburu kesini." Dion tersenyum santai
"Maaf ya aku baru nyamperin kamu sekarang, soalnya tadi pekerjaan aku banyak banget dan cukup melelahkan." jelas Viona dengan sedikit lesu
"Kasian." Dion langsung mengelus lembut rambut kekasihnya itu. "Yaudah mending sekarang kita makan yukk, aku lapar nih. Kamu juga pasti belum makan kan?." ajaknya sambil menurunkan tangan
"Ayo, kebetulan aku juga udah beliin makanan buat kita berdua. Jadi kita langsung makan aja yukk." ajak balik Viona yang langsung berjalan menuju sofa yang berada di ruangan kekasihnya itu
Lalu Dion mengikuti, hingga mereka terduduk disana dan memulai makan sorenya. Lebih tepatnya makan siang yang tertunda.
"Oh iya sayang, besok kamu bisa kan nemenin aku?." tanya Dion lurus di sela-sela waktu makannya
"Sebenarnya aku pengen sih nemenin kamu untuk presentasi besok, tapi aku ga bisa..."
"Loh kenapa?." sela Dion
"Soalnya semalem tiba-tiba papa bilang kalau perusahaannya juga mau ada presentasi untuk memenangkan tender seperti yang mau kamu lakukan, dan dia ingin kalau aku yang melakukan presentasi itu." jelas Viona
"Wah bisa kebetulan barengan gini ya presentasinya." Dion tersenyum ceria. "Yaudah gapapa, aku bakal tetep semangat meski tanpa ditemenin sama kamu. Dan kamu juga harus semangat ya, kita sama-sama berjuang dan saling mendoakan." sahutnya dengan lembut
"Iya pasti koq. Aku akan semangat dan aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu. Aku sangat yakin kamu pasti bisa memenangkan tender itu." balas Viona tak kalah lembut
"Aku juga yakin kamu pasti bisa." Dion langsung mengelus lembut rambut kekasihnya itu
"Apa sebaiknya aku kasih tau sekarang aja ya ke Dion tentang siapa Dimas sebenarnya, lagipula sekarang kan dia juga udah nyantai hanya tinggal mempersiapkan diri buat besok." pikir Viona yang mendadak terdiam
"Sayang, kamu kenapa?." tanya Dion lurus
"Hah? Ngga koq aku gapapa." elak Viona sambil mengerjapkan matanya
"Tapi sepertinya ada sedang kamu pikirkan." sahut Dion. "Kenapa? Ada yang mau kamu sampaikan sama aku?."
"Tapi sebelumnya aku minta maaf ya, karena aku baru bisa ngasih tau kamu sekarang." Viona nampak merasa bersalah
"Jadi maksudnya, selama ini kamu menyembunyikan sesuatu dari aku?." tanya Dion lurus lagi
"Aku ga bermaksud untuk menyembunyikannya, itu semua karena aku sendiri pun memang tidak bisa menerima hal ini. Makanya aku lebih memilih untuk menyembunyikan kebenarannya." jelas Viona
"Memangnya kebenaran apa sampai kamu tidak bisa menerimanya?." tanya Dion lagi dan lagi
"Kebenaran tentang Dimas." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Dimas? Memangnya Dimas kenapa? Dia melakukan hal buruk lagi sama kamu? Iya? Apa? Apa yang dia lakukan sama kamu? Bilang sama aku." Dion langsung terpancing emosi
"Ngga sayang, ngga. Dia ga melakukan apa-apa sama aku." Viona berusaha menenangkan
"Terus? Kebenaran apa yang kamu maksud?." Dion mulai kembali tenang
"Kebenaran bahwa sebenarnya Dimas itu adalah kakak kandung aku." jelas Viona yang membuat Dion terkejut tak percaya
"Bagaimana bisa?." Dion benar-benar tak percaya
"Aku juga ga tau, kenapa Dimas bisa jadi kakak aku. Tapi memang itu kenyataannya. Awalnya aku juga ga mau menerima kenyataan itu, bahkan aku ga sudi menerimanya. Tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau aku ga bisa terus-menerus membenci seseorang. Dan sekarang aku kasih tau kamu kebenarannya, karena memang aku sudah mulai bisa menerima dia sebagai kakak aku." jelas Viona panjang lebar
