Part 39 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 39 LOVE IN RAIN
"Bagaimana Mba tempatnya cocok?." tanya seorang laki-laki muda yang merupakan pemilik bekas toko kue kenalannya Dion
"Cocok banget Mas, tokonya bagus dan lokasinya juga strategis." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya sambil memperhatikan semua sudut toko itu dari tempatnya berdiri sekarang
"Kalau boleh tau kenapa tokonya di jual ya Mas? Padahal setau saya toko kue ini kan sudah banyak peminatnya dan cukup terkenal." tanya Dion yang berdiri di sebelah kekasihnya
'Memang benar sih Mas, tapi kebetulan saya dan istri mau pindah ke Surabaya. Jadi ya terpaksa toko ini harus dijual, sebagai modal untuk kami melanjutkan bisinis ini disana." jelas laki-laki itu
"Oh begitu." Dion mengangguk paham. "Yaudah karena Viona juga sudah merasa cocok dengan toko ini, Mas tinggal kasih harga pas nya aja." sahutnya dengan santai
"Kalau harga awal yang ingin saya kasih sih 100 juta, karena tokonya kan sudah lengkap dengan semua peralatannya. Persis seperti toko kue yang diinginkan oleh Mba Viona, mungkin hanya tinggal ditambahkan sedikit jika kurang suka dengan warna cat atau desain interiornya." jelas laki-laki itu kembali
"Ga bisa dikurangi gitu Mas? Pake harga temen." sahut Dion dengan candaan
"Bisa aja sih Mas, tapi paling hanya bisa jadi 95 juta." Laki-laki itu menanggapi dengan santai
"Gapapa koq Mas ga usah dikurangin, harganya tetep 100 juta aja." sahut Viona yang sama sekali tak merasa keberatan
"Tapi sayang." Dion menatap lurus kekasihnya itu
"Udah gapapa." Viona tersenyum santai. "Ini Mas uangnya, cash ya." sahutnya yang langsung memberikan sebuah amplop berisi uang yang diminta dari dalam tasnya, yang ia ambil dari uang tabungannya ditambah mengambil dari ATM tadi sebelum pergi ke toko itu
"Makasih Mba." balas laki-laki itu sambil mengambil amplop tersebut. "Semoga di tangan Mba, toko kuenya bisa lebih maju dan terkenal dibanding saat dipegang oleh saya. Dan ini kuncinya." lanjutnya sambil memberikan sebuah kunci
"Oh bukan di tangan saya Mas, tapi di tangan mama saya." jelas Viona sambil mengambil kunci itu
"Jadi maksudnya ini hadiah untuk mama Mba gitu ya? Luar biasa sekali." tanya laki-laki itu lurus
"Ya Begitulah Mas." Viona tersenyum singkat
"Baik kalau begitu sukses ya Mba, mohon maaf saya harus segera pergi karena ada urusan lain." pamit laki-laki itu. "Senang bisa bertransaksi dengan Mba." lanjutnya sambil berjabatan tangan
"Saya juga senang." balas Viona
"Terimakasih ya Mas sudah membantu saya sehingga toko ini bisa cepat terjual." Laki-laki itu langsung berjabatan tangan dengan Dion. "Mari, saya duluan." pamitnya yang kemudian pergi
"Sama-sama Mas, hati-hati." balas Dion sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Akhirnya keinginan aku terwujud juga, toko kue untuk mama." gumam Viona sambil mengembangkan senyum kebahagiaan di wajahnya
"Aku ikut seneng." Dion menatap dengan sangat lembut. "Tapi kenapa ga kami terima aja pengurangan harganya? Kan lumayan yang 5 juta nya bisa buat modal awal bikin kue."
"Gapapa lah ga usah, lagipula kan uang aku masih banyak di kartu kredit. Dan aku akan memberikan sejumlah uang lagi untuk mama, biar mama juga bisa memperkerjakan karyawan disini. Jadi dia ga perlu cape-cape lagi karena harus kerja sendirian." Viona menanggapi dengan santai
"Yaudah deh gimana baiknya kamu aja." Dion tersenyum tenang
"Oke." sahut Viona singkat
"Kita ke kantor sekarang yukkk, jam istirahatnya kan udah mau abis." ajak Dion dengan lembut
"Ayo." Viona langsung menyetujui
Lalu mereka pun keluar dari toko yang berukuran cukup besar itu, dan pergi kembali ke kantor setelah mengunci pintu tokonya.
