Part 31 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 31 LOVE IN RAIN
"Koq malah diajak ke garasi sih, katanya mau ngasih kado." sahut Dion saat Sarah dan Reza membawa dirinya, Viona, Vina dan juga Feby ke depan garasi yang berada di luar Villa, seusai sarapan bersama
"Karena kadonya ada di dalam garasi itu." jelas Reza dengan santai
"Hah?." Dion mengerutkan kening heran
"Pak Willy tolong bukakan pintu garasinya." suruh Sarah saat supirnya itu baru saja datang menghampiri mereka
"Baik Bu." Pak Willy langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Sarah
Dan ketika pintu garasi terbuka, semua orang terutama Dion dibuat terkejut dan takjub dengan apa yang dilihatnya sekarang. Ya, karena di dalam garasi itu ada sebuah mobil mewah merk Ferrari California T 2015 berwarna merah maroon.
"Ma, Pa, mobil ini?." Dion nampak sangat senang tapi merasa tak percaya
"Ya mobil ini untuk kamu." jelas Reza
"Untuk aku?." Dion masih nampak tak percaya
"Iya sayang, ini untuk kamu." sahut Sarah. "Dari dulu kamu kan selalu bilang kalau nanti kamu sudah bisa menghasilkan uang sendiri, kamu ingin membeli mobil ini. Dan dengan uang hasil kerja keras kamu di restoran yang selama ini kamu titipkan di Mama, kami wujudkan keinginan kamu itu."
Dion tak mampu menunjukkan rasa bahagianya, lalu ia pun langsung memeluk kedua orang tuanya itu. "Makasih Ma, Pa." sahutnya dengan wajah haru
"Papa bangga sama kamu, karena kamu berhasil membuktikan ke papa kalau kamu itu bisa mengelola bisnis kamu sendiri. Bahkan kamu juga sampai bisa membeli mobil mewah seperti ini dengan hasil kerja keras kamu sendiri." Reza menepuk lembut bahu anaknya itu
"Kan seperti yang pernah aku bilang ke papa, sebelum aku mendirikan restoran itu. Meskipun papa bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginan aku, tapi sebagai anak laki-laki aku ga mau terus-menerus bergantung sama papa. Aku ingin bisa berdiri di atas kaki aku sendiri, agar aku bisa menjadi suami yang bertanggung jawab untuk istri aku nanti." jelas Dion sambil melirik Viona sekilas, yang membuat semua orang tersenyum paham kecuali kekasihnya yang nampak tak mengerti
"Sekarang papa benar-benar sadar kamu memang sudah dewasa, dan mulai sekarang papa ga aku ngatur-ngatur kamu lagi. Dan sekarang papa juga percaya kamu bisa menentukan jalan hidup kamu sendiri." Reza menatap dengan sangat lembut
"Makasih Pa." Dion kembali berpelukan dengan Reza
"Oh iya, untuk kado yang mama dan papa maksud tadi ada di dalam mobil itu." sahut Sarah setelah anak dan suaminya itu selesai berpelukan
"Kado? Kado apa lagi Ma? Bukannya mobil ini adalah kadonya." Dion nampak tak mengerti
"Ya bukan dong sayang, mobil ini kan dibeli dengan uang kamu sendiri. Jadi kado sesungguhnya ada di dalam mobil itu." jelas Sarah
Tanpa bertanya lagi, Dion pun langsung menghampiri mobil barunya dan menemukan sebuah dokumen di jok mobilnya itu. "Dokumen tentang tender perusahaan?." gumamnya setelah mengetahui isi dokumen yang dipegangnya
"Iya dan itu adalah suatu tender yang sangat besar." sahut Reza
"Lalu maksudnya papa dan mama memberikan ini untuk apa?." tanya Dion lurus
"Jadi papa ingin kamu berusaha untuk menenangkan tender itu, dan jika kamu berhasil maka keuntungannya untuk kamu semua. Agar kamu bisa mengembangkan bisnis kamu menjadi lebih besar lagi." jelas Reza
"Ya karena mama dan papa tau, kamu ga mungkin bakal terima kalau misalnya kami memberikan kamu modal secara cuma-cuma. Jadi kami beri tantangan ini untuk mendukung bisnis kamu itu." tambah Sarah
"Papa dan mama serius?." tanya Dion yang nampak sangat senang. "Oke. aku akan terima tantangan ini. Dan akan aku buktikan kalau aku bisa memenangkan tender itu." sahutnya dengan begitu semangat
"Papa dan mama sangat percaya sama kamu." Reza tersenyum yakin. "Dan Viona, kamu mau kan mengurus restoran sepenuhnya selama Dion fokus untuk tendernya?." lanjutnya sambil menoleh ke arah kekasih dari anaknya itu
"Hah? Koq Viona om? Viona kan..."
