Part 35 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 35 LOVE IN RAIN
Hari masih sangat pagi, namun Dion sudah siap untuk pergi ke kantor. Ya, karena sekarang lelaki itu sudah mulai sering berada di kantornya Reza. Agar ia bisa lebih mudah berkomunikasi dengan para karyawan untuk mempersiapkan diri dalam memenangkan tender yang diberikan oleh papanya itu beberapa waktu yang lalu. Sementara restorannya, kini diurus oleh chef Andi yang ia percayai sebagai pengganti Viona menjadi manager.
Dengan pakaian berjas serba hitam, Dion mengemudikan mobil Ferrari nya menelusuri jalanan ibu kota. Hingga ia pun menghentikan mobilnya di jalan dekat rumahnya Vina, karena memang ia berniat menemui Viona dulu sebelum pergi ke kantor. Sekaligus melepas rindu karena sudah dua hari ini ia tidak bertemu bahkan berkomunikasi dengan kekasihnya itu karena kesibukannya.
Keduanya terakhir kali bertemu saat perpisahan Viona di restoran, itupun hanya sebentar bahkan Dion tidak bisa mengantar Viona pulang karena ia harus segera pergi ke kantor untuk meeting bersama para staff nya Reza.
"Eh Dion." sahut Vina saat membuka pintu rumahnya setelah diketuk berulang kali oleh lelaki itu
"Selamat pagi tante." sapa Dion dengan sangat ramah
"Pagi." sapa balik Vina. "Ayo masuk." ajaknya sambil mulai berjalan menuju ruang tamu
"Viona nya mana ya tante?." tanya Dion sambil memperhatikan seluruh sudut rumah yang nampak sepi itu
"Silahkan duduk dulu, tante ambilkan minuman." suruh Vina yang kemudian langsung meninggalkan Dion yang mulai terduduk
Hingga tak terlalu lama, Vina pun kembali membawakan segelas kopi untuk Dion lalu ikut terduduk bersama lelaki itu.
"Makasih tante." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Oh iya tadi tante belum jawab pertanyaan Dion, Viona dimana ya tante?." tanyanya lurus
"Viona udah ga tinggal disini lagi." jelas Vina dengan wajah murung
"Maksud tante?." Dion mengerutkan kening heran
"Viona udah kembali kepada orang tua kandungnya, jadi sekarang dia tinggal bersama mereka." jelas Vina lagi
"Koq bisa tante? Bukannya Viona ga mau tinggal sama mereka?." Dion merasa tak mengerti
"Memang benar, tapi tante yang minta Viona agar mau tinggal bersama mereka. Karena memang sudah seharusnya juga kan Viona kembali kepada orang tua kandungnya setelah 20 tahun lamanya dipisahkan oleh tante."
Seketika Dion terdiam, ia tak menyangka jika Viona dan Vina akan berpisah seperti ini. Ia memahami betul bagaimana keduanya hancur dan sedih saat ini. Bahkan wajah Vina pun menyiratkan semua itu.
"Oh iya kamu tunggu dulu sebentar ya, tante mau ambil sesuatu." sahut Vina yang tiba-tiba pergi menuju kamarnya, lalu kembali lagi dan langsung memberikan sebuah kartu nama kepada Dion
"Ini kartu nama siapa tante?." tanya Dion lurus
"Itu kartu namanya Anggara, papa kandungnya Viona. Kalau kamu ingin menemui Viona, alamatnya ada disitu " jelas Vina setelah kembali duduk
"Yaudah kalau gitu kita pergi sekarang yukk tante, kita temui Viona." ajak Dion dengan semangat
"Kamu aja yang pergi, tante ga mau ketemu sama Viona." tolak Vina
"Loh kenapa tante?." Dion mengerutkan kening heran
"Karena kalau sampai tante bertemu dengan Viona, tante akan semakin merasa berat berpisah dengan dia." Vina tersenyum penuh kepahitan
Berpisah dengan seseorang yang sangat disayangi memang begitu berat, bahkan mungkin serasa separuh jiwa kita pergi. Apalagi harus berpisah dengan seorang anak yang telah dirawat dan dijaga selama belasan tahun lamanya.