"Aku duluan ya, kamu yang semangat kerjanya." sahut Viona saat pintu lift terbuka di lantai tempat ruang kerjanya berada
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Kamu juga yang semangat yah." balasnya sambil mengelus lembut rambut kekasihnya itu
Setelah memberikan senyuman termanisnya, Viona pun keluar dari lift lalu berjalan menuju ruangannya.
Dulu aku pikir mempunyai kehidupan yang mewah, serba ada, dan ingin apapun bisa terwujud saat itu juga adalah hal yang mustahil. Tapi sekarang, hal mustahil tersebut menjadi nyata. Dan bahkan orang yang sebelumnya tidak ingin aku terima karena aku menganggapnya sebagai penghacur kebahagiaan yang telah aku miliki, justru yang mewujudkan semuanya.
"Terimakasih Tuhan untuk semua yang kau berikan dalam hidupku, aku sangat mensyukuri semuanya. Tapi tidak dengan manusia rendah itu." gumam Viona sambil terduduk di kursi tempatnya bekerja
Hingga tiba-tiba Vano beserta beberapa karyawan lain datang untuk memberikan laporan hasil kerja mereka selama satu bulan ini. Laporan yang memang sudah rutin diberikan setiap bulannya seperti kepada manager sebelumnya.
Usai memeriksa semua laporannya, Viona pun memberikan pengarahan secara satu persatu kepada mereka, agar mereka bisa lebih meningkatkan kinerjanya, dan juga memperbaiki hal-hal yang mungkin masih dirasa kurang maksimal. Sesuai dengan tugas dari jabatan yang dipegangnya, mengatur dan mengarahkan.
"Oke. Karena semuanya udah clear, kalian bisa kembali bekerja lagi." pungkas Viona
Para karyawan itu pun langsung meninggalkan ruangannya, namun tidak dengan Vano yang justru malah tetap berdiam diri di posisinya. Berdiri di hadapan Viona.
"Kamu kenapa masih disini?." tanya Viona lurus
"Aku kagum dengan cara kamu memberikan pengarahan tadi, sangat bijaksana dan membuat kami semakin termotivasi untuk lebih baik lagi." jelas Vano yang langsung berjalan mendekati gadis itu
"Bisa aja." Viona menanggapi dengan santai
"Aku serius loh." Vano semakin mendekat. "Selain cantik, kamu juga cerdas."
"Apa maksudnya Vano muji-muji aku kaya gini." pikir Viona sejenak, lalu memaksakan seulas senyum di bibirnya
"Oh iya Viona, nanti sore pulang kerjanya bareng aku yukk." ajak Vano tanpa berbasa-basi
"Ini cowo kenapa sih, sok akrab gitu pake ngajakin pulang bareng segala. Mana deket-deket kaya gini lagi." gerutu Viona dalam hatinya yang merasa tak nyaman dengan keberadaan Vano
"Gimana? Kamu mau kan pulang bareng aku?." tanya Vano lurus
"Ga usah deh, aku..."
"Ga ngerepotin sama sekali koq, justru aku malah seneng. Mau ya?." sela Vano yang menganggap bahwa gadis itu akan menerima ajakannya
"Viona ga bakal mau, karena dia akan pulang bareng saya." sahut Dion yang tiba-tiba datang dan langsung menghampiri mereka berdua
"Pak Dion?." Vano mengerutkan kening heran. "Bapak ngapain kesini?."