"Kamu pasti bisa." Dion langsung menghampiri dan mencoba meyakinkan kekasihnya itu
"Oke." Viona mengangguk lembut
"Yaudah kalau gitu, sekarang kita cobain mobil baru aku yukk." ajak Dion yang langsung menggenggam erat tangan Viona
"Loh koq ngajak aku? Harusnya kamu ngajak mama dan papa kamu lah." Viona mengerutkan kening heran
"Ya ga mungkin dong Viona, mobil ini kan cuma muat 2 orang. Lagipula lebih cocok untuk pasangan muda seperti kalian, bukan untuk mengajak orang tua seperti kami." sahut Reza sambil merangkul bahu istrinya
"Udah ayo." ajak Dion lagi yang kemudian langsung menitipkan dokumen miliknya kepada Sarah, lalu mulai menaiki mobil barunya bersama Viona
Menelusuri kembali jalanan sepanjang puncak, menikmati setiap pemandangan yang ada serta meresapi udara pagi yang begitu segar.
"Sayang, kamu kenapa beli mobil yang kaya gini?." tanya Viona lurus
"Karena dulu aku tuh sering banget lihat mobil kaya gini di film film, kelihatannya romantis gitu apalagi kalau naiknya sama gadis secantik kamu." Dion menatap lembut kekasihnya itu
"Apaan sih malah gombal." sahut Viona
"Loh koq gombal sih? Serius tau." jelas Dion. "Bahkan ada loh adegan yang menurut aku sangat romantis yang suka ada di film film itu kalau naik mobil kaya gini."
"Adegan kaya gimana?." tanya Viona dengan santai
"Sini dulu kamunya." ajak Dion agar kekasihnya itu mendekat ke arahnya
"Mau ngapain? Ngga ah ga mau." tolak Viona
"Udah sini." Dion langsung menarik Viona hingga bersandar di bahunya, lalu ia merangkul lembut gadis cantiknya itu hingga ia menyetir hanya dengan satu tangan
"Udah ah bahaya tau nyetir pake satu tangan gitu." Viona hendak mengangkat kepalanya, tapi kekasihnya itu malah membuatnya kembali bersandar dan mempererat rangkulannya
"Tenang aja, aku udah lama kali nyetir mobil kaya gini. Bukan amatiran." Dion menyenderkan kepalanya pada kepala Viona beberapa saat
"Sayang." panggil Viona saat Dion sudah kembali fokus menyetir, namun ia masih tetap bersandar dan dirangkul
"Kenapa sayang?." tanya Dion dengan sangat lembut
"Kamu yang semangat ya, aku yakin kamu pasti bisa memenangkan tender itu." Viona menatap dengan penuh arti
"Pasti." Dion mengangguk singkat. "Aku akan berusaha sekeras mungkin untuk memenangkan tender itu, agar impian aku untuk memperluas bisnis restoran bisa segera terwujud." jelasnya lembut
"Aku percaya kamu pasti bisa." Viona berusaha menyemangati. "Kalau kamu perlu bantuan apapun, kasih tau aku ya. Aku pasti akan membantu kamu dengan senang hati."
"Iya, makasih ya sayang." Dion langsung mengecup manis pucuk kepala kekasihnya itu
Bukan yang pertama kalinya, tapi Viona selalu saja menjadi membeku ketika Dion mengecup pucuk kepalanya.
