HPK

mesothelioma survival rates,structured settlement annuity companies,mesothelioma attorneys california,structured settlements annuities,structured settlement buyer,mesothelioma suit,mesothelioma claim,small business administration sba,structured settlement purchasers,wisconsin mesothelioma attorney,houston tx auto insurance,mesotheliama,mesothelioma lawyer virginia,seattle mesothelioma lawyer,selling my structured settlement,mesothelioma attorney illinois,selling annuity,mesothelioma trial attorney,injury lawyer houston tx,baltimore mesothelioma attorneys,mesothelioma care,mesothelioma lawyer texas,structered settlement,houston motorcycle accident lawyer,p0135 honda civic 2004,structured settlement investments,mesothelioma lawyer dallas,caraccidentlawyer,structured settlemen,houston mesothelioma attorney,structured settlement sell,new york mesothelioma law firm,cash out structured settlement,mesothelioma lawyer chicago,lawsuit mesothelioma,truck accident attorney los angeles,asbestos exposure lawyers,mesothelioma cases,emergency response plan ppt,support.peachtree.com,structured settlement quote,semi truck accident lawyers,auto accident attorney Torrance,mesothelioma lawyer asbestos cancer lawsuit,mesothelioma lawyers san diego,asbestos mesothelioma lawsuit,buying structured settlements,mesothelioma attorney assistance,tennessee mesothelioma lawyer,earthlink business internet,meso lawyer,tucson car accident attorney,accident attorney orange county,mesothelioma litigation,mesothelioma settlements amounts,mesothelioma law firms,new mexico mesothelioma lawyer,accident attorneys orange county,mesothelioma lawsuit,personal injury accident lawyer,purchase structured settlements,firm law mesothelioma,car accident lawyers los angeles,mesothelioma attorneys,structured settlement company,auto accident lawyer san francisco,mesotheolima,los angeles motorcycle accident lawyer,mesothelioma attorney florida,broward county dui lawyer,state of california car insurance,selling a structured settlement,best accident attorneys,accident attorney san bernardino,mesothelioma ct,hughes net business,california motorcycle accident lawyer,mesothelioma help,washington mesothelioma attorney,best mesothelioma lawyers,diagnosed with mesothelioma,motorcycle accident attorney chicago,structured settlement need cash now,mesothelioma settlement amounts,motorcycle accident attorney sacramento,alcohol rehab center in florida,fast cash for house,car accident lawyer michigan,maritime lawyer houston,mesothelioma personal injury lawyers,personal injury attorney ocala fl,business voice mail service,california mesothelioma attorney,offshore accident lawyer,buy structured settlements,philadelphia mesothelioma lawyer,selling structured settlement,workplace accident attorney,illinois mesothelioma lawyer

Menu Navigasi

Part 32 LOVE IN RAIN

novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 32 LOVE IN RAIN

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kini Viona sudah resmi diwisuda, dan gelar S1 jurusan Bisnis Management pun sudah didapatkannya. Bahkan ia dinyatakan sebagai lulusan terbaik.
Tangis penuh kebahagiaan pun terus saja menghiasi wajahnya yang sudah di make over oleh Vina dan Feby tadi pagi dengan begitu cantik. Bahkan untuk meluapkan perasaannya, ia terus saja memeluk erat Vina. Dan tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih karena tanpa bidadarinya itu ia tidak akan bisa menjadi seperti ini.
"Mama bangga sekali sama kamu sayang. Dan jika masih ada, papa juga akan sangat bangga sama kamu." Vina  balik memeluk dengan lebih erat, sambil terus meneteskan air matanya
"Ini semua Viona persembahkan untuk mama dan papa. Hanya untuk kalian." sahut Viona semakin mempererat pelukannya
Lalu keduanya mulai saling melepas pelukan, dan berjalan meninggalkan gedung yang menjadi saksi bersejarah dimulainya kehidupan Viona menuju tangga kesuksesan.
"Kak Viona." Feby yang sejak tadi sudah menunggu bersama dengan yang lain langsung memeluk erat kakaknya itu. "Selamat ya, tadi aku denger nama kakak disebut sebagai lulusan terbaik. Aku bangga banget sama kakak."