"Justru saya yang seharusnya nanya, sedang apa kamu disini?." tanya Dion lurus setelah ia berdiri di sebelah Viona
"Saya, saya habis memberikan laporan hasil kerja saya bulan ini." jelas Vano sedikit terbata-bata. "Bapak sendiri, ada urusan apa kesini?." tanyanya tak mengerti
"Kalau saya sih ga perlu punya urusan untuk datang kesini, karena saya bebas menemui pacar saya ini kapanpun saya mau." jelas Dion sambil merangkul lembut bahu Viona
"Pacar? Maksud Pak Dion?." Vano masih belum mengerti
"Ya pacar, Viona ini pacar saya." jelas Dion dengan tegas
"Apa? Viona pacar Pak Dion? Koq bisa?." pikir Vano sejenak
"Kenapa? Kamu ga percaya?." Dion menatap dengan sedikit sinis
"Oh bukan Pak bukan, saya cuma ga nyangka aja kalau ternyata Viona itu pacarnya Bapak. Karena tadinya saya kira Viona tidak punya pacar. Kalau begitu, permisi Pak. Maaf saya tidak bermaksud mengganggu pacar Bapak." Vano nampak tak enak hati. "Baru juga mau ngedeketin, eh malah udah punya pacar. Apes apes." gumamnya dalam hati sambil beranjak pergi meninggalkan ruangan Viona
"Kamu emangnya ga bilang ya sama dia kalau kamu itu udah punya pacar?." tanya Dion lurus kepada Viona yang masih berada dalam rangkulannya
"Ya orang dia juga ga nanya, masa mesti aku kasih pengumuman ke dia kalau aku udah punya pacar." Viona menanggapi dengan candaan
"Yaudahlah." Dion menanggapi dengan santai sambil melangkah pergi lalu terduduk di kursi yang berhadapan dengan kursi kerja Viona
"Kamu cemburu ya?." tanya Viona lurus sambil mulai terduduk di kursi kerjanya
"Cemburu sih pasti, tapi udahlah ga usah diperpanjang. Karena aku percaya kamu ga akan mungkin macam-macam di belakang aku." Dion tersenyum lembut
"Kalau ternyata aku emang macam-macam di belakang kamu gimana?." jail Viona
"Ya aku tinggal macam-macam balik aja di belakang kamu, gampang kan?." jail Dion balik
"Ih koq jahat sih." sebal Viona yang langsung mencubit lengan kekasihnya itu
"Aww, sakit." sahut Dion sambil mengelus lengannya yang kena cubitan Viona
"Biarin." sebal Viona lagi
"Loh koq jadi marah? Kan kamu duluan yang mulai." Dion terkekeh kecil
"Ya aku kan cuma bercanda, malah dibales kaya gitu. Bukannya ngegombal atau bikin kata-kata romantis kek." sebal Vion lagi dan lagi
Sejenak Dion tersenyum, lalu langsung menggenggam kedua tangan gadis cantiknya itu. "Aku juga cuma bercanda sayang, lagipula aku ga akan pernah macam-macam di belakang kamu. Bagi aku kamu adalah satu-satunya cinta untuk aku, jadi sekalipun misalnya kamu pergi dari hidup aku. Aku ga akan berpaling ke yang lain." sahutnya sambil menatap sangat dalam
"Kamu apaan sih, gombalnya berlebihan tau ga." Viona nampak menahan senyum
"Katanya pengen digombalin, udah digombalin malah gitu responnya." sebal Dion
"Ya abisan gombalnya lebay tau." ledek Viona jail
"Tapi ini aku lagi ngomong serius loh, bukan gombal." Dion mempererat genggamannya pada tangan Viona
"Iya aku juga tau koq, karena kamu itu bukan laki-laki yang suka ngegombal. Tapi kamu adalah laki-laki sejati yang setiap ucapannya selalu dibuktikan dengan tindakan." Viona menatap dengan sangat dalam
Dion pun kembali menatap kekasihnya itu dengan sangat dalam bahkan lebih dalam lagi, hingga keduanya terlarut dalam tatapan satu sama lain.
***
Kehangatan mentari berpadu dengan ketenangan ombak di lautan, membuat Viona yang tengah menikmati sarapan di tepi pantai bersama Marisa dan juga Anggara merasa sangat damai. Mereka memang sengaja berangkat dari rumah pagi-pagi sekali, agar bisa menikmati waktu seharian di pantai setelah Anggara mengajari Viona menyetir mobil saat di perjalanan tadi.
Hingga kedamaian Viona terusik oleh Dimas yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Pagi Ma, Pa." sapa Dimas yang langsung berpelukan dengan Marisa dan juga Anggara secara bergantian
"Mau ngapain lo kesini?." tanya Viona sinis
"Mmm Viona, Dimas kesini karena mama dan papa yang minta." jelas Marisa dengan hati-hati
"Untuk apa?." Viona menunjukkan wajah tak senang
"Ya untuk bergabung sama kita, menghabiskan waktu seharian di pantai." jelas Anggara
"Apa?." Viona nampak tercengang. "Jangankan seharian, sedetik aja Viona ga mau." kesalnya yang langsung berdiri dan nyaris pergi
"Sayang, tunggu sayang." Marisa langsung menahan. "Mama tau kamu sangat membenci Dimas, dan mama juga tau apa yang sudah Dimas lakukan ke kamu itu benar-benar keterlaluan. Tapi sayang, bagaimanapun juga Dimas adalah manusia yang pasti pernah melakukan suatu kesalahan dan dia pasti akan bisa berubah."
"Dan sekarang Dimas sudah menyesali semua perbuatannya. Oleh karena itu, papa dan mama mohon agar kamu mau belajar menerima Dimas sebagai kakak kandung kamu." Anggara langsung mendekati Viona
"Ga semudah itu Pa." tegas Viona
"Kami tau ini ga mudah, tapi setidaknya kamu mau ya mengizinkan Dimas untuk bergabung liburan bersama kita disini. Karena moment seperti inilah yang selalu kami tunggu-tunggu, keluarga kita utuh. Ada kamu, mama, papa dan juga Dimas." Marisa mencoba membuat putrinya itu mengerti
"Tuhan, kenapa aku harus berada dalam posisi sesulit ini. Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa lelaki itu adalah kakak kandungku, tapi aku juga tidak ingin membuat kedua orang tuaku bersedih karena keegoisanku." gumam Viona dalam hatinya
"Gapapa Ma, Pa. Aku ngeti koq, Viona ga mungkin mengizinkan. Lebih baik aku pergi aja." sahut Dimas yang mulai melangkah pergi
"Oke." sahut Viona yang langsung menghentikan langkah lelaki itu. "Viona akan mengizinkan untuk dia bergabung bersama kita disini, begitupun dengan tinggal di rumah." lanjutnya dengan berat hati
"Kamu serius? Kamu mengizinkan Dimas untuk tinggal bersama kita di rumah?." Anggara nampak senang namun masih tak percaya
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Tapi ini semua hanya karena Viona ingin mengobati kerinduan papa dan mama untuk memiliki keluarga yang utuh, bukan karena Viona mau menerima dia sebagai kakak kandung Viona." jelasnya sambil menatap tajam Dimas sekilas
"Syukurlah, setidaknya ini awal yang baik untuk hubungan mereka ke depannya. Semoga saja secepatnya Viona dan Dimas bisa saling menerima satu sama lain, sebagai adik dan kakak." gumam Marisa dalam hatinya
Meski merasa tak nyaman dengan kehadiran Dimas, tapi Viona tetap mencoba untuk menikmati kebersamaanya bersama Marisa dan juga Anggara. Senyuman dan tawa penuh keceriaan pun selalu terpancar dari wajahnya.
Hari ini adalah salah satu hari yang paling membahagiakan untuknya, menikmati setiap detik bersama orang tua kandungnya. Dari mulai bermain volly pantai, melakukan pemotretan keluarga di dermaga, menaiki jetski bersama Anggara dan adu balap dengan Dimas yang memboncengi Marisa, berjemur di tepi pantai, hingga ditutup dengan barbequean sambil menikmati senja.
Dimas memang ada bersamanya, tapi tak ada kontak fisik, obrolan atau tatapan yang terjadi. Karena gadis itu memang selalu saja memalingkan wajahnya dan bersikap seolah-olah bahwa Dimas tidak ada disana.