Setelah puas mencoba mobil barunya, Dion pun membawa Viona kembali ke Villa. Menemui yang lain yang tengah berada di ruang utama, tengah asyik mengobrol ria.
"Eh udah pada pulang?." sahut Sarah saat sepasang kekasih itu sudah ikut terduduk santai
"Udah Ma." balas Dion singkat
"Yaudah kalian cepet siap-siap gih, biar kita bisa segera balik ke Jakarta." suruh Reza
"Balik ke Jakarta? Loh bukannya kita masih mau mengunjungi tempat wisata yang ada disini ya?." Dion mengerutkan kening heran
"Awalnya sih iya, tapi mama berubah pikiran. Kayanya kalau kita pergi ke pantai lebih seru deh." jelas Sarah
"Pantai? Jadi maksudnya kita mau pergi ke pantai gitu?." Dion nampak senang
"Iya." Sarah mengangguk singkat
"Pantesan kalian semua udah pada rapih gini." sahut Viona yang mulai menyadari jika mereka semua sudah siap untuk pergi, kecuali dirinya dan Dion
"Iya dong, emangnya kak Viona sama kak Dion masih bau belum pada mandi." ledek Feby jail
"Enak aja, mentang-mentang udah mandi ya." Viona langsung memeluk gemas adiknya yang duduk di sebelahnya itu dari samping
"Ih kak Viona lepasin, nanti aku kebawa bau lagi." ledek Feby lagi
"Kamu bener-bener ya." Viona mempererat pelukannya
"Udah udah, kamu mandi dulu sana. Biar ga terlalu siang berangkatnya." suruh Vina dengan lembut
"Yaudah deh, Viona mandi dulu ya Ma, om, tante." Viona langsung bangkit dari tempat duduknya sambil menatap ketiga orang itu satu persatu, lalu beranjak pergi
"Kamu ngapain masih disini?." tanya Sarah kepada Dion yang masih terduduk sambil memperhatikan Viona
"Eh iya, kalau gitu Dion juga mandi dulu ya." Dion pun mulai bangkit dan beranjak pergi
***
Hembusan angin segar berpadu dengan ketenangan air laut. Menemani kebersamaan Dion dan Viona yang tengah asyik mengobrol ria di ujung sebuah dermaga. Keduanya pun tak henti-hentinya saling menciptakan tawa sambil terus berpegangan tangan.
Hingga ketika Dion semakin mendekat dan ingin memeluk, Viona langsung berlari yang membuat kekasihnya itu mengejarnya. Berlarian sepanjang dermaga, hingga menelusuri sepanjang tepi pantai.
Karena sudah terlalu lama berlari, Viona pun mulai kelelehan sampai hampir terjatuh ketika terus dikejar oleh Dion. Namun dengan sigap, Dion langsung memeluknya dari belakang sehingga tubuhnya bisa tertahan.
"Sekarang mau kemana? Kamu ga akan bisa lari lagi dari aku." sahut Dion dengan lembut
"Kata siapa ga bisa." Viona langsung melepaskan pelukan kekasihnya itu
Tapi dengan cepat Dion kembali memeluk, lalu mengangkat tubuhnya dan berputar ria.
"Dion turunin." teriak Viona yang merasa takut, karena Dion mengangkat tubuhnya dengan cukup tinggi
"Tapi janji dulu kamu ga akan lari lagi." pinta Dion
"Iya iya aku ga akan lari lagi." Viona menyejui
Lalu Dion pun langsung berhenti berputar dan menurunkan kekasihnya itu.
"Tapi ga janji." sahut Viona yang langsung melepaskan pelukan Dion dan berlari kembali
Keduanya pun berlarian di atas hamparan pasir, tapi kali ini Dion bisa segera menyusul dan menangkap Viona. Namun karena Viona terus berusaha untuk berlari kembali, mereka sampai terjatuh dengan posisi Dion berada di atas tubuh Viona. Dan wajah mereka saling berdekatan serta mata mereka saling menatap sangat dalam.