"Makasih sayang." Viona tak mampu berkata-kata lagi, dan hanya bisa memeluk balik tak kalah erat
"Selamat ya Viona, tante bangga sekali sama kamu. Selain cantik, kamu juga memang gadis yang sangat hebat." Sarah langsung memeluk Viona setelah kekasih dari anaknya itu selesai berpelukan dengan adiknya
"Makasih tante." Viona kembali hanya bisa balik memeluk tanpa mengeluarkan banyak kata
"Selamat ya Viona. Om juga bangga sekali sama kamu." Reza pun langsung memeluk setelah Viona selesai berpelukan dengan istrinya
Karena memang semakin kesini, Viona dan Reza semakin dekat. Layaknya hubungan anak dan ayahnya. Dan tentu saja itu membuat Viona sangat bahagia, karena ia mendapatkan sosok ayah kembali yang selama ini ia rindukan.
"Makasih om." Viona menatap lembut Reza seusai berpelukan
Lalu ia mulai menoleh ke arah Dion, yang sejak tadi hanya terdiam melihat satu persatu orang disana dipeluk olehnya sambil memegang dua buah buket. Satu buket bunga, dan satu buket coklat.
Dengan tangis kebahagiaan yang masih menghiasi wajahnya, Viona melangkahkan kakinya untuk menghampiri Dion. Namun belum juga ia mengeluarkan sepatah katapun, kekasihnya itu langsung memberikan dua buket tadi kepadanya.
"Selamat ya sayang. Aku sangat sangat sangat bangga sama kamu. Kamu memang gadis cantiknya aku yang paling hebat." puji Dion dengan sangat lembut
"Makasih sayang." Viona langsung memeluk erat kekasihnya itu. "Ini semua juga karena kamu, karena kamu yang selalu mendukung aku bahkan sampai membantu aku menyusun skripsi." sahutnya lembut sambil meneteskan air mata
"Sebagai kekasih yang baik, mendukung kamu adalah keharusan bagi aku." Dion menatap dengan sangat dalam sambil mengurai pelukannya. "Udah jangan nangis lagi ya, ini kan hari istimewa. Nanti make up nya luntur lagi." sahutnya sambil mengusap air mata di wajah kekasihnya itu
"Iya udah di make over cantik-cantik juga, malah nangis." ledek Feby jail
"Kaya kamunya ga nangis aja." ledek Viona balik
"Ngga koq aku ga nangis, aku cuma terharu aja." elak Feby
"Sama aja kali." ledek Viona lagi yang membuat suasana penuh tawa sempat tercipta sejenak
"Oh iya Viona, om minta maaf banget nih. Kayanya om harus segera pergi, karena ada meeting penting dengan klien." sahut Reza tiba-tiba
"Yaudah gapapa om, malah Viona berterimakasih banget karena om udah nyempetin datang kesini padahal mau ada meeting penting." balas Viona yang merasa tak enak hati
"Ya pasti disempetin lah sesibuk apapun juga, masa calon mantu diwisuda om ga datang." Reza tersenyum santai
"Hah?." Viona mendadak salah tingkah di tengah senyuman yang mengembang di wajah yang lain
Hingga akhirnya Reza pun mulai pergi meninggalkan mereka semua yang masih asyik mengobrol.
"Udah siang nih, mendingan kita berangkat sekarang aja yukk." ajak Sarah setelah melirik jam tangannya sekilas
"Ayo, Dion juga udah mulai lapar lagi." Dion langsung menyetujui
"Lapar lagi, segitu tadi pagi sarapan banyak juga." ledek Sarah jail
"Ya itu kan tadi pagi Ma, sekarang udah siang. Udah lewat beberapa jam kali." balas Dion dengan santai
"Yaudah ayo kita berangkat, biar anak mama yang paling ganteng ini ga kelaparan." sahut Sarah dengan gemas lalu mulai melangkahkan kakinya diikuti oleh yang lain
"Yeyyy akhirnya makan-makan juga." teriak Feby dengan begitu gembira
Dengan menggunakan baju wisuda, medali serta topi toga yang menghiasi kepalanya. Viona menggandeng mesra Dion, sambil terus memegang dua buket yang tadi diberikan oleh kekasihnya itu.
Sementara Vina berjalan di belakang mereka sambil memegang ijazah Viona bersama dengan Sarah. Sedangkan Feby berjalan paling depan sambil membawa banyak buket bunga yang didapatkan Viona dari teman-temannya.
Namun tiba-tiba saja Vina menghentikan langkahnya sebelum mereka sampai ke mobil yang berada di parkiran.