"Aku senang karena sekarang, kamu sudah semakin bisa berpikiran dewasa." Dion langsung menggenggam erat kedua tangan kekasihnya itu
"Iya dong, kan kebawa dewasa sama kamu." sahut Viona dengan sikap manja
Sejenak Dion tersenyum. "Berarti saat Dimas nganterin kamu ke kantor waktu itu, kamu bohong dengan mengatakan ga sengaja ketemu pas mobil kamu tiba-tiba mogok?." tanyanya dengan tenang
"Maafin aku, itu memang sengaja kami berangkat bareng tapi atas permintaan mama dan papa. Karena saat itu aku masih sangat membenci dia, makanya aku langsung ngajak kamu buru-buru pergi saat dia ingin memberitahu kamu sesuatu. Karena aku tau dia pasti akan memberitahu kebenarannya sama kamu, sedangkan saat itu aku sama sekali ga mau kalau orang lain tau tentang siapa dia sebenarnya." jelas Viona lagi
"Gapapa, aku paham koq." Dion mempererat genggamannya. "Yang terpenting sekarang hubungan kamu sama dia sudah membaik, meskipun aku tau ini pasti sangat sulit untuk kamu. Tapi aku bangga karena kamu bisa melakukannya."
"Aku bisa melakukannya karena kamu. Karena kamu yang selalu bisa meluluhkan hati aku yang begitu keras ini, untuk bisa menerima sesuatu yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan apalagi aku inginkan." Viona menatap dengan sangat dalam. "Makasih ya sayang."
"Itu sudah menjadi keharusan untuk aku, agar hidup kamu bisa selalu damai dan dipenuhi kebahagiaan. Karena kedamaian dan kebahagiaan itu tidak akan pernah ada jika kita masih memiliki hati yang selalu membenci dan tidak mau menerima apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan." Dion menatap dengan lebih dalam
Hingga tiba-tiba ponsel Dion berdering, yang membuat tatapan keduanya terhenti seketika.
"Iya Pa? Yaudah oke Dion ke ruangan papa sekarang juga." sahut Dion sambil menutup teleponnya yang hanya terhubung beberapa saat
"Kenapa?." tanya Viona lurus
"Papa nyuruh aku ke ruangannya, kayanya buat persiapan besok deh." jelas Dion
"Oh jadi kamu harus pergi sekarang?." tanya Viona lagi
"Iya, emangnya kenapa?." tanya balik Dion
"Gapapa sih, cuma tadinya aku pengen lihat file presentasi yang udah kamu kerjakan tadi. Tapi kalau kamu harus pergi, yaudah gapapa koq ga jadi." Viona menanggapi dengan santai
"Kalau soal itu tinggal dilihat aja sayang, ga perlu izin segala. Kan kamu juga ikut andil dalam persiapaannya selama ini." Dion terkekeh kecil. "Yaudah aku tinggal bentar ya, nanti aku kesini lagi." pamitnya yang kemudian langsung pergi setelah mengelus lembut rambut kekasihnya itu
Lalu Viona pun mulai berjalan menuju meja kerjanya Dion, setelah membuang wadah bekas makanannya tadi. Namun belum juga ia melihat isi file presentasi Dion yang terpampang jelas pada layar laptop yang terbuka di atas meja, tiba-tiba ponselnya berdering yang langsung mengalihkan pandangan dan juga perhatiannya.
Ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Berulang kali menelepon, namu berulang kali juga mematikan teleponnya kembali saat Viona mencoba menjawabnya.
"Ini orang siapa sih, ga ada kerjaan banget." gerutu Viona yang merasa sangat terganggu
Hingga tiba-tiba ia mendadak ingin ke toilet, dan langsung meninggalkan laptop Dion yang sama sekali belum ia lihat isinya, bahkan disentuh pun juga belum.
"Sayang." sahut Dion yang baru saja memasuki ruangannya kembali. "Loh koq ga ada, Viona kemana?." lanjutnya sambil memutar matanya ke seluruh sudut ruangan
"Oh mungkin dia lagi ke toilet kali ya."
Dion langsung menutup layar laptopnya yang masih terbuka, lalu terduduk santai di kursi kerjanya sambil memainkan ponsel.
"Udah selesai ngebahas persiapannya?." tanya Viona yang baru keluar dari toilet
"Udah." Dion mengangguk santai
"Koq cepet?." tanya Viona lagi
"Ya ngapain lama-lama." Dion tersenyum kecil. "Aku kan udah jago, jadi ga perlu banyak pembekalan." lanjutnya dengan senyum penuh percaya diri
"Iya deh yang udah jago banget." Viona tersenyum menyetujui dengan sedikit terpaksa
"Ga ikhlas gitu senyumnya." Dion langsung bangkit lalu mencubit gemas hidung kekasihnya itu
"Aww sakit." Viona memegang hidungnya yang jadi memerah
Sementara Dion hanya tersenyum sejenak, lalu memegang erat tangan Viona. "Ikut aku yukkk." ajaknya yang langsung melangkahkan kaki
"Kemana?." tanya Viona saat mereka sudah keluar dari ruangan Dion
"Udah ikut aja." Dion tersenyum santai
Lalu ia membawa gadis cantiknya itu keluar kantor, menuju parkiran dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana?." tanya Viona lagi saat keduanya sudah sama-sama berada di dalam mobilnya Dion
"Nanti juga kamu tau sendiri, yang jelas kita mau ngedate." Dion tersenyum lembut
"Ngedate?." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Udah lama juga kan kita ga pernah sengaja jalan berdua kaya gini lagi, selain ketemu di kantor. Emang kamu ga kangen apa?." tanyanya mencoba menggoda
"Kangen juga sih." Viona nampak menahan senyum dengan wajah menggemaskan
"Yaudah kalau gitu, kita berangkat sekarang?." tanya Dion santai
"Oke." Viona mengangguk cepat. "Biar sekalian aku telepon supir di rumah ya buat bawain mobil aku kesini." sahutnya sambil mengambil ponselnya dari dalam tas
"Iya sayang." Dion mengangguk santai, lalu mulai mengemudikan mobilnya
Setelah cukup lama melakukan perjalananan, Dion pun menghentikan mobilnya di pinggir jalanan yang cukup senyap dan sepi.
"Koq kita kesini?." tanya Viona lurus
"Emangnya kenapa?." tanya balik Dion dengan santai
"Ya gapapa sih, tapi ini bukannya jalanan tempat dimana kita pertama kali bertemu di tengah hujan deras malam itu ya?." Viona menatap dengan tenang
"Syukur deh kalau kamu masih inget." Dion tersenyum senang
"Ya pasti aku inget lah, ga mungkin juga aku lupa sama tempat ini." sahut Viona sambil membayangkan pertemuan pertamanya dengan kekasihnya itu beberapa saat
Lalu Dion pun mengajaknya keluar, dan sama-sama berdiri di samping mobil dekat jalan.
"Kamu yakin ngajak aku ngedate disini?." tanya Viona nampak ragu
"Yakinlah, kenapa harus ga yakin?." Dion menanggapi dengan santai
"Ya kamu kan biasanya juga nyiapin kejutan yang romantis, bukan ngajak ke pinggir jalan kaya gini." sahut Viona
"Terus kamu pikir kalau di tempat kaya gini, aku ga bisa bikin hal yang romantis gitu?." Dion tersenyum santai
"Jadi maksudnya, kamu udah nyiapin hal romantis di tempat ini?." tanya Viona lurus
"100 buat kamu." Dion langsung mengelus gemas rambut kekasihnya itu, lebih tepatnya mengacak-ngacak
"Emangnya apa yang udah kamu siapin disini?." Viona nampak sangat antusias
"Yakin mau tau sekarang?." Dion kembal tersenyum santai
"Yakin dong." Viona mengangguk cepat
"Nanti aja lah, biar kamu makin penasaran." jail Dion
"Ih koq gitu sih." Viona langsung nampak sebal
"Bercanda sayang." Dion langsung terkekeh kecil. "Oke kalau kamu mau tau apa yang udah aku siapain buat kamu, sekarang juga kamu lihat ke atas langit sana." suruhnya sambil mulai mengarahkan wajahnya ke angkasa
"Ga ada apa-apa." sahut Viona saat sudah melakukan hal yang sama seperti kekasihnya itu
"Sabar dong." Dion kembali terkekeh kecil. "Udah siap?." tanyanya sambil melirik Viona sekilas
"Udah dari tadi malah." jawab Viona yang merasa sangat penasaran
"Oke, aku hitung mundur ya. 3, 2, 1."
Tiba-tiba langit yang hitam itu dihiasi oleh fireworks yang bertaburan secara terus-menerus.
"Dion." Viona tak mampu menyembunyikan wajah bahagianya
Sementara Dion hanya tersenyum lembut, lalu merangkul bahu kekasihnya itu dengan penuh kasih sayang.
Hingga suasana penuh gemerlap itu diakhiri oleh fireworks yang membentuk nama 'VIONA', setelah 30 menit lamanya menghiasi langit malam.
"Kamu seneng?." tanya Dion yang masih merangkul gadis cantiknya
Tanpa menjawab, Viona langsung memeluk erat Dion. Hingga keduanya saling berpelukan sangat erat. "Makasih sayang." sahutnya singkat namun penuh makna
"Terus bahagia seperti ini ya sayang, dan aku akan melakukan apapun agar kebahagiaan kamu tak akan pernah hilang." balas Dion sambil mempererat pelukannya
"Iya sayang. Aku akan selalu bahagia selama kamu tetap ada bersama aku." Viona pun balik mempererat pelukan
Bahkan gadis itu tak ingin sedikitpun melepaskan pelukannya, entah karena apa. Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tak karuan. Ada rasa takut dan sedih yang mendalam di dalam hatinya. Ia seakan merasa bahwa malam ini adalah kebersamaan terakhirnya dengan Dion. Entah perasaan macam apa itu, ia pun langsung menyingkirkannya dengan cepat.
"Kamu kenapa?." tanya Dion yang merasakan ada keanehan dari Viona, karena baru kali ini kekasihnya itu memeluknya dengan sangat lama
"Janji ya sama aku, kamu akan selalu bersama aku dan ga akan pernah pergi meninggalkan aku." jawab Viona dengan rasa takut yang kian mendalam
"Tanpa harus kamu minta pun, aku pasti akan melakukannya sayang." Dion mengelus lembut rambut Viona. "Kenapa aku merasa kalau Viona akan pergi jauh dari aku ya." gumamnya dalam hati yang juga tiba-tiba dilanda rasa takut
"Janji?." Viona menatap dengan tegas setelah melepaskan pelukannya
"Iya." Dion mengangguk lembut. "Kamu ini kenapa sih, tiba-tiba bersikap kaya gini." sahutnya tersenyum heran
"Gapapa koq." elak Viona sambil mencoba tersenyum tenang. "Aku cuma takut aja kalau kamu mulai bosan sama aku, terus kamu berpikiran untuk pergi dan nyari cewe lain."
"Kamu ngomong apasih, ya ga bakalan lah." Dion langsung terkekeh kecil
"Ya siapa tau aja." sahut Viona
"Sayang dengerin aku ya." Dion langsung melingkarkan kedua tangannya pada pada pinggang kekasihnya itu. "Untuk kesekian kalinya aku bilang sama kamu, kalau aku hanya memiliki satu cinta yaitu kamu dan akan selalu kamu." sahutnya sambil menatap sangat dalam
"Iya aku percaya koq." Viona mulai melingkarkan kedua tangannya pada leher Dion. "Tapi ga salah kan kalau aku merasa takut jika tiba-tiba nanti apa yang selalu kita pertahankan ini ga bisa dipertahankan lagi, lalu kamu atau aku pergi, dan akhirnya..."