Ini bukan kali pertama, berada sedekat ini dengannnya. Tapi tubuh ini selalu saja membeku, denyut jantung ini selalu saja bergemuruh dengan sangat cepat, dan mata ini selalu saja tak ingin lepas dari pandangannya. Aku memang selalu merasa jatuh cinta lagi dan lagi setiap kali bersamanya, bersama gadis cantikku ini.
Dion menatap semakin dalam yang membuat Viona menjadi terdiam kaku. Lalu ia pun mulai menjauhkan tubuhnya, dan terbaring di sebelah gadis cantiknya. Di atas hamparan pasir, dengan kedua tangan menyilang dan menjadi alas kepalanya.
Sementara Viona langsung terduduk dengan kedua kaki diluruskan, lalu menatap jauh ke depan. "Kamu sering ya ke pantai kaya gini." sahutnya yang tidak mengalihkan pandangan
"Lumayan, kalau emang ada waktu luang mama dan papa suka ngajak ke pantai atau ke tempat lainnya yang bisa bikin pikiran kembali fresh." jelas Dion yang tetap pada posisinya. "Karena jenuh juga kan kalau harus terus dipadati dengan rutinitas sehari-hari." lanjutnya setelah ikut terduduk lalu terbaring di pangkuan Viona
"Enak ya jadi orang kaya, mau pergi kemanapun gampang." Viona tersenyum kecil
"Maksud kamu?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya aku bukannya ga bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang, tapi terkadang aku suka ingin menjadi orang-orang di luar sana. Salah satunya seperti kamu, yang punya uang banyak, rumah dan mobil mewah. Aku pasti bisa membahagiakan mama dan Feby seandainya aku mempunyai semua itu, tidak harus dulu mengumpulkan uang dengan waktu yang sangat lama hanya untuk membahagiakan mereka." Viona menceritakan apa yang tengah dirasakannya
"Sayang, dengerin aku ya. Kebahagiaan itu tidak diukur oleh seberapa banyaknya uang yang kita punya atau seberapa kayanya kita, tapi kebahagiaan itu berasal dari hati." Dion langsung menggenggam erat tangan kekasihnya itu
"Aku tau, tapi setidaknya jika kita mempunyai uang banyak kan jadi lebih gampang kalau kita ingin memberikan sesuatu yang bisa lebih membahagiakan orang yang kita sayang." Viona menatap lurus Dion
"Memangnya apa yang ingin kamu berikan sama mama kamu dan Feby?." tanya Dion dengan lembut
"Aku ingin membuatkan toko kue untuk mama, agar usahanya bisa semakin berkembang. Lalu Feby bisa hidup lebih layak, dia bisa pergi sesukanya ke cafe atau restoran, dia bisa shopping sepuasnya, dan dia juga bisa melakukan semua hal yang biasa dilakukan oleh teman-temannya tanpa harus lagi aku larang dengan alasan mencoba memahami keadaan mama. Karena kami ga sama dengan mereka yang tinggal membalikkan telapak tangan kepada orang tuanya, lalu mendapatkan uang sebanyak yang diinginkan." jelas Viona panjang lebar
"Viona memang begitu sayang dan peduli kepada mama serta adiknya, hingga yang dia pikirkan pun hanya kebahagiaan mereka. Bukan kebahagiaannya sendiri." gumam Dion dalam hatinya. "Kalau boleh tau, tabungan yang mau kamu gunakan untuk membuat toko kue itu udah terkumpul berapa?." tanyanya lembut
"Baru sedikit, ya dari gaji aku selama kerja di restoran kamu aja terus kepotong sama keperluan aku dan yang lainnya. Sekitar 25 juta." jawab Viona
"Itu udah banyak loh, kalau untuk membuat toko kuenya aja udah cukup lah. Paling tinggal untuk membeli barang-barang di dalamnya." sahut Dion
"Ya makanya itu aku harus terus ngumpulin uang untuk membeli semua barang yang dibutuhkan." balas Viona
"Emang toko kue seperti apa yang kamu inginkan?." tanya Dion lurus
"Ya pengennya sih yang ukurannya cukup besar, terus di dalamnya ada beberapa kursi dan meja untuk pengunjung kalau misalkan mau makan di tempat, ada banyak etalase untuk jenis-jenis kue yang disajikan, dan ada tempat untuk membuat minuman gitu kaya kopi dan sejenisnya. Jadi aku pengen toko kuenya itu ga perlu mewah, tapi tetep bagus." jelas Viona
"Kalau menurut aku, kamu membutuhkan uang sekitar setengahnya lagi dari yang sudah terkumpul. Itu udah termasuk untuk modal awal bikin kue dan untuk perayaan saat membuka toko kuenya kalau kamu mau." Dion tersenyum tenang
"Berarti aku harus terus semangat kerjanya, dan aku juga harus mulai melamar ke perusahaan-perusahaan. Karena bentar lagi kan aku wisuda, jadi aku bakal keluar dari restoran kamu." Viona balas tersenyum tak kalah tenang
"Sebenarnya aku ingin sekali membantu Viona dengan memberikannya modal, tapi aku yakin dia ga bakal mau terima. Karena dia kan bukan orang yang bisa menerima sesuatu secara cuma-cuma." pikir Dion sejenak. "Gimana kalau kamu melamar ke perusahaan papa aku aja?." tanyanya lurus
"Ngga ah ga usah, lebih baik aku cari sendiri. Aku ga mau diterima kerja di perusahaan hanya karena aku pacar dari anak pemilik perusahaan itu, aku maunya diterima karena memang aku punya kualitas." Viona menggelengkan kepalanya
"Sayang, nyari kerjaan di zaman sekarang itu susah loh. Lagipula saat kamu melamar di perusahaan papa aku, kamu akan tetap di interview seperti pelamar pada umumnya. Tapi karena kamu pacar aku dan papa udah mengetahui bagaimana kinerja kamu selama kerja di restoran aku dari mulai jadi pelayan sampai sekarang magang menjadi manager, itu akan mempermudah kamu bahkan akan menjadi nilai plus buat kamu." jelas Dion panjang lebar. "Jadi, mau ya melamar di perusahaan papa aku? Karena aku tau kamu ga akan mungkin terima jika aku memberikan kamu modal secara cuma-cuma untuk mewujudkan keinginan kamu membuat toko kue, makanya aku cuma bisa menyarankan ini untuk membantu kamu."
"Yaudah aku mau." Viona mengangguk lembut
Dion pun langsung memegang lembut pipi kanan kekasihnya itu, lalu keduanya kembali bertatapan sangat dalam.
Liburan singkat mereka ditutup dengan barbeque an bareng. Penutup yang begitu manis, penuh canda, tawa dan juga kebahagiaan.
Terlebih Dion dan Viona yang tiada hentinya memamerkan kemesraan di depan keluarga mereka, dari mulai saling menyuapi makanan hingga menikmati sunset sambil duduk berdua di tengah hamparan pasir. Dengan posisi Viona bersandar manja, dan Dion merangkul lembut. Rupanya kebersamaan selama dua hari ini membuat cinta semakin bersemi diantara sepasang kekasih itu.
***
Suara hujan yang sangat deras, ditambah petir yang terus menggelengar dengan kerasnya, serta angin besar yang menghentakkan jendela. Membuat Viona terbangun dari tidurnya dengan penuh ketakutan, ia pun mulai melangkahkan kakinya di atas lantai yang terasa sangat dingin.
Entah kenapa, malam ini suasana begitu mencekam baginya. Ada rasa kekhawatiran mendalam pada dirinya, khawatir jika akan terjadi masalah yang jauh lebih besar dari yang pernah ia alami sebelumnya.
Dengan tangan gemetar, ia mulai membuka pintu kamarnya. Hingga tiba-tiba ia menjerit ketika petir menggelegar dengan sangat keras, benar-benar sangat keras.
"Viona." Vina yang sejak tadi terdiam melamum dan menangis di dapur pun langsung terperanjat ketika mendengar suara jeritan itu
Dengan cepat ia pun langsung berlari menuju kamar Viona, dan ketika sudah sampai sana ia melihat Viona tengah menangis ketakutan di balik pintu sambil menutupi kedua telinga dan memejamkan matanya.
"Viona, sayang." Vina langsung memeluk erat anaknya itu
"Mama." Viona yang menyadari kehadiran Vina pun langsung balik memeluk lebih erat. "Viona takut Ma." lirihnya gemetar
"Tenang sayang, mama ada disini. Jangan takut lagi ya." Vina menenangkan dengan suara serak, karena saat di dapur tadi ia menangis dengan cukup lama
Lalu ia membawa Viona kembali ke tempat tidur, mulai membaringkan diri dan memeluknya lagi dengan sangat erat setelah mereka berada dalam selimut yang sama. "Mungkin ini akan jadi yang terakhir kalinya mama melindungi dan menjaga kamu saat kamu ketakutan di tengah hujan dan petir seperti ini." gumamnya dalam hati sambil terus meneteskan air mata
Setelah tak ada lagi suara petir yang menggelegar, dan hujan pun sudah tak sederas tadi. Viona mulai mengangkat kepalanya yang sejak tadi ditenggelamkan dalam pelukan hangat Vina.
"Mama nangis?." tanya Viona saat melihat mamanya itu berlinang air mata
Tanpa menjawab, Vina langsung mempererat pelukannya. Perempuan itu nampak seolah tidak ingin Viona jauh sedikitpun darinya, pelukannya begitu erat bahkan membuat Viona menjadi sesak saking eratnya.
"Mama kenapa?." tanya Viona yang berada di dalam pelukan Vina
"Gapapa koq sayang, mama cuma kangen aja bisa tidur berdua sama kamu seperti ini." jawab Vina seusai melepaskan pelukannya
"Mama jangan bohong." sahut Viona yang merasa jawaban mamanya itu tak masuk akal
"Mama, mama cuma kangen sama papa." Vina mengusap air matanya lalu menatap lembut anaknya itu. "Dulu saat kamu ketakutan kaya gini, biasanya kan mama dan papa yang jagain kamu. Makanya mama nangis karena kangen masa-masa itu."
"Mama ga lagi nutupin sesuatu dari Viona kan?." tanya lurus Viona
Sejenak Vina terdiam, hatinya merasa tersentak dengan pertanyaan itu. "Ya ngga lah sayang, mana mungkin mama menutupi sesuatu dari kamu." sahutnya sambil mengelus lembut kepala Viona
"Mama ga bohong?." tanya Viona yang masih tak percaya
"Ngga sayang." Vina berusaha meyakinkan. "Udah mendingan sekarang kita tidur ya, besok kan kita harus bangun pagi-pagi. Jadi biar wajahnya bisa tetap fresh." suruhnya lembut
"Yaudah." Viona mengangguk lembut. "Selamat tidur Ma." Viona langsung mengecup manis kening mamanya itu, lalu kembali terbaring
"Dan mungkin kecupan ini pun tak akan ku dapatkan lagi." gumam Vina dalam hati. "Selamat tidur juga sayang." sahutnya yang balik mengecup manis kening Viona dengan cukup lama
Lalu ia menatap dalam-dalam wajah Viona dan mengelus lembut wajah yang sudah tertidur lelap itu. Ada kesesakan yang teramat dalam yang kini tengah dirasakannya, yang tak sanggup ia ceritakan kepada siapapun.
Entah hal apa yang disembunyikan oleh Vina, tapi yang pasti hal itu membuatnya tersiksa sendiri. Air matanya pun kembali lagi mengalir saat ini. Tak hanya terus mengelus wajah Viona dan memeluknya dengan sangat sangat erat, ia juga berulang kali mengecup hangat kening anaknya itu. Nampak seolah ini menjadi malam terakhirnya bersama Viona. Sehingga ia tak ingin waktu melewatkan waktu begitu saja, meski hanya sedetik.