"Vin, koq berhenti? Kita kan belum sampai." Sarah mengerutkan kening heran
Seketika Viona, Dion dan Feby pun langsung ikut menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan.
"Mama kenapa?." tanya Viona lurus
"Sayang, mendingan kita langsung pulang ke rumah aja." Vina langsung menghampiri Viona lalu menarik anak pertamanya itu untuk pergi dari sana
"Loh Vin, ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu mengajak Viona pulang?." Sarah mencoba menahan perempuan itu
"Iya Ma, kita kan mau ngerayain dulu wisudanya kak Viona." Feby juga ikut menahan
"Ngga, kakak kamu harus pulang sekarang juga." tegas Vina yang kemudian langsung menarik Viona kembali
"Tapi kenapa Ma?." Viona mengerutkan kening heran
"Sekali mama bilang pulang, pulang Viona." Vina sedikit menyentak anak pertamanya itu
"Ma." Viona nampak tak percaya dengan sikap Vina yang sebelumnya tak pernah seperti itu
"Tidak bisa Vina."
Tiba-tiba saja seorang laki-laki berjas dan seorang perempuan yang menggunakan pakaian kantoran  berjalan menghampiri mereka.
"Kamu tidak bisa lagi membawa kabur Silvia dari kami." tegas laki-laki  itu saat sudah berada di hadapan Viona dan juga Vina
"Silvia." Viona kembali mengerutkan kening heran
"Silvia? Silvia siapa?." Feby pun ikut mengerutkan kening heran
"Silvia, anak mama." Perempuan yang menggunakan pakaian kantoran tadi tiba-tiba saja langsung memeluk Viona dengan sangat erat, yang membuat pegangan Vina terlepas seketika
"Maaf, tapi saya bukan Silvia." Viona langsung melepaskan pelukan itu
"Ngga, kamu Silvia. Silvia anak mama dan papa." Perempuan itu menangkup kedua sisi wajah Viona sambil meneteskan air mata. "Silvia yang namanya telah diubah menjadi Viona oleh orang yang selama ini kamu panggil dengan sebutan mama." jelasnya sambil melirik sekilas Vina dengan tatapan kebencian
"Padahal dia bukanlah mama kamu."
"Jaga bicara kamu Marisa, Viona ini memang anak saya." sahut Vina dengan nada bicara yang mengejutkan semua orang yang berada disana
"Kamu yang seharusnya menjaga bicara kamu, karena Viona itu adalah anak kami. Anak Anggara dan Marisa yang telah kamu bawa kabur selama 20 tahun lamanya." Laki-laki tadi yang ternyata bernama Anggara itu menunjuk Vina dengan penuh penegasan
"Apa?." Viona mendadak terdiam kaku
"Ngga sayang, jangan didengarkan. Mereka itu bohong." Vina langsung mendekati Viona
"Kamu yang bohong Vina." sahut Marisa yang merupakan istri dari Anggara dengan nada tinggi
"Tunggu dulu sebentar, sebenarnya kalian berdua ini siapa? Dan apa maksud pembicaraan kalian ini?." Dion mencoba menjadi penengah
"Kami adalah orang tua kandungnya Viona." jelas Anggara
"Orang tua kandung kak Viona?." Feby mengerutkan kening heran. "Ngga mungkin, kalian ga usah ngaku-ngaku. Karena kak Viona ini adalah kakak kandung saya." sahutnya yang langsung menghampiri sepasang suami istri itu
"Kami ga ngaku-ngaku, Viona memang anak kandung kami. Kalau kalian ga percaya, kami punya buktinya." tegas Marisa, lalu langsung merogoh tasnya
Hingga perempuan itu mengeluarkan sebuah dompet dan mulai membukanya, nampak seperti mencari sesuatu. Lalu ia mengeluarkan selembar foto dari dalam dompetnya. "Ini. Ini buktinya. Ini adalah foto Viona saat baru saja dilahirkan." sahutnya sambil menunjukkan foto itu
"Itu bukan foto saya, bahkan saya pun tidak pernah mempunyai foto itu." Viona mulai berbicara kembali
"Oke, Viona mungkin memang tidak pernah mempunyai foto ini." Marisa kembali mencari sesuatu dari dalam dompetnya. "Tapi bagaimana dengan foto ini? Foto saat Viona mulai bisa tengkurap." tanyanya sambil menunjukkan foto kedua
Seketika kedua buket yang sejak tadi dipegang oleh Viona terjatuh begitu saja. Karena Viona memang mengenali foto itu, wajah yang ada di dalam foto itu memang wajahnya saat bayi. Bahkan foto itu mirip persis dengan foto yang dimilikinya di rumah.