***
"Surprise." teriak Viona dengan begitu gembira setelah menarik kain besar yang menutupi sebuah toko kue yang diberi nama Vina's Cake
"Ini? Ini apa?." Vina yang berada dihadapan Viona bersama Feby dan juga Dion merasa tak mengerti
"Ini toko kue untuk mama." jelas Viona kembali menunjukkan wajah gembiranya sambil memberikan sebuah kunci
"Toko kue untuk mama?." Vina masih merasa tak mengerti
"Iya mamaku sayang." Viona langsung mendekat. "Jadi sejak masuk kuliah Viona itu punya keinginan untuk bisa membuatkan mama toko kue, tapi Viona baru bisa mengumpulkan uang semenjak Viona kerja direstorannya Dion. Dan sekarang keinginan itu sudah terwujud, ini untuk mama."
Tanpa berkata-kata lagi, Vina langsung menarik Viona ke dalam dekapannya lalu memeluknya dengan sangat erat. "Makasih sayang, mama ga tau harus bicara apa lagi. Yang jelas mama sayang sekali sama kamu dan mama sangat beruntung karena Tuhan pernah menitipkan kamu kepada mama." sahutnya sambil meneteskan air mata
"Viona juga sangat sangat sayang sama mama, bahkan Viona jauh lebih beruntung karena pernah dirawat dan dijaga oleh seorang bidadari seperti mama." Viona balas memeluk dengan lebih erat sambil meneteskan air mata juga
"Aku juga sayang banget dan sangat beruntung pernah menjadi adiknya kak Viona." Feby ikut memeluk Viona
"Bukan pernah, tapi akan selalu menjadi adiknya kakak." sahut Viona setelah mereka selesai berpelukan
"Kak Viona." Feby kembali memeluk Viona dengan sangat erat. "Kangen tau, sekarang jadi jarang ketemu kaya gini. Padahal dulu kita selalu bareng-bareng."
"Kakak juga kangen banget sama setiap detik kebersamaan kita." Viona balas memeluk dengan erat. "Tapi ya mau gimana lagi, semuanya udah ga sama. Yang terpenting kita kan masih bisa ketemu sekalipun ga sesering dulu." sahutnya sambil mengurai pelukan
"Iya deh." Feby mengangguk lesu
"Yaudah sebelum masuk, mama potong pitanya dulu ya." sahut Viona sambil memberikan sebuah gunting kepada Vina
Vina pun langsung memotong sebuah pita besar yang berada di depan toko itu, lalu mereka semua mulai memasuki toko dan disambut oleh ketiga pelayan dengan seragam yang sama.
"Selamat datang di Vina's Cake." sahut para pelayan itu
"Sayang, mereka siapa?." Vina menatap Viona tak mengerti
"Mereka adalah pelayan di toko kuenya mama, Viona sengaja memperkerjakan mereka untuk membantu mama. Biar mama ga perlu lagi kerja sendirian." jelas Viona sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Makasih sayang." Vina kembali memeluk Viona beberapa saat
"Jangan cuma makasih ke Viona dong, tapi makasih ke Dion juga. Karena dia yang paling banyak membantu untuk mempersiapkan semua ini." Viona menoleh ke arah kekasihnya sekilas
"Makasih Dion." Vina menatap dengan haru
"Sama-sama tante." Dion tersenyum lembut
Lalu Vina dan Feby berjalan untuk melihat seluruh isi toko, dari mulai etalase yang berukuran besar, tempat kasir, tempat membuat kopi dan berbagai minuman lainnya, serta dapur sehat tempat untuk membuat kue.
Sementara Viona dan Dion langsung terduduk di salah satu kursi yang berada disana, sambil menikmati minuman yang disediakan oleh salah seorang pelayan yang memang ditugaskan secara khusus di bagian itu.