"Kalau saja ada hal yang bisa aku lakukan untuk membuat Viona kembali lagi kepada tante Vina, pasti akan aku lakukan. Tapi rasanya itu ga mungkin terjadi, karena bagaimanapun juga Viona memang harus tinggal bersama orang tua kandungnya." gumam Dion sambil tetap fokus menyetir, setelah meninggalkan rumah Vina beberapa saat yang lalu
Melakukan perjalanan yang cukup jauh, hingga ia pun tiba di depan sebuah gerbang besar dengan pagar hitam menjulang tinggi. Dengan cepat ia pun langsung keluar dari mobil, lalu berjalan menuju pos satpam yang berada di samping gerbang itu.
"Selamat pagi Pak." sapa Dion sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya kepada seorang satpam yang berdiri di depan pos
"Selamat pagi." sapa balik satpam itu. "Anda siapa ya? Dan ada keperluan apa datang kesini?." tanyanya lurus
"Saya Dion, dan saya kesini mau bertemu dengan Viona anak dari pemilik rumah ini." jelas Dion
"Maksudnya anak Tuan Anggara yang baru ditemukan setelah 20 tahun menghilang itu?." tanya satpam itu lagi
"Iya benar Pak." Dion menganggukkan kepalanya
"Boleh saya lihat tanda pengenal Anda? Karena siapa tau Anda hanya mengaku-ngaku kenal dengan Non Viona." Satpam itu menatap tak percaya
"Oh baik Pak, ini kartu nama saya." Dion langsung memberikan kartu namanya yang ia keluarkan dari dalam dompet
"Jadi benar Anda adalah Dion? Pacarnya Non Viona?." tanya satpam itu lurus
"Iya, koq Bapak bisa tau?." Dion mengerutkan kening heran
"Karena sebenarnya Tuan Anggara sudah memberitahu saya beberapa nama yang sewaktu-waktu mungkin akan datang kesini untuk menemui anaknya, dan salah satunya nama Anda. Hanya saja saya ingin memastikan terlebih dahulu, takutnya Anda hanya mengaku-ngaku." jelas satpam itu sambil mengembalikan kartu nama Dion
"Oh iya saya paham Pak." Dion tersenyum santai. "Kalau begitu, berarti saya boleh masuk ke dalam kan untuk menemui Viona?."
"Tentu saja boleh." Satpam itu balas tersenyum. "Sebentar ya Den, saya bukakan dulu gerbangnya."
Dion pun langsung kembali ke dalam mobilnya, lalu mulai memasuki pekarangan rumah Anggara setelah mengucapkan terimakasih kepada satpam itu. Hingga setelah cukup jauh mengemudikan mobilnya, ia pun sampai tepat di depan rumah Anggara.
"Rumahnya besar sekali." pikir Dion setelah turun dari mobil sambil memperhatikan seluruh sudut luar rumah itu
Lalu ia mulai berjalan menaiki teras, dan tiba-tiba saja dua penjaga yang berada disana langsung membukakan pintu untuknya.
"Silahkan masuk." sahut salah seorang dari penjaga itu
"Oh iya terimakasih." balas Dion yang merasa heran karena dua penjaga itu tidak mengintograsinya dulu seperti satpam tadi
"Ayo silahkan masuk, Non Viona nya sedang dipanggilkan dulu." sahut seorang pelayan yang tiba-tiba menghampiri ketika Dion baru saja memasuki sebuah ruangan kosong di rumah itu
Lalu Dion dipersilahkan memasuki ruang tamu dan duduk di sofa yang ada di dalamnya. Langsung diberi jamuan oleh pelayan yang lainnya, kemudian ditinggalkan sendiri.
"Dion."
Dion langsung menoleh ke arah suara itu setelah cukup lama menunggu. Itu Viona, iya Viona yang memanggil namanya.
Dengan cepat ia pun langsung berdiri dan dibuat takjub dengan penampilan kekasihnya itu sekarang. Viona sudah tidak lagi tampil sederhana, melainkan menjadi sangat fashionable. Bahkan pakaian yang digunakannya saat ini, berpadu dengan ulasan make up dan high heels di kakinya, serta rambut yang tergerai dengan indah, membuat penampilannya semakin terlihat cantik.
"Kamu koq bisa kesini?." tanya Viona saat sudah berada dihadapan Dion dengan wajah bahagia namun merasa tak percaya
Tapi Dion hanya terdiam dan terus memperhatikan tampilannya, rupanya lelaki itu memang sangat terpesona.
"Dion." Viona mencoba mengembalikan kesadaran Dion. "Sayang." panggilnya lagi sambil mencubit gemas pinggang kekasihnya itu
"Aww." Dion langsung terperanjat. "Koq dicubit sih?." tanyanya sebal
"Ya abisan ditanya malah diem aja." jawab Viona sedikit kesal
"Ya maaf, abisan kamu makin cantik sih. Aku kan jadi gagal fokus." Dion tersenyum menggoda
"Gombal." ledek Viona
"Loh koq gombal sih? Serius tau." Dion langsung mencubit gemas hidung kekasihnya itu
"Ih Dion." Viona nampak gemas
"Kangen ga sama aku?." tanya Dion lurus
"Ya kangen lah, kamu kemana aja sih dua hari ini ga ngasih kabar mulu." sebal Viona
"Maaf ya sayang." Dion langsung memeluk gadis cantiknya itu yang langsung dipeluk balik. "Kemarin-kemarin aku banyak meeting penting di kantor, jadi aku harus mempersiapkan itu semua." jelasnya lembut
"Terus kenapa sekarang kamu bisa kesini? Kamu tau dari mana alamat rumah ini?." Viona mengangkat kepalanya dan menatap lurus kekasihnya itu, masih berpelukan
"Dari mama kamu." jawab Dion singkat
"Oh iya mama kan sempet dikasih kartu nama." gumam Viona. "Terus sekarang mama nya mana? Dia ikut kesini sama kamu kan?." tanyanya yang langsung melepas pelukan
"Ngga." Dion menggeleng lesu. "Dia ga mau dulu ketemu sama kamu." jelasnya dengan hati-hati
"Kenapa?." Viona nampak murung
"Dia masih merasa sangat berat karena harus berpisah sama kamu, dan kalau sekarang bertemu sama kamu pun nantinya akan berpisah lagi." jelas Dion
Seketika Viona menjadi terdiam, lalu ia mengingat kejadian dua hari yang lalu. Saat ia harus pergi meninggalkan mamanya itu, dan akhirnya air mata pun kembali menetes di wajahnya.
"Eh koq jadi nangis sih? Nanti make up nya luntur loh." Dion langsung mengusap air mata kekasihnya itu. "Udah jangan sedih, nanti juga kalian bisa bertemu lagi koq." sahutnya menenangkan
"Iya." Viona mengangguk lembut. "Yaudah kita duduk yukk." ajaknya yang langsung disetujui oleh Dion
Hingga saat mereka tengah asyik mengobrol sambil terduduk, tiba-tiba Marisa yang memang tengah berada di rumah datang menghampiri.
"Eh ada Dion." sahut Marisa yang membuat lelaki itu langsung berdiri
"Iya tante." Dion langsung menyalami Marisa
"Kirain tante tamunya siapa, ternyata calon mantu." Marisa tersenyum ceria
"Tante bisa aja." Dion menanggapi dengan santai
"Oh iya, ayo duduk lagi." ajak Marisa. "Silahkan dinikmati juga jamuannya." sahutnya setelah ia dan Dion kembali duduk
"Iya tante makasih." Dion langsung meminum minuman yang disajikan untuknya. "Om kemana ya tante?." tanyanya lurus setelah selesai minum
"Om udah berangkat ke kantor." jawab Marisa. "Oh iya Dion, kalau boleh tante tau Dion dan Viona ini sudah pacaran berapa lama? Dan kalian kenal dimana?." tanyanya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya
"Kami pacaran baru setahunan ini tante, anniv nya pas Viona wisuda kemarin. Dan kenalnya di rumah sakit, saat Dion mencoba bertanggung jawab karena tak sengaja hampir menabrak Viona yang saat itu tiba-tiba menyebrang melewati mobil Dion malam-malam di tengah hujan yang sangat deras." jelas Dion panjang lebar
"Hampir ditabrak, tapi koq bisa sampai masuk ke rumah sakit?." Marisa nampak tak mengerti
"Sebenarnya masuk ke rumah sakitnya sih bukan karena Dion tante, tapi karena saat itu Viona pingsan di hadapan Dion jadi Dion merasa itu tanggung jawabnya Dion." jelas Dion lagi
"Oh gitu." Marisa mulai memahami. "Tapi koq Viona bisa sampai pingsan?." tanyanya lurus kepada putrinya
"Viona memang suka sakit kalau terkena air hujan tante, jadi saat itu dia langsung pingsan karena memang sudah terlalu lama juga kehujanan." Dion mengambil alih tugas Viona untuk menjawab, karena kekasihnya itu hanya terdiam
"Koq bisa sih Viona sampai hujan-hujanan gitu? Malam-malam lagi. Memangnya saat itu Viona abis dari mana?." tanya Marisa lagi yang memang merasa sangat penasaran
"Abis ketemu sama..."
"Dion mendingan kamu pergi ke kantor sekarang aja deh, udah siang juga kan. Nanti telat lagi." sela Viona yang seperti tidak ingin jika kekasihnya itu menjelaskan lebih dalam tentang mereka kepada Marisa
"Oh iya udah jam 7." Dion terkejut saat menatap ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, jam tangan yang merupakan kado ulang tahunnya dari Viona yang memang selalu ia pakai
"Tuh kan jadi kesiangan." sahut Viona
"Iya, dan aku juga jadi lupa sama tujuan utama aku menemui kamu kesini." balas Dion
"Emangnya tujuan kamu kesini selain untuk melepas kangen sama aku, untuk apa?." tanya Viona lurus
"Untuk ngasih tau kamu tentang hasil lamaran yang kamu ajukan ke perusahaan papa aku." jelas Dion sambil tersenyum lembut
"Emang hasilnya udah keluar?." Viona nampak antusias
"Iya." Dion mengangguk singkat
"Maaf Dion, tunggu dulu. Ini membahas lamaran apa ya? Maksudnya Viona melamar pekerjaan di perusahaan papa kamu gitu?." Marisa mulai bersuara kembali
"Iya tante. Jadi sebelum wisuda kemarin, Viona itu melamar di perusahaannya papa. Dan sekarang Dion kesini untuk memberitahu Viona bahwa lamarannya diterima." jelas Dion
"Apa? Jadi aku diterima sebagai manager di perusahaan papa kamu?." Viona nampak sangat bahagia
"Iya sayang, makanya sekarang aku kesini untuk jemput kamu. Karena hari ini kamu udah mulai bisa bekerja." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Yaudah kalau gitu, kamu tunggu disini ya. Aku ambil tas dulu bentar." Viona langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu beranjak pergi meninggalkan Dion dan juga Marisa
"Apa? Viona melamar kerja di perusahaan orang tuanya Dion? Dan sekarang dia akan mulai bekerja disana?." gumam Marisa dalam hatinya
"Ayo Dion kita pergi, aku udah siap." ajak Viona yang baru kembali dari kamarnya
"Ayo." Dion langsung menyetujui. "Tapi kamu izin dulu dong sama mama kamu." suruhnya lembut
"Bagaimana ini, kalau aku tidak mengizinkan nanti Dion bisa berpikir yang aneh-aneh. Tapi kalau aku mengizinkan..."
"Pasti diizinin koq, udah ayo kita pergi." sela Viona menghentikan pikiran Marisa dalam diamnya
"Iya tante izinin koq, kalian hati-hati di jalan ya." sahut Marisa sambil memaksakan seulas senyum di bibirnya
"Kalau begitu, Dion pamit dulu ya tante." Dion langsung menyalami Marisa dengan senyum penuh kelembutan
"Saya juga pamit." Viona ikut menyalami namun dengan wajah datar
"Dion jagain Viona ya." sahut Marisa
"Pasti tante." Dion mengangguk mantap
***
"Kamu kenapa sih koq kayanya hubungan kamu sama mama kandung kamu kaya renggang gitu?." tanya Dion saat ia tengah duduk saling berhadapan di ruang kerjanya Viona, setelah tadi ia memperkenalkan kekasihnya itu kepada semua staff dan pimpinan di perusahaan papanya
Karena memang di hari pertama kerja ini, Viona langsung mendapatkam ruang khusus. Ruangan yang digunakan oleh manager sebelumnya yang lebih memilih menerima tawaran kerja di luar negeri dan meninggalkan posisinya di perusahaan Reza. Oleh karena itulah, Viona langsung diterima menggantikan posisi tersebut karena dianggap berkompeten dan layak.
"Entahlah, aku masih merasa sulit untuk menerima kenyataan ini. Jangankan untuk bersikap selayaknya anak kepada orang tua, hanya untuk memanggil mereka dengan sebutan mama dan papa pun masih sulit untuk aku ucapkan." jelas Viona sambil menunduk murung
"Aku tau ini sulit, bahkan sangat sulit. Tapi kamu harus tetap mencobanya." Dion langsung menggenggam erat kedua tangan kekasihnya itu
"Aku tau, tapi aku merasa ga nyaman dengan perlakuan mereka." Viona menatap lurus Dion
"Maksud kamu?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya aku ga nyaman dengan aturan-aturan yang mereka buat. Aku ga boleh menggunakan pakaian aku yang dulu lagi karena menurut mereka itu ga layak aku pakai, aku harus selalu berpenampilan fashionable dan pake make up, dan aturan lainnya yang membuat hidup aku jauh berbeda dari sebelum aku bertemu dengan mereka." jelas Viona dengan wajah kesal
Sejenak Dion tersenyum, lalu mempererat genggamannya. "Sayang, seharusnya kamu senang diperlakukan seperti itu. Karena itu menunjukkan bahwa mereka sangat menyayangi kamu, mereka ingin kamu mendapatkan semua hal yang terbaik." sahutnya lembut
"Bukankah kamu pernah mengatakan, kalau kamu ingin mempunyai kehidupan yang mewah seperti aku. Kamu masih ingat?."
"Dan sekarang kamu sudah mendapatkannya, rumah mewah, kehidupan mewah, dan bahkan mungkin sebentar lagi kamu bisa mendapatkan semua hal yang kamu inginkan tanpa harus bersusah payah lagi seperti dulu."
Seketika Viona terdiam, ia mengakui bahwa apa yang dikatakan oleh Dion memang benar adanya. Memang kehidupannya yang seperti sekaranglah yang diinginkannya, bisa selalu mendapatkan apapun tanpa harus bersusah payah dahulu. Bahkan ia lebih beruntung. Karena tanpa harus membalikkan telapak tangan, orang tua kandungnya selalu memberikan semua hal yang terbaik untuknya.
"Jadi aku minta, kamu belajar untuk menerima mereka sepenuhnya ya? Tunjukkan sama aku bahwa sosok Viona yang selalu bisa membuat orang-orang disekitarnya bahagia itu tetap ada, meskipun kehidupannya sudah berubah. Bahagiakanlah orang tua kandungnya kamu, sama seperti yang selalu kamu lakukan kepada orang tua yang telah membesarkan kamu selama 20 tahun lamanya." Dion menatap dengan sangat dalam
"Lelaki ini memang tak ada duanya." gumam Viona dalam hatinya. "Aku janji, aku akan melakukan semua itu." sahutnya yang langsung mengangguk mantap
"Nah gitu dong." Dion tersenyum lega. "Oh iya aku lupa, tadi papa nyuruh aku ke ruangannya buat ngebahas masalah tender itu. Aku pergi dulu ya." sahutnya sambil menatap lurus kekasihnya itu
"Yaudah, kamu terus semangat ya. Kamu pasti bisa mendapatkan tender itu." Viona memberikan senyuman termanisnya
"Kamu juga yang semangat kerjanya." Dion balik tersenyum tak kalah manis sambil mengelus lembut rambut Viona. "Aku pergi sekarang ya, nanti kita makan siang bareng." pamitnya yang mulai beranjak pergi
Menerima kenyataan yang tidak pernah kita inginkan memang sangat sangat sulit. Tapi kita tidak bisa lari dari suatu kenyataan, karena yang harus kita lakukan adalah menerimanya. Terlebih kenyataan yang harus diterima itu adalah orang tua kandung sendiri, sosok yang membuat kita bisa berada di dunia ini. Sosok terpenting dalam hidup.
"Bisa Viona, kamu harus bisa menerima dan menyayangi mereka." gumam Viona sambil meyakinkan dirinya sendiri
Hingga tiba-tiba teleponnya berdering, dengan cepat Viona pun langsung merogoh tasnya dan menjadi terdiam kaku ketika mengetahui siapa yang kini meneloponnya. "Mama?." lirihnya yang langsung meneteskan air matanya
Viona benar-benar tak menyangka jika saat ini Vina meneleponnya, karena semenjak ia pindah ke rumah orang tua kandungnya. Ia tak pernah berkomunikasi lagi dengan mamanya itu.
Bahkan saat ia mencoba menelepon pun tak pernah ada jawaban. Hanya pernah ia mencoba menghubungi Feby, dan Feby mengatakan bahwa memang Vina belum mau berkomunikasi dulu dengannya. Perempuan itu masih merasa sangat berat karena harus kehilangannya.
"Ma-ma." panggil Viona saat sudah mulai mengangkat telepon itu
"Hallo sayang, kamu apa kabar?." tanya Vina di ujung sana dengan suara yang sangat serak, terdengar jelas suara isakan tangisnya
"Viona baik Ma, mama apa kabar? Feby juga apa kabar?." lirih Viona yang juga semakin terisak dalam tangisnya
"Mama dan Feby juga baik. Gimana orang tua kamu, mereka menjaga kamu dengan baik kan?."
"Iya Ma, mereka menjaga Viona dengan sangat baik koq." Viona mencoba menahan tangis yang semakin menjadi
"Syukurlah, mama bahagia mendengarnya. Kamu baik-baik ya disana, selalu hormati dan sayangi kedua orang tua kamu. Jangan pernah kamu menyakiti hati mereka."
"Iya Ma, Viona janji." lirih Viona dengan suara yang mulai serak. "Mama juga baik-baik disana, selalu jaga kesehatan dan jangan sampai kecapean."
"Iya sayang pasti, kamu juga harus selalu jaga kesehatan ya. Kalau misalkan kamu lagi di rumah, terus hujan besar dan ada petir. Kamu minta perlindungan sama orang tua kamu, jangan pernah sungkan. Kamu harus menganggap mereka sama seperti mama dan papa, bahkan lebih."
"Iya Ma, Viona tidak akan pernah sungkan untuk meminta perlindungan kepada mereka. Sama seperti yang biasa Viona lakukan ke mama dan papa dulu." Viona semakin berurai air mata
"Yaudah kalau gitu mama tutup dulu ya teleponnya, mama mau nganterin orderan kue."
"Hati-hati ya Ma. Viona sayang sekali sama mama, dan Viona kangen sama mama." lirih Viona kembali
"Mama juga sayang sekali sama Viona, dan mama juga kangen sama Viona."
Tangis Viona semakin menjadi ketika Vina sudah menutup teleponnya. Ia tak bisa mengendalikan dirinya. Rasanya begitu sakit karena ia dan Vina tidak lagi bisa sedekat dulu, karena sekarang ada jarak yang memisahkannya dengan perempuan berhati malaikat itu.
"Permisi." tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya
"Iya, masuk." Viona langsung mengusap air mata di wajahnya
Lalu pintu pun terbuka, dan seorang lelaki berkemeja masuk sambil membawa beberapa berkas.
"Maaf Bu, saya disuruh oleh Pak Reza untuk memberikan beberapa berkas yang harus ibu pelajari." sahut lelaki itu sambil memberikan berkas-berkasnya
"Oh iya, makasih ya." Viona langsung berdiri dan mengambil semua berkas itu
"Ibu manager baru ya disini?." tanya lurus lelaki itu
"Iya, saya baru masuk hari ini untuk menggantikan manager yang sebelumnya." jelas Viona. "Bukankah kita sudah bertemu saat perkenalan tadi?."
"Kebetulan saya terlambat datang hari ini Bu. Jadi saya baru tau sekarang, kalau sudah ada manager baru yang menggantikan Pak Wibowo." Lelaki itu menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oh gitu." Viona menanggapi dengan santai
"Oh iya Bu kenalkan saya Vano, kepala marketing di perusahaan ini." Lelaki itu langsung mengulurkan tangannya
"Saya Viona." Viona balik mengulurkan tangan hingga keduanya berjabatan tangan
"Cewe ini cantik banget, masih sangat muda tapi udah jadi manager. Bener-bener perfect." gumam Vano dalam hatinya sambil terus menatap Viona
"Bisa tolong lepaskan tangan saya?." sahut Viona setelah tangannya dipegang dengan cukup lama oleh lelaki itu
"Eh iya maaf Bu." Vano pun langsung melepaskan tangan Viona. "Kalau begitu, saya permisi dulu Bu." pamitnya sambil tersenyum lembut sebelum akhirnya pergi