"I-itu kan foto masa kecilnya kak Viona yang ada di rumah." sahut Feby yang memang mengenal betul foto itu, karena foto itu berada dalam satu figura dengan foto masa kecilnya dan tertempel di dinding ruang tamu
Tak hanya Feby, Dion yang sempat melihat foto itu ketika sedang di rumah Viona pun merasa terkejut dan tak percaya.
"Kenapa Anda memiliki foto itu?." tanya Viona yang berusaha menenangkan dirinya yang mulai tak karuan
"Karena mama ini memang mama kamu, mama kandung kamu." jelas Marisa. "Dan kalau Viona masih ga percaya, mama bisa kasih bukti lagi. Viona itu mempunyai tanda lahir kan di punggung bagian kanan atas."
Viona semakin merasa tak karuan, tubuhnya pun mendadak lemas tak berdaya. Karena hal itu benar adanya.
"Sayang." Dion yang menyadari kondisi Viona pun langsung mendekat dan memegang kuat kedua lengan kekasihnya itu dari samping
"Dan Viona lahir tanggal 14 Desember, 20 tahun yang lalu." Marisa melanjutkan penjelasannya
"Ngga." Viona langsung menggelengkan kepalanya dan kembali berdiri dengan kuat. "Semua ini ga bisa membuktikan apa-apa, saya tetap ga percaya kalau kalian adalah orang tua kandung saya."
"Kenapa tidak?." Marisa mengerutkan kening heran
"Karena semua ini ga mungkin, jelas-jelas orang tua kandung saya itu ya mereka yang selama ini menjaga dan menyayangi saya. Lagipula mama saya ga akan mungkin menyembunyikan hal sebesar ini dari saya, hal sekecil apapun juga saya selalu tau apalagi hal sebesar ini." tegas Viona
Seketika Anggara langsung menepukkan tangannya secara perlahan sambil melangkah mendekati Vina. "Hebat sekali kamu, kamu berhasil membuat anak saya percaya bahwa kamu adalah perempuan yang sangat jujur yang tidak akan mungkin menyembunyikan hal apapun darinya. Padahal sebenarnya kamu itu adalah pembohong besar." sahutnya dengan sangat tajam
"Jaga bicara Anda." Viona langsung menghalangi Anggara yang ingin semakin mendekati Vina
"Kenapa harus dijaga? Papa bicara sesuai fakta." tegas Anggara
"Saya sangat mengerti bagaimana perasaan kalian yang mungkin telah kehilangan seorang anak. Tapi bukan begini caranya, bersikeras ingin mengakui anak orang lain sebagai anak kalian. Itu bukan solusinya. Jadi lebih baik, kalian pergi karena anak yang kalian cari tidak ada disini." jelas Viona
"Viona." Marisa nampak tak percaya. "Keterlaluan kamu Vina." kesalnya yang langsung mendekati Vina dan hampir menampar perempuan itu
Tapi dengan cepat, Viona langsung menahannya. "Jika Anda kesini hanya untuk menyakiti mama saya, lebih baik Anda pergi. Karena saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi." tegasnya yang langsung menurunkan tangan Marisa yang telah dipegangnya beberapa saat
Sejenak Marisa terdiam sambil mengendalikan dirinya yang merasa sangat kesal. "Sekarang kamu bicara Vina, jelaskan kebenarannya pada Viona. Sudah cukup kamu menyembunyikan hal ini. Jangan kamu buat seorang anak tidak mempercayai orang tua kandungnya sendiri." sahutnya sambil menatap tajam Vina yang sejak tadi hanya terdiam
"Kamu lihat Viona, perempuan yang sejak tadi kamu bela. Dia hanya terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Seharusnya kamu tanyakan sama dia, apa yang sebenarnya terjadi? Kamu tanyakan sama seorang mama yang kamu anggap paling jujur ini." Anggara menunjuk Vina dari samping dengan sangat kesal
Sementara Vina masih terdiam sambil terus menahan sesuatu yang dirasakannya. Hingga ia tak mampu menahan lagi, dan air matanya pun pecah seketika. "Maafkan mama Viona." lirihnya pelan
Seketika Viona pun langsung membalikkan badan dan menatap lurus mamanya itu. "Kenapa mama minta maaf?." tanyanya tak mengerti
"Maaf karena mama telah menyembunyikan hal ini dari kamu." lirih Vina kembali
"Maksud mama apa?." Viona semakin tak mengerti
"Mungkin ini saatnya Viona mengetahui semuanya, aku benar-benar ga mampu untuk menyembunyikan lagi." gumam Vina dalam hati. "Se-semua yang dikatakan oleh mereka tadi itu memang benar." jelasnya dengan nada berat
Senyuman pun mulai mengembang di wajah Anggara dan Marisa. Keduanya merasa senang karena akhirnya perempuan itu mau memberitahu kebenarannya.