"Toko kuenya besar banget terus mewah lagi, toko kue milik artis terkenal aja kalah." sahut Feby saat ia dan Vina mulai ikut bergabung bersama sepasang kekasih itu
"Iya dong siapa dulu yang mengurusi masalah furniture dan interiornya." balas Dion sambil tersenyum penuh percaya diri
"Iya deh calon mantu yang paling hebat dan serba bisa." Vina menanggapi dengan sedikit candaan
"Nah bener Ma, serba bisa. Sampai kepedean tingkat tinggi aja bisa." ledek Viona jail
"Biarin dong, mending kepedean tingkat tinggi daripada minderan tingkat tinggi." Dion tersenyum santai
"Iya deh iya." Viona terkekeh kecil. "Oh iya, Viona ada sesuatu untuk mama." sahutnya sambil mengambil sebuah amplop dari dalam tas nya
"Sesuatu apa lagi?." tanya Vina lurus
"Ini untuk mama." Viona langsung memberikan amplop itu
"Ini apa sayang?." Vina mengerutkan kening heran
"Itu adalah uang senilai 50 juta untuk mama." jelas Viona dengan santai
"Uang 50 juta? Untuk apa?." Vina kembali mengerutkan kening heran
"Terserah mama digunakan untuk apa, bisa sebagai modal bikin kue dan menggaji para pelayan lalu sisanya mama tabung, atau bisa juga mama belanjakan untuk keperluan mama. Beli baju misalnya biar lebih fashionable, atau mengganti barang-barang yang ada di rumah dengan yang lebih bagus dan mahal." jelas Viona
Seketika Vina, Feby dan Dion terdiam dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Viona. Mereka merasa tak percaya dengan perubahan sikap gadis itu sekarang.
"Kak Viona koq jadi angkuh gini ya, ya memang sih sekarang hidupnya udah berubah menjadi orang kaya, hidup serba mewah dan pakainnya pun selalu fashionable dan mahal. Tapi apa harus ya dia berbicara seperti merendahkan mama kaya gitu." gerutu Feby dalam hatinya
"Oh iya Ma, kayanya Viona ga bisa lama-lama. Soalnya tadi mama Marisa nyuruh Viona untuk segera pulang, Viona pamit ya." sahut Viona yang langsung mengecup hangat punggung tangan mama angkatnya itu
"Loh emang mama kamu ada di rumah?." tanya Dion lurus
"Iya, hari ini dia pulang cepet dari kantor dan nyuruh aku buat segera pulang. Aku juga izin pulang cepet ya, takut penting soalnya." jelas Viona
"Oh yaudah, biar aku anterin ya." Dion mencoba menawarkan
"Ga usah, aku kan bawa mobil sendiri. Mendingan kamu langsung kembali ke kantor aja." tolak Viona. "Kalau gitu aku duluan ya." pamitnya yang langsung melangkah terburu-buru
Apa salah jika aku merasa didikanku selama ini gagal? Dulu aku mendidiknya untuk menjadi anak yang selalu bisa mensyukuri apa yang dimiliki tanpa harus menyombongkannya, selalu bisa menghargai, selalu bisa rendah hati dan tidak pernah merendahkan sekalipun dia memang lebih baik dan hebat dari orang lain.
Tapi sekarang, semua sifat itu telah hilang. Karena dia terlalu terlena dengan apa yang telah dimilikinya sekarang. Aku sadar, aku memang tidak bisa memberikan kehidupan mewah itu kepadanya. Tapi aku ingin dia tetap menjadi sosok yang tidak akan berubah meski kehidupanya telah berubah, meski kenyataannya dia memang sudah berubah.
"Kenapa Viona harus menuruni sikap angkuh orang tua kandungnya." pikir Vina dalam diamnya
"Kasian tante Vina, dia pasti kepikiran dengan sikap Viona tadi." gumam Dion dalam hatinya. "Oh iya tante, kayanya Dion harus segera kembali ke kantor. Tante sama Feby mau disini dulu, atau mau pulang sekarang?." sahutnya dengan lembut
"Tante sama Feby masih mau disini kayanya, sekalian belajar beradaptasi juga. Biar besok tante sudah bisa memulai toko kuenya." balas Vina tak kalah lembut
"Kalau begitu, Dion duluan ya tante." pamit Dion yang langsung bersalaman dengan Vina. "Kakak duluan ya Feby." lanjutnya kepada Feby yang terduduk di sebelah Vina
"Iya kak hati-hati." Feby menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Lalu Dion pun mulai beranjak pergi meninggal anak dan ibu itu yang masih menikmati kebersamaanya sambil meminum minuman yang telah disiapkan di atas meja.