HPK

mesothelioma survival rates,structured settlement annuity companies,mesothelioma attorneys california,structured settlements annuities,structured settlement buyer,mesothelioma suit,mesothelioma claim,small business administration sba,structured settlement purchasers,wisconsin mesothelioma attorney,houston tx auto insurance,mesotheliama,mesothelioma lawyer virginia,seattle mesothelioma lawyer,selling my structured settlement,mesothelioma attorney illinois,selling annuity,mesothelioma trial attorney,injury lawyer houston tx,baltimore mesothelioma attorneys,mesothelioma care,mesothelioma lawyer texas,structered settlement,houston motorcycle accident lawyer,p0135 honda civic 2004,structured settlement investments,mesothelioma lawyer dallas,caraccidentlawyer,structured settlemen,houston mesothelioma attorney,structured settlement sell,new york mesothelioma law firm,cash out structured settlement,mesothelioma lawyer chicago,lawsuit mesothelioma,truck accident attorney los angeles,asbestos exposure lawyers,mesothelioma cases,emergency response plan ppt,support.peachtree.com,structured settlement quote,semi truck accident lawyers,auto accident attorney Torrance,mesothelioma lawyer asbestos cancer lawsuit,mesothelioma lawyers san diego,asbestos mesothelioma lawsuit,buying structured settlements,mesothelioma attorney assistance,tennessee mesothelioma lawyer,earthlink business internet,meso lawyer,tucson car accident attorney,accident attorney orange county,mesothelioma litigation,mesothelioma settlements amounts,mesothelioma law firms,new mexico mesothelioma lawyer,accident attorneys orange county,mesothelioma lawsuit,personal injury accident lawyer,purchase structured settlements,firm law mesothelioma,car accident lawyers los angeles,mesothelioma attorneys,structured settlement company,auto accident lawyer san francisco,mesotheolima,los angeles motorcycle accident lawyer,mesothelioma attorney florida,broward county dui lawyer,state of california car insurance,selling a structured settlement,best accident attorneys,accident attorney san bernardino,mesothelioma ct,hughes net business,california motorcycle accident lawyer,mesothelioma help,washington mesothelioma attorney,best mesothelioma lawyers,diagnosed with mesothelioma,motorcycle accident attorney chicago,structured settlement need cash now,mesothelioma settlement amounts,motorcycle accident attorney sacramento,alcohol rehab center in florida,fast cash for house,car accident lawyer michigan,maritime lawyer houston,mesothelioma personal injury lawyers,personal injury attorney ocala fl,business voice mail service,california mesothelioma attorney,offshore accident lawyer,buy structured settlements,philadelphia mesothelioma lawyer,selling structured settlement,workplace accident attorney,illinois mesothelioma lawyer

Menu Navigasi

Part 38 LOVE IN RAIN

novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 38 LOVE IN RAIN

"Selamat siang Bu Viona." sapa Vano kepada Viona yang tengah berada di salah satu meja di kantin kantor, sambil membawa makanan dan minuman yang sudah dipesannya
"Siang." sapa balik Viona yang langsung menghentikan makan siangnya
"Maaf Bu saya mengganggu, boleh ga kalau saya ikut duduk disini. Soalnya ga ada lagi meja yang kosong." Vano menatap penuh harap
Viona pun langsung menggerakkan matanya, melihat seluruh isi kantin. Dan memang benar ternyata, semua meja penuh. Tinggal mejanya saja yang masih menyisakan kursi kosong. "Yaudah, duduk aja." sahutnya dengan santai
Tanpa ragu, Vano langsung terduduk di hadapan gadis itu. Terus memperhatikan sambil memulai makan siangnya.