"Benar?." Viona mulai merasakan rasa sesak yang teramat dalam
"Iya." Vina mengangguk berat. "Kamu memang bukanlah anak kandung mama dan papa, melainkan anak kandung mereka." jelasnya sambil berurai air mata
"A-apa?." Viona mulai meneteskan air mata dengan rasa sesak yang semakin menjadi
Hari yang sangat terang itu seakan berubah menjadi sangat gelap bagi Viona. Gelap akibat petir yang tiba-tiba menyambar dengan sangat keras. Badannya mendadak melemah bahkan sangat lemah, dan topi toga yang sejak tadi berada di kepalanya pun tiba-tiba saja terjatuh. Kebahagiaan yang tadi dirasakannya juga kini telah berubah menjadi kepahitan yang teramat pahit.
"Maafkan mama sayang." Vina semakin berurai air mata sambil berjalan mendekati Viona
Tapi Viona langsung menghindar dan menjauh darinya. "Ngga, ini ga mungkin. Mama pasti bohong." lirihnya yang terlihat begitu menyakitkan
"Mama minta maaf, mama tau mama salah." Vina kembali berusaha mendekati anak pertamanya itu
Tapi lagi lagi Viona langsung menghindar dan menjauh darinya. "Ini ga mungkin." lirihnya lagi yang kemudian langsung berlalu pergi
"Viona." panggil Vina yang merasa sangat bersalah
"Pa, Viona Pa." Marisa menoleh ke arah suaminya
"Kita kejar dia sekarang." ajak Anggara
"Biar saya saja om yang mengejar Viona, karena ini ga mudah untuk dia." Dion langsung menghampiri sepasang suami istri itu
"Baiklah kalau begitu." Anggara menganggukkan kepalanya
"Dion kejar Viona dulu Ma, mama tolong bawa tante Vina pulang ke rumahnya." Dion menoleh ke arah Sarah yang berdiri di belakang Vina
"Iya." Sarah mengangguk singkat. "Kamu hati-hati." sahutnya lembut
Dion hanya menganggukkan kepalanya, lalu langsung berlari menuju mobilnya agar bisa segera mengejar Viona.
Sementara Viona terus berlari menelusuri jalanan dengan menggunakan pakaian wisuda dan make up yang sudah tak karuan. Ia terus menangis dengan begitu hancur. Jauh lebih hancur dari saat ia mengetahui bahwa ia telah dikhianati oleh pacar dan adiknya sendiri. Jika boleh memilih, ia ingin kenyataan pahit ini tidak pernah ada.
Mungkin hujan deras semalam yang disertai petir yang menggeleggar dengan sangat keras, serta hentakkan angin yang cukup besar. Adalah pertanda bahwa akan ada kenyataan menyakitkan seperti ini. Kenyataan yang sama sekali tak pernah aku bayangkan apalagi aku inginkan.
"Kenapa Tuhan, kenapa aku harus mengalami semua ini." teriak Viona saat ia sudah terjatuh lemas di trotoar  di tengah hari yang begitu terik
Dan saat itu mobil Dion berhenti tak jauh dari posisi Viona. Lelaki itu berhasil menemukan kekasihnya.