"Jangan pernah berpikiran seperti itu, semuanya akan baik-baik aja. Seperti yang pernah aku bilang, kita akan selalu bersama meski diterpa badai sebesar apapun. Dan aku ga akan pernah pergi dari kamu." sela Dion sambil membuat Viona semakin dekat dengannya
Hingga mereka bisa saling merasakan hembusan nafas masing-masing. Lalu keduanya saling bertatapan sangat dalam.
Tanpa sadar, wajah mereka pun kini sudah sangat dekat. Bahkan nyaris bersentuhan. Dan seketika Viona langsung memejamkan matanya, ketika Dion berusaha semakin mendekatkan wajah keduanya.
"Kenapa merem gitu?." tanya Dion setelah beberapa saat memandangi wajah Viona sambil terus mengembangkan senyuman di wajahnya
"Hah? Gapapa koq." Viona langsung membuka matanya dan bersikap tak karuan
"Oh aku tau." Dion tersenyum paham. "Kamu pasti ngira, aku bakal cium kamu ya." godanya jail
"Hah? Ya ngga lah, apaan sih." elak Viona yang menjadi kikuk sendiri
"Udah ga usah ngelak." Dion terkekeh kecil. "Sini kalau mau aku cium." sahutnya yang berusaha semakin mendekat
"Ih kamu apaan sih." Viona terus berusaha menjauhkan wajahnya
"Kan tadi kamu minta aku cium." Dion kembali berusaha mendekat
"Ih Dion." Viona mendorong Dion sebal, tapi tak berhasil melepaskan lingkaran tangan kekasihnya itu pada pinggangnya
"Bercanda koq." Dion tersenyum tenang. "Lagipula ga mungkin aku melakukan hal itu."
"Kenapa ga mungkin?." tanya Viona lurus
"Ya karena bukan hak aku." Dion tersenyum santai
"Tapi kan aku pacar kamu, dan hubungan kita juga udah cukup lama. Biasanya cowo di luar sana melakukan hal itu untuk menunjukkan rasa cintanya, bahkan Dimas pun pernah minta tapi aku ga pernah mau." jelas Viona
"Menunjukkan rasa cinta? Biar romantis gitu?." Dion tersenyum geli
"Ya mungkin." sahut Viona singkat
"Itu kan cowo lain, kalau aku kan beda." Dion kembali membuat Viona semakin dekat dengannya, hingga kekasihnya itu kembali melingkarkan kedua tangan pada lehernya. "Bagi aku romantis bukanlah dengan merasakan ciuman dengan pasangan, apalagi dengan hal yang lebih intens dari itu. Tapi cukup dengan melakukan semua hal yang bisa membuat pasangannya bahagia, tanpa harus merusak atau melakukan sesuatu yang bukan haknya."
"Tapi kan kamu sering ngecup pucuk kepala aku, emang itu hak kamu?." tanya Viona lurus
"Ya itu kan ga menyentuh kulit, cuma sekedar kecupan biasa." jelas Dion
"Terus kalau yang soal kamu pernah ngecup kening aku, itu gimana? Kan nyentuh kulit." sahut Viona
"Ya itu kan cuma sekali, lagipula cuma sebatas ungkapan kasih sayang doang koq. Dan aku janji aku ga akan pernah melakukan hal yang lebih dari itu." Dion nampak merasa bersalah
"Biasa aja kali wajahnya." Viona terkekeh kecil. "Aku ga keberatan koq, karena aku tau kamu ga akan mungkin melakukan hal yang macam-macam sama aku. Karena kamu kan lelaki pelindung dan penjaga buat aku." sahutnya sambil menatap penuh arti
Dion pun balas menatap dengan penuh arti. hingga keduanya kembali terlarut dalam tatapan yang semakin lama semakin dalam.