"Kenapa kamu terus ngeliatin saya kaya gitu?." tanya Viona lurus yang menyadari tatapan Vano
"Ibu cantik." sahut Vano sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Hah?." Viona mengerutkan kening samar
"M-maksud saya, ibu koq sendirian aja? Ga rame-rame kaya yang lain." Vano mencoba mengalihkan pembicaraan
"Ya kan saya masih baru disini, jadi belum punya temen." jelas Viona. "Ada juga Dion, tapi dia lagi makan siang di luar sekaligus meeting sama kliennya." gumamnya dalam hati
"Eh iya saya lupa." Vano tersenyum polos. "Kalau gitu, boleh dong ya Bu kalau saya jadi temen ibu." sahutnya kembali menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Boleh aja sih." Viona menanggapi dengan santai. "Tapi kayanya, jangan manggil Ibu deh. Kan saya juga bukan ibu-ibu."
"Tapi kan Ibu atasan saya, ga sopan kalau manggil nama." Vano menatap lurus Viona
"Ya gapapa, santai aja kali. Kecuali kalau emang lagi di forum tertentu, kalau lagi biasa gini mah panggil nama aja." jelas Viona sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oh yaudah deh kalau gitu Viona." Vano mengangguk lembut
"Oke." Viona mengangguk santai. "Eh iya Vano, ngomong-ngomong kamu udah berapa lama kerja disini?." tanyanya lurus
"Baru setahun terakhir ini, karena emang baru lulus kuliah tahun kemarin juga." jelas Vano. "Kamu juga kayanya baru lulus kuliah ya terus langsung kerja disini." lanjutnya sambil menatap lurus gadis itu
"Iya." Viona mengangguk singkat
"Wah hebat banget ya, baru lulus terus langsung jadi manager." puji Vano sambil tersenyum lembut
Viona hanya balas tersenyum tipis, lalu tiba-tiba ponselnya yang berada di atas meja berbunyi. Ponsel baru yang diberikan tadi pagi oleh Marisa dan Anggara saat mengantarnya ke kantor. Kedua orang tuanya itu memang memberi banyak sekali kejutan di hari ini.
Ada sebuah pesan masuk dari Dion.

Sayang, kamu dimana? Bisa ke ruangan aku sebentar ga? Aku butuh kamu.

"Dion kenapa ya? Bukannya dia seharusnya masih meeting sama kliennya." pikir Viona sejenak
"Viona." panggil Vano. "Kamu kenapa?." tanyanya lurus
"Hah? Ga koq gapapa." elak Viona. "Kayanya aku harus pergi sekarang deh, aku duluan ya." sahutnya yang langsung bergegas pergi
"Loh kamu kamu mau kemana? Makanannya kan belum abis." Vano mencoba menahan
Tapi Viona sama sekali tak menghiraukan, ia langsung melangkah terburu-buru. Memasuki kantor dari pintu samping, berjalan menuju lift.
Hingga ia pun tiba di lantai 16, dua lantai lebih atas dari ruang kerjanya berada. Dan langsung bergegas menuju ruang kerja Dion, membuka pintu ruangan yang memang tidak dikunci itu.
"Sayang, kamu kenapa?." Viona langsung menghampiri Dion yang tengah duduk bersandar di sofa. "Kamu sakit?." tanyanya saat melihat wajah kekasihnya itu nampak pucat
Lalu ia memegang kening Dion yang terasa sedikit panas dan mengeluarkan keringat dingin.
"Ga tau, tiba-tiba aja kondisi aku jadi drop gini." jelas Dion dengan lemas
"Ya ampun, kamu pasti kecapean ya karena belakangan ini sibuk banget." Viona kembali memegang kening Dion dan mengusap keringatnya. "Kita ke dokter aja yukk." ajaknya yang merasa sangat khawatir
"Ga usah, aku cuma butuh istirahat aja." tolak Dion dengan lembut. "Setelah ini kamu ada pekerjaan lagi ga?." tanyanya semakin lemas
"Ga ada koq, pekerjaan aku udah aku beresin semua tadi." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Boleh ga aku minta bantuan kamu untuk melanjutkan pekerjaan aku? Soalnya itu buat bahan meeting sama para staff nanti sore, sedangkan kondisi aku sekarang..."