"Viona." Dion langsung turun dari mobil dan berlari menghampiri. "Ayo bangun sayang." sahutnya yang langsung membangunkan tubuh Viona
"Kenapa harus seperti ini Dion? Kenapa aku harus menerima kenyataan pahit ini? Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu, hari yang istimewa dan hari yang bersejarah. Dan hari ini juga adalah hari yang sangat penting untuk kita. Seharusnya kita berbahagia, tapi kenapa malah hancur seperti ini." lirih Viona sambil menatap Dion yang kini berada dihadapannya
"Kamu tenang ya sayang, aku tau ini sangat sulit untuk kamu." Dion langsung menarik Viona ke dalam dekapannnya lalu memeluknya dengan sangat
"Aku udah sangat bahagia dengan apa yang aku miliki sekarang. Aku bahagia mempunyai orang tua yang begitu menyayangi aku, aku bahagia mempunyai seorang mama yang begitu tangguh menjalankan dua sosok sekaligus, aku bahagia mempunyai adik seperti Feby, aku bahagia mempunyai keluarga sempurna seperti mereka. Tapi kenapa harus ada kenyataan ini? kenapa Dion? kenapa?." lirih Viona kembali saat berada di dalam pelukan Dion
"Aku tau, ini sangat sulit untuk diterima. Tapi, bagaimanapun juga kamu harus bisa menerimanya." sahut Dion dengan sangat lembut
"Untuk apa?." Viona langsung melepaskan pelukan kekasihnya itu. "Untuk apa aku harus menerima kepahitan yang menghancurkan kebahagiaan aku itu?."
"Sayang." Dion langsung menangkup kedua sisi wajah Viona. "Dengerin aku, kamu ga boleh menganggap kenyataan ini sebagai kepahitan. Karena bagaimanapun juga mereka adalah orang tua kandung kamu, tanpa mereka kamu tidak akan bisa mendapatkan apa yang kamu miliki sekarang." jelasnya lembut
"Tanpa mereka, kamu tidak akan pernah mempunyai sosok keluarga sempurna seperti mama papa kamu dan Feby. Tanpa mereka, kita tidak akan pernah kenal apalagi saling memiliki seperti ini. Dan tanpa mereka, kamu tidak akan pernah memakai baju wisuda, topi toga, medali, serta kamu tidak akan pernah mendapatkan predikat lulusan terbaik."
"Mereka memang mereka tidak bersama kamu selama ini, tapi merekalah yang membuat kamu ada di dunia dan membuat kamu bisa mendapatkan semua hal yang kamu miliki sekarang."
"Tapi Dion..."
"Aku tau ini sulit, aku sangat paham. Tapi bagaimanapun juga kamu harus mengetahui kebenarannya secara keseluruhan, kamu harus dengarkan penjelasan mereka." sela Dion
"Tapi kalau nantinya mereka membawa aku pergi jauh dari mama gimana? Aku ga mau jauh dari mama Dion, aku ga mau." Viona kembali terisak dalam tangisnya
Seketika Dion terdiam, karena ia pun tak bisa membayangkan jika hal itu terjadi. "Jangan dulu berpikir ke arah sana, yang terpenting sekarang kamu harus mendengarkan dulu semua hal yang ingin mereka jelaskan. Masalah itu bisa kita bicarakan nanti dengan mereka." sahutnya mencoba menenangkan
"Udah, mending sekarang kita pulang ya. Mama kamu dan yang lainnya sudah menunggu di rumah. Mereka pasti khawatir sama kamu."
"Percaya sama aku, semua pasti akan baik-baik saja. Karena masalah apapun pasti akan ada jalan keluarnya."
Namun Viona masih terdiam dan masih mencoba mencerna semua yang dikatakan oleh Dion.
"Aku akan selalu ada bersama kamu untuk menghadapi semua ini." Dion mengangkat telapak tangan kirinya. "Semua akan baik-baik saja."
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun lagi, Viona pun langsung menggenggam tangan kekasihnya itu. Lalu keduanya saling menggenggam sangat erat sambil mulai berjalan menuju mobil.
Entah badai apa lagi yang akan terjadi. Entah akhir seperti apa yang akan aku dapatkan dari semua ini. Entah baik atau buruk. Aku tak ingin memikirkannya, karena aku memang tak sanggup. Aku hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja seperti yang dikatakan olehnya. Karena hanya dia yang bisa memberikanku kekuataan saat ini. Dan hanya dia yang mampu menjadi penopangku yang sudah sangat rapuh ini.
Apapun yang terjadi nanti, seharusnya aku sudah siap menerimanya. Ya, memang sudah seharusnya seperti itu. Meskipun faktanya, diri ini tidak sekuat itu. Tapi aku harus bisa kuat. Aku harus bisa kuat untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada.

Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait