Part 40 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 40 LOVE IN RAIN
Viona langsung berjalan memasuki rumah, setelah memberikan kunci mobilnya kepada salah satu penjaga agar mobilnya yang saat ini terparkir di depan rumah dimasukkan ke dalam garasi.
"Mama mana?." tanya Viona kepada salah seolah pelayan yang berada di dekat pintu
"Nyonya sudah menunggu di ruang bersantai." jelas pelayan itu
"Oke, makasih ya." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Lalu Viona pun langsung melanjutkan langkahnya menuju lift, pergi ke lantai 3. Lantai paling atas yang berada di rumahnya. Sebelumnya Viona menganggap bahwa rumahnya itu hanya terdiri dari dua lantai, tapi seiring berjalannya waktu ia pun mengetahui bahwa ternyata rumahnya terdiri dari 3 lantai. Dan di lantai terakhir itulah, ia biasa menghabiskan waktu bersama Marisa dan juga Anggara.
Baik untuk berolahraga bareng di ruang olahraga yang sudah lengkap dengan semua perlengkapannya seperti di tempat gym, baik untuk menemani orang tuanya yang terkadang suka bermain billiards dengan Dimas di ruang khusus tempat billiards, baik untuk sekedar berduduk santai di ruangan yang dimaksud pelayan tadi, atau mengurusi masalah kantor di sebuah ruang kerja yang berukuran cukup besar bersebelahan dengan ruang meeting yang biasa digunakan jika ada klien atau collega yang datang ke rumah.
"Hai Ma." sapa Viona yang baru saja tiba di ruang bersantai itu dan langsung berpelukan dengan Marisa, lalu mengecup manis pipi mamanya itu seperti yang biasa ia lakukan
"Hai sayang." sapa balik Marisa lalu mengecup hangat kening Viona
"Ini ada apa? Koq banyakan gini?." tanya Viona sambil memperhatikan beberapa orang perempuan tak dikenal yang berada disana
"Ini orang-orang salon langganannya mama." Marisa menanggapi dengan santai. "Mama emang biasa manggil mereka kesini kalau lagi nyantai, dan sekarang kamu harus nyobain semua treatment dari mereka."
"Maksud mama?." Viona mengerutkan kening heran sambil mulai terduduk di sebelah mamanya itu
"Ya kita nyalon bareng, biar fresh. Cape juga kan tiap hari kerja, jadi sekarang saatnya kita senang-senang. Setelah ini nanti kita pergi shopping bareng." Marisa tersenyum ceria
"Jadi mama nyuruh aku pulang cepet hanya untuk ini?." tanya Viona lurus
"Iya." Marisa mengangguk singkat. "Gapapa dong kali-kali kita pulang kerja cepet hanya untuk mempercantik diri. Karena cantik itu mahal loh jadi perlu dirawat." jelas Marisa santai
"Yaudah deh." Viona langsung menyetujui
Lalu anak dan ibu itu melakukan berbagai macam treatment. Dari mulai spa, maskeran, totok dan laser wajah, manicure, pedicure, creambath, smoothing hingga make over wajah.
"Tuh kan anak mama jadi makin cantik aja." puji Marisa setelah mereka selesai melakukan semua treatment itu
"Enak juga ya Ma di treatment kaya gini, wajah dan tubuh Viona jadi serasa lebih fresh dan lebih glowing." Viona nampak sangat senang
"Iya dong makanya mama juga sering melakukan hal ini, biar mama juga tetap cantik dan fresh meski udah ga muda lagi." Marisa terkekeh kecil. "Sebenarnya udah dari pertama kamu kesini mama ingin mengajak kamu melakukan treatment kaya gini, tapi ya kamu tau sendiri kalau ga mama ya kamunya yang selalu sibuk jadi ga ada waktu." jelasnya santai
"Yaudah kalau gitu, mulai sekarang kita harus menyempatkan waktu setiap minggunya untuk quality time kaya gini." Viona mengusulkan
"Setuju." Marisa sangat antusias. "Dan selalu disempatkan juga untuk olahraga, biar kita ga cuma cantik tapi juga sehat."
"Sangat setuju." Viona tak kalah antusias
"Yaudah biar ga keburu sore, kita pergi shopping sekarang aja yukk." ajak Marisa yang mulai bersiap-siap pergi
"Loh tapi mereka kan belum pergi Ma." sahut Viona sambil memperhatikan orang-orang salon yang tengah membereskan semua perlengkapan treatment tadi
"Gapapa, mereka udah biasa ditinggal pergi duluan sama mama koq." Marisa terkekeh kecil. "Ayo kita pergi sekarang." ajaknya lagi
"Saya duluan ya, nanti seperti biasa uangnya saya transfer."
"Baik Bu." sahut salah seorang dari mereka
Lalu anak dan ibu itu pun pergi menggunakan mobil Viona, namun Marisa yang menyetir. Perempuan itu sebenarnya sudah tidak terbiasa lagi menyetir mobil sendiri, karena kemana-mana ia selalu menggunakan supir. Tapi khusus untuk hari ini ia sengaja melakukannya demi menciptakan quality time yang berkesan untuk putri tersayangnya itu.
"Oh iya sayang, ada yang mau mama tanyakan sama kamu." sahut Marisa saat sudah berada di perjalanan
"Soal apa?." tanya Viona santai
"Soal pengeluaran kamu selama seminggu lebih ini." Marisa menatap putrinya itu sekilas sambil tetap fokus menyetir. "Mama sih sebenarnya ga keberatan ya mau kamu habiskan uang kamu semua sekalipun. Tapi yang mama tau kamu itu kan anaknya hemat, ga boros kaya Dimas. Dan yang mama tau juga kamu paling cuma menghabiskan beberapa juta untuk membeli pakaian dan keperluan lainnya, tapi sekarang mama ngerasa aneh aja koq bisa gitu kamu mengeluarkan uang 75 juta dari ATM dan 50 juta dari kartu kredit dalam waktu yang berdekatan."
"Uang sebanyak itu kamu gunakan untuk apa? Padahal di kamar kamu ga ada barang yang baru."
"Oh soal itu." sahut Viona singkat. "Sebelumnya Viona minta maaf ya karena ga ngasih tau mama sejak awal, rencananya emang baru mau Viona kasih tau sekarang. Eh tapi mamanya malah tau duluan karena udah ngecek pengeluaran Viona." lanjutnya mencoba menjelaskan
"Jadi gini, uang yang 75 juta itu Viona gunakan sebagai tambahan untuk memberikan toko kue untuk mama Vina. Karena saat masih kerja di restroannya Dion, Viona menabung hingga terkumpul sebanyak 25 juta. Sedangkan uang yang 50 juta nya, Viona juga berikan kepada mama Vina untuk keperluannya yang lain."
"Apa? Jadi kamu memberikan Vina toko kue? Untuk apa?." Marisa nampak tercengang
"Ya itu semua karena memang sejak masih tinggal sama mama Vina, Viona berniat untuk membuatkan toko kue agar usaha mama Vina lebih berkembang lagi. Dan sekarang Viona kan udah hidup serba berkecukupan, jadi Viona mewujudkan hal itu. Dan kebetulan Dion mempunyai kenalan yang ingin menjual toko kue, setelah seminggu lamanya dilakukan pengolesan untuk mengganti cat dan interiornya, tadi toko itu sudah Viona berikan kepada mama Vina." jelas Viona panjang lebar
"Ya ampun sayang, jadi kamu mengeluarkan uang 150 juta lebih hanya untuk Vina?." Marisa nampak tak senang
"Maaf Ma, Viona kan cuma ingin memberikan sesuatu untuk mama Vina yang udah merawat dan menjaga Viona selama 20 tahun lamanya. Ga salah kan kalau Viona ingin membalas kebaikan dia? Ya meskipun uang sebanyak apapun ga akan bisa membalas apa yang telah dia lakukan untuk Viona."
"Mama tau sayang, kamu ingin berbalas budi pada Vina. Tapi mama dan papa itu sudah memberikan uang sebanyak 1 milyar untuk dia, jadi mama rasa itu sudah cukup meski benar yang kamu bilang itu tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikannya." jelas Marisa
"Apa? Mama dan papa memberikan mama Vina uang 1 milyar?." Viona nampak tak percaya
"Iya." Marisa mengangguk singkat. "Beberapa hari yang lalu kami menemui Vina untuk memberikan uang itu, sekalian berterimakasih juga dengan semua yang telah di lakukan. Lagipula kami kan ga pernah ketemu dia lagi setelah mengambil kamu waktu itu." jelasnya dengan tenang
"Makasih ya Ma udah peduli sama mama Vina." Viona menatap lembut
"Ngapain berterimakasih, itu udah kewajiban mama dan papa kali karena dia sudah menjadi putri cantiknya kami ini." Marisa langsung mengelus gemas rambut Viona
Dulu aku merasa sangat bersyukur karena mempunyai seorang ibu yang hebat dan penuh kelembutan juga kasih sayang, sekarang aku merasa lebih bersyukur lagi karena mempunyai seorang ibu lainnya yang tak kalah hebat dan selalu mencurahkan seluruh kasih sayangnya untukku.
"Terimakasih Tuhan kau telah memberikan dua bidadari cantik untukku." gumam Viona dalam hatinya sambil tersenyum haru kepada Marisa yang tengah fokus menyetir
Hingga akhirnya Marisa pun menghentikan mobil di salah satu mall, lalu ia dan Viona langsung memasuki mall itu menuju sebuah butik langganannya.
Melihat satu persatu pakaian yang berada disana, lalu memilih pakaian yang menarik hati. Kemudian mulai membayar semua belanjaan yang terdiri dari banyak sekali pakaian itu sebelum pergi untuk makan di salah tempat makan yang berada disana. Ini bisa dikatakan quality time pertama yang dilakukan oleh anak dan ibu itu di luar rumah. Dan tentu saja menjadi hal membahagiakan untuk keduanya.
***
"Biar aku bukain ya pintunya." sahut Dimas saat ia baru saja menghentikan mobilnya di depan kantor Reza
"Ga usah, gue bisa sendiri." tolak Viona dengan ketus lalu langsung keluar dari mobil
"Viona, tunggu." Dimas langsung menyusul dan menarik tangan adiknya itu. "Kenapa sih kamu selalu kaya gini, apa ga bisa kamu bersikap baik sedikit aja sama aku."
"Bersikap baik lo bilang? Setelah semua yang udah lo lakuin, terus gue harus bersikap baik sama lo?." tanya Viona tajam
"Aku tau, aku tau kesalahan aku sama kamu itu sangat besar. Tapi untuk kesekian kalinya aku bilang sama kamu, aku minta maaf. Aku sudah sangat menyesali semuanya dan aku akan benar-benar berubah. Aku akan menjadi Dimas yang baik seperti dulu, dan aku akan menjadi kakak yang baik untuk kamu." Dimas menatap penuh arti
"Berhenti nyebut diri lo sebagai kakak gue, karena sampai kapanpun gue ga akan pernah menerima lo dengan status ini." tegas Viona
"Tapi Viona..."
"Mendingan sekarang lo pergi, karena gue harus kerja." usir Viona dengan ketus
Namun Dimas malah terdiam sambil terus menatap adiknya itu dengan sendu.
"Yaudah kalau lo ga mau pergi, biar gue yang pergi." sahut Viona yang langsung beranjak pergi
Tapi langkahnya terhenti ketika tiba-tiba saja Dion datang menghampiri, entah sejak kapan lelaki itu berada disana.
"Sayang, koq kamu bisa dianterin sama dia? Mobil kamu mana?." tanya Dion lurus sambil melirik Dimas sekilas, karena memang ia baru saja tiba ketika Viona keluar dari mobilnya Dimas
"Itu tadi, apa namanya. Tadi aku." jawab Viona terbata-bata
"Tadi apa?." Dion mengerutkan kening heran
"Kita memang berangkat bareng karena..."
"Karena ga sengaja ketemu saat mobil aku tiba-tiba mogok di jalan tadi." sela Viona ketika Dimas ingin menjelaskan sesuatu
"Mogok? Mobil kamu mogok? Loh kenapa kamu ga nelepon aku?." Dion kembali mengerutkan kening heran
"Tadinya aku mau nelepon kamu, tapi tiba-tiba ada dia dan maksa buat nganterin kesini. Kamu tau sendiri lah kalau dia di tolak bakal gimana." jelas Viona sambil menatap Dimas sinis. "Udahlah ga usah dibahas lagi, mending kita masuk aja. Males aku harus lama-lama deket sama dia." lanjutnya yang langsung menggandeng Dion, lalu mulai melangkah pergi
"Apa segitu besarnya kesalahan aku sampai tidak bisa dimaafkan, dan apa segitu bencinya kamu sampai tidak mau menerima aku sebagai kakak kamu. Aku tau aku emang sudah keterlaluan, tapi apa aku sama sekali ga pantas diberikan kesempatan untuk berubah?." gumam Dimas dengan rasa penyesalannya
Lalu ia pun langsung memasuki mobilnya kembali dan pergi meninggalkan kantornya Reza.
***
"Sayang, mobil kamu sekarang dimana? Udah dibawa ke bengkel?." tanya Dion saat mereka sudah berada di ruang kerja Viona
"Iya udah, tadi aku langsung nelepon supir di rumah soalnya." jawab Viona tak enak hati
Gadis itu memang merasa sangat tak enak hati dan juga merasa bersalah karena telah berbohong kepada Dion. Iya berbohong, karena mobilnya tidak mogok melainkan ada di garasi rumah dengan keadaan yang baik-baik saja. Dan alasan ia bisa diantar oleh Dimas karena atas permintaan Marisa dan Anggara, orang tuanya itu ingin agar ia dan Dimas bisa akur menjadi adik kakak seperti yang seharusnya.
Sebenarnya Viona sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi, tapi lagi lagi ia berusaha mengendalikan perasaannya agar tidak membuat orang tuanya kecewa dan bersedih.
"Oh iya, sebenarnya ada yang mau aku bicarakan sama kamu." sahut Dion saat mereka sudah duduk saling berhadapan seperti biasanya
"Bicara aja." Viona menanggapi dengan santai
"Kamu tau? Sikap kamu saat di toko kue waktu itu, membuat mama kamu tersinggung." jelas Dion tanpa berbasa-basi
"Sikap aku? Maksudnya?." Viona nampak tak mengerti
"Ya sikap kamu yang seolah merendahkan mama kamu saat memberikan uang 50 juta itu." jelas Dion lagi
"Loh emangnya kenapa? Ga salah kan kalau aku nyuruh mama menggunakan uang itu untuk membeli keperluannya?." tanya Viona lurus
"Memang ga salah, tapi cara bicara kamu itu yang salah. Kamu sadar ga sih kalau semenjak kamu tinggal sama orang tua kandung kamu, kamu itu berubah. Jadi lebih angkuh dan terkesan tidak menghargai uang juga hal lainnya. Padahal dulu aku mengenal kamu sebagai gadis yang rendah hati dan pekerja keras, tapi sekarang kamu sudah terlena dengan kehidupan mewah yang selama ini kamu mimpikan itu. Kamu berubah menjadi sosok Viona yang sama sekali tak aku kenali, bahkan mama kamu dan Feby juga tidak menyangka kamu bisa menjadi seperti ini." jelas Dion panjang lebar dengan sedikit tegas
"Kenapa? Kamu ga seneng kalau aku sekarang juga bisa merasakan kehidupan yang mewah seperti kamu? Aku cuma mesyukuri apa yang telah aku miliki, dan aku ingin memberikan semua yang terbaik untuk mama dan Feby. Wajar kan kalau aku melakukan itu semua, karena sekarang aku sudah memiliki segalanya seperti yang aku mimpikan sejak dulu." Viona menanggapi dengan santai
"Aku bener-bener ga ngerti ya sama pola pikir kamu sekarang. Aku disini bukan ga seneng dengan apa yang kamu miliki, tapi aku ingin menyadarkan kamu kalau perubahan sikap kamu ini ga baik. Bahkan sangat tidak baik. Aku ingin kamu tetap menjadi sosok Viona yang dulu, meski kehidupan kamu sekarang sudah berubah." tegas Dion dengan sedikit kesal
"Loh koq kamu jadi marah-marah gini sih?." Viona mengerutkan kening heran
"Aku sama sekali ga marah, justru aku peduli. Aku ga mau kalau orang yang aku sayang berubah menjadi tidak baik hanya karena uang." pungkas Dion. "Yaudah lah percuma juga aku lanjutin, kamu ga akan ngerti. Mending aku pergi biar kamu bisa meresapi kata-kata aku tadi." lanjutnya yang kemudian langsung beranjak pergi
Seketika Viona langsung terdiam kaku, karena ini untuk pertama kalinya Dion marah kepadanya. Biasanya lelaki itu hanya marah kecil, itupun sebatas sebal biasa. Tapi kali ini Dion benar-benar marah.
Sejenak ia mencoba merenungi semuanya, dan mencoba mencerna semua yang dikatakan oleh Dion tadi. Hingga ia menyadari jika sikapnya memang telah berubah setelah sebulan tinggal bersama orang tua kandungnya. Padahal waktu itu tak ada apa-apanya, dibandingkan dengan waktu 20 tahun yang telah ia lewati.
Ia sama sekali tak mengerti kenapa sikap dan kepribadian dirinya yang tercipta dari didikan Vina bisa berubah hanya dalam waktu sesingkat itu. Uang, mungkin benar semuanya karena uang. Karena uang dan kehidupan mewah yang telah mengubah semuanya.
Setelah cukup lama merenung, Viona pun mulai membangkitkan tubuhnya. Lalu berjalan meninggalkan ruangan kerjanya, memasuki lift dan tiba di lantai tempat ruang kerjanya Dion berada.
Dengan ragu-ragu, Viona mulai melanjutkan langkahnya lalu mengetuk pintu kerja Dion yang ditutup.
"Masuk." sahut Dion dari dalam
Perlahan Viona pun membuka pintu itu, dan terlihat disana Dion tengah bersama seorang karyawan sedang membahas masalah pekerjaan.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya Pak." pamit karyawan itu setelah pembahasannya selesai. "Mari Bu." lanjutnya kepada Viona yang mulai berjalan memasuki ruangan itu
"Mari." Viona tersenyum kecil
"Ada apa?." tanya Dion lurus dengan wajah datar
"Aku mau minta maaf sama kamu." Viona mulai mendekat
"Minta maaf untuk apa? Kamu kan ga punya salah sama aku." Dion mengangkat bahunya santai
"Aku sadar, semua yang kamu katakan tadi itu benar. Aku berubah hanya karena uang dan kehidupan mewah yang aku miliki sekarang. Aku berubah menjadi sosok yang tidak baik. Dan aku sadar semua itu salah, tidak seharusnya aku begitu." Viona nampak sangat menyesal
"Aku seneng kalau akhirnya kamu sadar." Dion langsung menangkup kedua sisi wajah kekasihnya itu. "Maafin aku ya kalau cara bicara aku tadi keterlaluan, aku ga bermaksud kaya gitu."
"Gapapa koq, aku ngerti. Justru aku berterimakasih banget karena kamu ga segan untuk negur aku disaat aku salah." Viona tersenyum dengan begitu lembut
Dion pun balas tersenyum tak kalah lembut, lalu ia menarik Viona ke dalam dekapannya hingga keduanya saling berpelukan dengan erat.
"Ehm."
Hingga tiba-tiba terdengar suara dehaman yang membuat pelukan itu langsung terlepas.
"Eh papa." sahut Dion ketika mengetahui bahwa yang masuk ke ruangannya adalah Reza
"Papa ganggu ya." balas Reza sambil tersenyum menggoda
"Ngga koq Pa." Dion tersenyum santai
"Iya koq om ga ganggu sama sekali." tambah Viona yang juga tersenyum santai
"Oke kalau begitu, kita pergi yukk makan siang bareng. Kebutulan Viona kan juga ada disini jadi kita bisa langsung berangkat sekarang." ajak Reza dengan begitu semangat
"Makan siang? Tumben banget papa ngajak makan siang bareng." ledek Dion jail
"Ya gapapa dong, lagian udah lama juga kan kita ga pernah kumpul bareng lagi. Jadi sekarang mumpung ada waktu luang kita makan siang bareng yukk di rumah, mama masak banyak hari ini. Dan katanya dia kangen sama Viona." jelas Reza
"Jadi sebenernya yang ngajak makan siang bareng itu papa atau mama nih." jail Dion
"Papa dan mama dong." balas Reza santai
"Oh kirain papa cuma nyampein ajakan dari mama doang." jail Dion lagi
"Kamu ini." Viona langsung menyenggol lengan kekasihnya itu yang memang berdiri di sebelahnya
"Bercanda sayang." Dion terkekeh kecil
"Gapapa Viona, Dion emang udah biasa kaya gitu." Reza ikut terkekeh kecil
Lalu mereka pun mulai pergi meninggalkan kantor, Reza menaiki mobilnya sendiri bersama supirnya, sementara Viona satu mobil berdua dengan Dion.
Hingga beberapa saat kemudian mereka semua pun tiba di tempat tujuan, dan langsung disambut gembira oleh Sarah yang memang sangat merindukan Viona. Keduanya pun terus saja saling memeluk satu sama lain, sekalipun sambil berjalan menuju ruang makan.
Kebersamaan yang sudah cukup lama tidak terjalin itu, membuat mereka begitu menikmatinya saat ini. Saling bertukar cerita, melontarkan candaan demi candaan, hingga suasana menjadi penuh tawa dan keceriaan.
***
"Selamat sore non Viona." sapa salah seorang penjaga ketika Viona mulai melangkah menaiki teras rumahnya, setelah turun dari mobilnya Dion
Sementara Dion langsung pamit pergi, karena ada urusan mendadak di kantor.
"Sore." sapa balik Viona. "Mama sama papa udah pulang?." tanyanya santai
"Belum Non, baru Den Dimas aja yang udah pulang." jelas penjaga itu
"Oh." sahut Viona datar. "Yaudah makasih ya, saya masuk dulu." lanjutnya sambil tersenyum kecil, lalu mulai memasuki rumah
Berjalan melewati beberapa ruangan, hingga ia melihat Dimas tengah berduduk santai di ruang keluarga yang berada di bagian samping rumah dekat lift yang terdapat air mancur dan taman kecil di dalamnya terhalangi oleh kaca besar. Tempat biasa mereka berkumpul dengan Marisa dan juga Anggara jika tengah berada di lantai bawah.
"Viona, tunggu." panggil Dimas ketika gadis itu berjalan menuju lift
Tapi Viona sama sekali tak menghiraukan, dan malah melanjutkan langkahnya. Namun ketika pintu lift itu terbuka, dan ia mulai memasuki lift Dimas langsung menghalangi jalannya.
"Minggir ga." ketus Viona
"Ngga, aku ga akan minggir sebelum kamu mau bicara sama aku." tegas Dimas
"Bicara apa lagi sih? Masih mau bilang minta maaf karena lo udah menyesali semuanya dan janji akan berubah? Tapi sorry, jawaban gue tetep sama." sinis Viona yang mencoba menepis tangan lelaki itu dari hadapannya
"Kita ga bisa seperti ini terus Viona." Dimas langsung berpindah posisi dan berdiri dihadapan adiknya itu. "Apa kamu ga bisa sedikitpun memaafkan aku? Apa segitu kerasnya hati kamu sampai ga bisa merasakan kalau aku sudah benar-benar menyesali semuanya? Aku ga minta apa-apa, aku cuma ingin maaf dari kamu. Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf? Lalu kenapa kamu tidak bisa memaafkan kesalahan aku, padahal kamu juga hanya manusia biasa yang pasti pernah melakukan kesalahan."
Seketika Viona diam tak berkutik, perkataan Dimas seakan memberi tamparan keras padanya. Semua yang dikatakan lelaki itu benar, ia hanya manusia biasa yang pasti pernah melakukan kesalahan. Jika Tuhan saja Maha Pemaaf, kenapa ia tidak.
Sejenak ia mengingat sikap Dimas dulu yang begitu baik dan penuh kasih sayang, sebelum akhirnya berubah menjadi tak terduga. Kini ia menyadari, apa yang telah dilakukan oleh Dimas secara tidak sadar adalah kesalahannya sendiri. Karena ia selalu dan selalu saja menolak serta menyinggung perasaan Dimas. Padahal jika saja dulu ia bisa tetap bersikap baik meski tidak mau menerima Dimas lagi, pasti Dimas pun tidak akan berubah menjadi seperti orang jahat.
"Aku tau Viona semua yang udah aku lakukan sangat menyakiti kamu, tapi aku sama sekali ga pernah berniat untuk menyakiti kamu sedikitpun. Semuanya terjadi begitu saja karena aku dipenuhi oleh emosi yang tidak bisa aku kendalikan. Andai waktu dapat diulang, aku juga tidak akan melakukannya." Dimas menatap sangat dalam dengan air mata di pelupuk matanya yang sudah siap menetes
"Aku maafin kamu." lirih Viona yang merasa sedikit sesak
"Apa? Kamu bilang apa?." Dimas nampak tak percaya
"Aku maafin kamu." Viona mengulangi perkataannya setelah kembali tenang
"Kamu serius?." Dimas menatap haru
"Iya." Viona mengangguk lembut. "Maafin aku juga ya, ga seharusnya selama ini aku selalu bersikap buruk sama kamu." jelasnya sambil tersenyum manis
"Iya gapapa koq." Dimas tak mampu menyembunyikan wajah bahagianya
Lalu ia langsung memeluk Viona, yang membuat adiknya itu begitu terkejut.
Perlahan Viona pun mulai memeluk balik, karena menyadari bahwa Dimas itu adalah kakak kandungnya. Berpelukan dengan saudara sendiri hal yang wajar bukan.