"Iya boleh koq, kamu tenang aja. Biar aku yang beresin, jadi sekarang kamu istirahat ya jangan maksain." sela Viona yang memahami betul kondisi kekasihnya itu. "Atau kamu mau makan dulu? Minum obat? Atau mau aku ambilin minum."
"Ngga, ga usah. Aku cukup butuh istirahat aja dengan ditemenin kamu disini." Dion langsung menggenggam erat tangan Viona
"Kamu ini, lagi kaya gini juga masih aja." Viona nampak gemas. "Yaudah sekarang mending tidurin dulu, biar aku bantu ya." sahutnya sambil membantu Dion yang mulai berbaring di sofa
Lalu ia mulai melanjutkan pekerjaan Dion yang baru seperempat jalan itu, dengan tetap setia menemani kekasihnya di sofa yang berbeda.
Detik berganti menit, dan menit berganti jam. Hingga akhirnya pekerjaan Viona pun selesai ketika waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Dan itu artinya masih tersisa waktu 2 jam lagi untuk Dion melakukan meeting bersama para staff.
"Lumayan masih banyak waktu tersisa, jadi aku bisa nemenin Dion tidur disini sampai waktu meeting tiba." gumam Viona setelah menutup layar laptop yang sejak tadi digunakannya di atas meja, lalu mengelus lembut kepala Dion yang memang tertidur tak jauh dari tempatnya duduk. "Kasian Dion, dia pasti cape banget. Karena belakangan ini selalu disibukkan dengan urusan kantor untuk persiapan memenangkan tender itu."
"Permisi Pak Dion."
Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki berkemeja yang mengetuk pintu ruangan yang memang tidak ditutup kembali sejak tadi.
"Masuk aja." suruh Viona ketika mengetahui bahwa laki-laki itu adalah salah satu staff
"Maaf Bu, Pak Dion sudah ditunggu di ruang meeting. Karena 20 menit lagi meeting nya akan segera dimulai." sahut staff tersebut ketika sudah berada dihadapan Viona
"Oh iya sekarang udah mau jam 4 ya." Viona baru menyadari ketika melirik jam tangannya. "Yaudah kalau gitu, kamu duluan aja. Biar nanti saya bangunkan Dion."
"Baik Bu, kalau begitu saya permisi."
Viona tak menyangka waktu begitu cepat berlalu, padahal ia hanya berdiam diri sambil memperhatikan Dion yang tengah tertidur dan sesekali mengelus lembut kepala kekasihnya itu. Tapi tiba-tiba waktu sudah berlalu hampir 2 jam lamanya.
"Dion." Viona mulai membangunkan Dion dengan suara lembutnya. "Sayang." lanjutnya sambil mengelus pipi pujaan hatinya itu
Dengan cepat Dion pun langsung merespon dan mulai membuka matanya. "Udah jam 4 ya?." tanyanya lurus
"Sebentar lagi, tadi salah satu staff kamu kesini untuk manggilin kamu biar segera kesana." jelas Viona dengan santai. "Kamu kuat ga? Kalau ngga, lebih baik jangan maksain." tanyanya lembut
"Aku kuat koq." Dion langsung membangkitkan tubuhnya dan mulai terduduk tegak, lalu mengucek kedua matanya
"Yakin kamu kuat?." Viona nampak ragu
"Iya sayang." Dion mengangguk lembut. "Lagipula tubuh aku udah mulai fit lagi koq setelah ditidurin, kalau gitu aku ke kamar mandi dulu ya mau cuci muka." sahutnya yang langsung berdiri sambil mengelus lembut rambut Viona, lalu beranjak pergi menuju kamar mandi yang berada di dalam ruangannya itu
Beberapa saat kemudian. Dion pun keluar kamar mandi dengan penampilannya yang sudah sangat fresh dan rapih kembali dengan setelas jasnya.
"Kamu beneran udah kuat?." Viona langsung berdiri lalu menghampiri kekasihnya itu
"Iya sayang." Dion kembali mengangguk lembut. "Aku baik-baik aja koq, tadi cuma butuh istirahat aja sebentar. Jadi kamu ga usah khawatir ya." sahutnya mencoba meyakinkan
"Yaudah kalau gitu, kamu yang semangat ya meeting nya. Aku tungguin kamu disini." Viona menyunggingkan seulas senyum dibibirnya
"Mending kamu ikut meeting aja, biar sekalian belajar juga." Dion balas menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Ngga ah, aku kan bukan bagian dari meeting ini." Viona langsung menggelengkan kepalanya
"Ya gapapa, ga bakal ada yang ngelarang juga kalau kamu ikut." sahut Dion. "Udah yukk, ikut aja." ajaknya lembut
Tanpa menolak lagi, Viona pun menerima ajakan kekasihnya itu.

[EXTRACT]

***
"Akhirnya beres juga, tinggal beberapa persiapan lagi dan semuanya akan benar-benar selesai." sahut Dion saat ia bersama Viona baru saja keluar dari ruang meeting ketika hari sudah hampir gelap
"Kamu pasti udah cape ya dengan rutinitas belakangan ini." Viona menatap dengan tenang
"Ya begitulah, makanya aku ga mau kerja di kantoran. Apa-apa ribet ada deadline nya, mending di restoran. Santai tapi tetap menghasilkan." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Sabar ya, bentar lagi kan juga beres." Viona balas menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Dan makasih ya karena kamu udah ngebantuin aku untuk ngerjain bahan meeting tadi, kalau ga ada kamu entahlah mungkin akan berantakan." sahutnya yang langsung menggenggam erat tangan kekasihnya itu
"Kamu apaan sih, kaya ke siapa aja." Viona terkekeh kecil. "Itu ga seberapa kali, dibandingkan sama semua yang udah kamu lakukan buat aku selama ini." lanjutnya sambil menatap penuh arti
"Kamu tuh ya." Dion langsung mencubit gemas hidung Viona. "Yaudah lah, kita cari makan yukk. Aku lapar." ajaknya dengan manja
"Yaudah ayo." Viona langsung menggandeng tak kalah manja
"Tadi pagi pas aku pegang tangan kamu bilangnya ga enak sama orang-orang kantor, tapi koq sekarang kamu malah ngegandeng aku?." sindir Dion jail
"Ya kan sekarang udah bukan lagi jam kerja, dan kantor juga udah sepi." sahut Viona. "Yaudah kalau ga mau digandeng gapapa." lanjutnya yang langsung melepaskan tangannya kembali
Tapi langsung ditarik oleh Dion, sehingga tangannya kembali menggandeng kekasihnya itu.
"Gitu doang ngambek." ledek Dion sambil menyentil dagu Viona
"Siapa yang ngambek? Ngga koq." elak Viona
"Masa?." goda Dion
"Iya lah." Viona mengangguk singkat
"Terus kalau ga ngambek kenapa mukanya masih ditekut gitu?." goda Dion lagi
"Emang harusnya gimana?." tanya Viona lurus
"Harusnya gini nih." Dion langsung mencubit gemas kedua pipi Viona
"Aww Dion sakit." Viona langsung menjauhkan tangan Dion. "Kamu tuh ya." sahutnya sambil mencubit gemas pinggang kekasihnya itu
"Aww, koq ke pinggang sih ngebalesnya." Dion menunjukkan wajah sebal
"Biarin, biar double sakitnya." Viona terkekeh kecil. "Abisan udah nyubit hidung aku, langsung nyubit kedua pipi aku."
"Nah gitu dong ceria lagi, ga enak di lihat kalau wajahnya ditekuk mulu." Dion tersenyum lega
"Kamu ini emang paling bisa ya bikin aku seneng." Viona tersenyum lembut
"Iya dong." Dion balas tersenyum dengan begitu percaya dirinya. "Udahlah yukk, cari makan sekarang aja. Biar ga kemaleman pulangnya." ajaknya yang langsung menggenggam erat tangan kekasihnya itu
Lalu mereka pun mulai beranjak meninggalkan kantor, setelah membawa tas Viona yang tadi disimpan diruangan Dion. Menuju parkiran, menaiki mobil dan pergi ke sebuah restoran yang berada tak jauh dari kantor itu.
"Oh iya sayang, ada yang pengen aku tanyain sama kamu." sahut Viona ketika mereka sudah menaiki mobil kembali, dalam perjalanan pulang
"Tanya apa?." Dion menanggapi dengan santai sambil terus fokus menyetir
"Kamu kan pernah bilang kalau kamu punya kenalan yang mau jual bekas toko kue gitu, sekarang tokonya udah ada yang beli belum?." tanya Viona lurus
"Kalau info terakhir yang aku dapat sih katanya belum. Emangnya kenapa? Kamu mau beli toko itu?." Dion menatap sekilas dengan tenang
"Iya." Viona mengangguk cepat. "Besok kita temuin kenalan kamu itu yukkk." sahutnya yang nampak sangat antusias
"Tapi bukannya kamu bilang uang tabungan kamu masih kurang ya?." Dion mengerutkan kening samar
"Iya emang, tapi sekarang aku udah ga perlu lagi nambahin uang tabungan aku itu." Viona tersenyum santai
"Loh kenapa?." Dion nampak tak mengerti
"Ya karena tadi pagi mama dan papa ngasih aku kartu ATM yang setiap bukannya akan ditransfer sebanyak 30 juta untuk uang jajan aku, dan juga beberapa kartu kredit ini yang semuanya unlimited." Viona langsung mengeluarkan beberapa kartu yang diberikan oleh orang tua kandungnya tadi pagi. "Selain itu mereka juga ngasih aku hp baru mobil." sahutnya sambil tersenyum senang
"Oh ya?." Dion pun nampak senang mendengarnya
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Jadi mulai sekarang, aku udah ga perlu lagi ngumpulin uang lama-lama hanya untuk beli sesuatu. Karena apapun bisa aku beli ketika aku menginginkannya." lanjutnya dengan nada angkuh
"Ini benar Viona? Kenapa jadi berubah. Ya, aku seneng sih karena sekarang hidupnya serba berkecukupan. Tapi kenapa pola pikir nya jadi kaya gini." pikir Dion sambil terus fokus menyetir
"Koq kamu diem? Kamu ga seneng?." tanya Viona lurus
"Hah? Ya seneng lah, masa iya aku ga seneng disaat kamu seneng." Dion langsung menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oke. Terus gimana? Bisa kan besok kita temui kenalan kamu itu?." tanya Viona lagi
"Bisa koq." Dion mengangguk lembut. "Oh iya, kalau kamu udah dibeliin mobil. Itu artinya kita ga bakal bisa naik mobil berdua kaya gini lagi dong." sahutnya sambil menatap sekilas
"Tetep bisa koq, tapi hanya untuk beberapa hari ini." Viona tersenyum santai
"Beberapa hari ini?." tanya Dion lurus
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Karena akhir pekan ini, papa mau ngajarin aku nyetir mobil. Jadi nanti kamu ga perlu antar jemput aku lagi."
"Kenapa ga sama aku aja diajarinnya?." Dion menatap lurus kekasihnya itu
"Aku juga sih pengennya gitu, tapi ga boleh sama papa. Karena papa ingin dia yang ngajarin aku naik mobil, ya sekalian biar aku juga makin deket sama orang tua kandung aku. Itu kan yang kamu mau?." Viona menatap dengan lembut
"Oh gitu, yaudah deh aku bisa apa." Dion mengangkat bahunya dengan santai
"Jangan ngambek dong." Viona langsung bersandar manja pada bahu kekasihnya itu
"Ya ngga lah, ngapain juga aku mesti ngambek. Justru aku seneng, karena gadis cantiknya aku ini udah mau belajar untuk menerima hal yang sulit dalam hidupnya." Dion langsung merangkul lembut Viona sambil memenempelkan kepalanya beberapa saat, sedangkan tangan satunya tetap menyetir
"Sebenarnya ga sepenuhnya bisa aku terima, bahkan mungkin ga akan bisa aku terima. Kalau ada hal sulit lainnya yang tidak kamu ketahui, tapi harus aku terima. Yaitu Dimas adalah kakak kandung aku." gumam Viona dalam hatinya
"Kamu kenapa diem?." tanya Dion saat Viona tak mengeluarkan sepatah katapun lagi
"Gapapa koq." Viona langsung memeluk kekasihnya itu dengan manja, masih tetap bersandar
"Ngantuk ya?." Dion menatap Viona yang tengah menundukkan kepalanya
"Lumayan." Viona tersenyum polos sambil melirik Dion
"Yaudah mending kamu tidur aja, nanti aku bangunin pas udah sampe rumah kamu." suruh Dion lembut
"Ngga ah, nanti kamu nyetir sendiri lagi ga ada yang nemenin." tolak Viona tak kalah lembut
"Ya gapapa. Udah mending kamu tidur aja disini." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Disini dimana?." Viona mengerutkan kening heran
"Di pangkuan aku." Dion tersenyum genit
"Apaan sih kamu, iya kali." Viona langsung terduduk tegak kembali
"Aku serius, lagian apa salahnya?." Dion menatap lurus kekasihnya itu
"Ya salah dong, kamu kan lagi nyetir. Nanti keganggu sama aku." jelas Viona
"Ga bakal keganggu koq, udah sini." Dion menepuk-nepuk pangkuannya
"Yakin ga keganggu?." tanya Viona lurus
"Ngga sayang." Dion tersenyum lembut
Tanpa berkata apa-apa lagi, Viona pun mulai membaringkan dirinya di mobil yang tanpa atap itu dengan pangkuan Dion sebagai alas kepalanya. Sementara Dion dengan sigap langsung mengambil jasnya yang sejak tadi berada di sandaran jok tempatnya duduk, lalu menyelimuti bagian tubuh atas Viona dengan jas itu.
Sambil tetap fokus menyetir, Dion sesekali mengelus lembut pipi Viona sambil memperhatikan wajah kekasihnya itu yang sudah tertidur pulas. Hingga akhirnya ia pun tiba di depan gerbang rumahnya Viona.
"Eh Den Dion, Non Viona nya mana?." satpam yang tengah berjaga mulai menghampiri
"Ini lagi tidur Pak, kecapean dia." Dion mengarahkan matanya ke arah pangkuannya
Satpam itu pun langsung mendekat dan melihat Viona tengah tertidur sangat pulas. "Yaudah kalau gitu, saya bukakan dulu gerbangnya ya Den." sahutnya yang kemudian langsung bergegas membuka pintu gerbang
"Makasih Pak." balas Dion ketika pintu gerbang sudah terbuka sambil mulai mengemudikan mobilnya kembali memasuki pekarangan
Hingga ia pun menghentikan mobilnya tepat di depan rumahnya Viona.
"Sayang, bangun sayang. Kita udah nyampe." Dion mencoba membangunkan kekasihnya itu dengan lembut
Tapi tak ada respon dari Viona, nampaknya Viona memang begitu terlelap dalam tidurnya.
"Sayang." Dion mencoba membangunkan lagi
Tapi karena masih tetap tak ada respon, ia pun langsung membangunkan tubuh Viona dari pangkuannya secara perlahan lalu membiarkan kekasihnya itu menyandar pada jok mobil.
Karena mengetahui betul bagaimana sulitnya membangunkan Viona ketika sudah tertidur sangat lelap, Dion pun tak lagi membangunkannya. Ia langsung turun dari mobil, berjalan menuju pintu lain mobilnya lalu mengangkat tubuh Viona dan menggendongnya dengan sangat kuat.
"Non Viona kenapa Den? Dia pingsan?." tanya salah seorang penjaga yang berada di depan pintu saat Dion sudah mulai menaiki teras
"Ga koq Pak, dia cuma tidur. Tapi udah pules banget, jadi susah dan kasian juga kalau dibangunin." jelas Dion
"Oh, yaudah kalau begitu silahkan masuk Den." suruh penjaga yang satunya setelah membukakan pintu
Dion pun langsung memasuki rumah itu, melewati beberapa ruangan dengan ditemani seorang pelayan hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah lift yang tertutup. Lalu lift mulai terbuka, dan Marisa keluar dari dalamnya.
"Dion." sahut Marisa ketika melihat lelaki itu berada dihadapannya. "Viona kenapa?." tanyanya khawatir sambil menatap ke arah Viona
"Viona gapapa koq tante, dia cuma tidur. Tapi ya udah pules banget, dan dia emang suka susah dibangunin kalau udah pules gini." Dion tersenyum santai
"Oh gitu, tante pikir kenapa. Yaudah biar tante aja yang antar kamu ke kamarnya Viona."
Dion pun mengikuti Marisa yang kembali memasuki lift, setelah pelayan yang tadi mengantarnya pergi meninggalkan mereka. Menaiki lantai dua, lalu berjalan menuju sebuah kamar.
"Ayo Dion, ini kamarnya Viona." Marisa mempersilahkan sambil membuka pintu kamar putrinya itu
"Makasih tante." Dion tersenyum lembut sambil mulai melangkah masuk
Melewati sebuah ruangan khusus yang terdapat satu set sofa beserta mejanya, tv serta sebuah meja kerja yang memang baru dibelikan kemarin ketika Viona mulai kerja di perusahaan Reza.
Kemudian Marisa membawa Dion memasuki tempat tidur Viona yang sangat besar itu. Mata Dion pun dibuat takjub dengan semua kemewahan yang berada di kamar Viona, hatinya merasa senang dengan apa yang dimiliki oleh kekasihnya sekarang. Hingga ia pun mulai menindurkan gadis cantiknya itu, lalu menutupinya dengan selimut sampai ke dada setelah mengambil jas miliknya.
"Selamat tidur sayang." gumam Dion dalam hatinya sambil mengelus lembut rambut Viona
Sementara Marisa yang sejak tadi hanya berdiri tak jauh dari Dion, hanya tersenyum lalu mulai mendekat. "Kelihatannya kamu sayang banget sama ya sama Viona." sahutnya mencoba menggoda
"Ya begitulah tante." Dion tersenyum lembut
"Tante senang sekali Viona bisa memiliki kekasih seperti kamu." Marisa kembali mengembangkan senyuman di wajahnya
"Tante bisa aja." Dion nampak tersipu malu
"Tante serius loh, Viona beruntung sekali bisa memiliki lelaki baik dan tulus seperti kamu." puji Marisa
"Tante salah, justru Dion yang merasa sangat beruntung karena memiliki gadis cantik yang baik dan kuat seperti Viona." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Yaudah kalau gitu tante ralat, bukan Viona yang beruntung memiliki kamu. Tapi kalian berdua sama-sama beruntung karena memiliki satu sama lain." jelas Marisa. "Oh iya tadi kamu bilang kalau Viona itu kuat, kuat gimana maksud kamu?." tanyanya lurus
"Ya Viona gadis yang kuat, karena dia mampu melewati semua masalah yang menghampirinya. Dan dengan cepat dia pun bisa bangkit kembali setelah sempat hancur." Dion menatap dengan sangat tenang
"Pasti yang dimaksud Dion adalah masalah yang dibawa oleh Dimas ke dalam kehidupannya Viona." pikir Marisa dalam diamnya. "Eh tapi ngomong-ngomong soal Dimas, apa Dion udah tau ya kalau ternyata Dimas adalah kakak kandungnya Viona."
"Tante kenapa diem?." tanya Dion lurus
"Hah? Ngga koq gapapa." Marisa langsung mengerjapkan matanya. "Oh iya Dion, tante mau nanyain hal yang pernah kita bicarakan waktu itu. Kamu kan bilang pertama kali kamu ketemu sama Viona itu di tengah hujan deras malam-malam, nah koq bisa sih Viona sampai hujan-hujanan kaya gitu?."
"Karena saat itu Viona abis ketemuan sama mantannya, dia datang kesana dengan bahagia untuk memberikan kejutan ulang tahun. Tapi ternyata, saat disana dia malah diputusin. Dan dengan gampangnya mantannya itu bilang kalau dia mencintai orang lain, ya jelas saja Viona langsung hancur. " jelas Dion panjang lebar. "Bahkan dia sampai hujan-hujanan, padahal sebelumnya jangankan berdiam diri di tengah hujan deras, hanya di tengah gerimis pun dia ga pernah. Karena sejak kecil dia pasti langsung sakit setiap kali terkena air hujan meski hanya sedikit, dan sejak kejadian itu dia selalu menganggap bahwa hujan adalah penyebab dari semua masalahnya. Karena dia merasa hidupnya sebelum mengenal hujan selalu baik-baik aja dan ga ada masalah apapun yang menghampirinya."
"Kasian sekali ya Viona, andai aja dulu dia ga dibawa pergi jauh oleh Vina. Pasti dia ga akan mengalami masalah seperti itu." sahut Marisa. "Dimas emang bener-bener keterlaluan."
"Dimas? Tante kenal sama Dimas mantannya Viona?." Dion nampak tercengang
"Iya pasti tante kenal lah, karena Dimas itu kan..." Marisa langsung menghentikan apa yang ingin dikatakannya ketika menyadari sesuatu. "Eh tunggu, tunggu. Kalau Dion sampai terkejut gitu saat aku nyebutin nama Dimas, itu artinya Dion belum tau dong siapa Dimas sebenarnya. Dan itu artinya juga Viona memang belum memberitahu Dion soal ini." pikirnya yang langsung terdiam
"Dimas itu? Apa tante? Koq ga dilanjutin." Dion nampak begitu penasaran
"Maksudnya, karena Dimas itu kan memang mantannya Viona dan Viona pernah cerita soal ini ke tante." Marisa mencoba terlihat setenang mungkin
"Viona pernah cerita soal ini ke tante?." Dion nampak tak percaya
"I-iya. Emangnya kenapa? Kan Viona sudah mulai bisa menerima om dan tante, jadi ga salah kan kalau dia cerita tentang masalah pribadinya pada kami." jelas Marisa
"Ga salah sih tante, tapi setau Dion Viona itu benci banget sama Dimas. Jangankan untuk membahas lagi soal dia, hanya mendengar namanya saja udah membuat Viona ga nyaman." Dion nampak tak mengerti
"Aduh salah kasih alasan ini jadinya, gimana ya. Viona emang ga pernah cerita masalah ini, dan mungkin karena kebenciannya itu dia juga ga mau ngasih tau Dion tentang siapa Dimas sebenarnya." gumam Marisa dalam hatinya. "Viona juga emang ga mau ngebahas soal si Dimas Dimas itu, cuma tante yang minta jadi ya dengan terpaksa dia mau menceritakannya sedikit." sahutnya mencoba mencari alasan lain
"Oh gitu." Dion nampak mulai memahami. "Yaudah kalau gitu, Dion pamit pulang dulu ya tante. Udah malem juga ga enak terlalu lama disini." pamitnya dengan lembut
"Oh iya, hati-hati di jalan ya dan makasih udah nganterin Viona sampai ke kamar kaya gini." Marisa menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Iya tante sama-sama." Dion balas tersenyum, lalu langsung bersalaman dengan ibu dari kekasihnya itu sebelum akhirnya mulai beranjak pergi

[EXTRACT]
Part 39 udah ada ya, happy reading
[EXTRACT]
Smngat kak
Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait