Part 29 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 29 LOVE IN RAIN
Viona, Dion, dan Reza yang baru saja memasuki restoran langsung menghampiri Vina dan Sarah yang sudah berada lebih dulu di salah satu meja bagian tengah. Lalu mulai terduduk bersama kedua perempuan itu.
"Udah pada pesen makanannya?." tanya lurus Reza
"Udah koq Pa, tinggal kita tunggu aja." jawab Sarah sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oh yaudah kalau gitu Dion ke dapur dulu ya, biar nanti sekalian Dion yang bawain makanannya." sahut Dion yang mulai berdiri kembali
"Aku ikut." Viona ikut berdiri
"Yaudah ayo." ajak Dion yang langsung menggenggam erat tangan kekasihnya itu, lalu mulai beranjak pergi. "Hallo semuanya." sahutnya saat sudah berada di dapur
Seketika ketiga chef yang tengah bekerja langsung membalikkan badannya. "Pak Dion? Viona?." sahutnya berbarengan dengan wajah yang nampak sangat senang
Ketiganya pun langsung menghampiri. Chef Andi dan chef Roy langsung berpelukan dengan Dion, sedangkan chef Maya langsung berpelukan dengan Viona.
"Viona." chef Andi bermaksud untuk memeluk Viona setelah selesai berpelukan dengan Dion, tapi langsung dihalangi oleh bos nya itu
"Eitssss. Ga boleh sentuh-sentuh pacar saya." sahut Dion sambil merentangkan sebelah tangannya di depan Viona
"Ya ampun pak Dion, peluk dikit doang juga. Lagian kan saya temenan baik sama pacar tersayang Bapak ini." balas chef Andi sambil tersenyum santai
"Tetep aja ga boleh." tegas Dion yang mendadak over protective kepada kekasihnya
"Yaudah deh ga jadi." chef Andi langsung menjauhkan dirinya dari Viona
"Kamu apaan sih." Viona menyenggol lengan Dion sambil terkekeh kecil
"Ya aku cuma ga mau aja kamu dipeluk sama cowo lain." Dion langsung merangkul bahu kekasihnya itu
"Takut cewenya direbut ya bos?." ledek chef Roy sambil terkekeh kecil
Dan langsung diikuti oleh kekehan kecil dari yang lainnya, termasuk Viona.
"Ya bukan gitu, cuma..."
"Viona."
Hingga tiba-tiba Dila datang yang membuat Viona langsung membalikkan badannya.
"Gue kangen banget sama lo." sahut Dila sambil memeluk erat sahabatnya itu
"Gue juga kangen sama lo." balas Viona sambil memeluk tak kalah erat
"Lo kenapa sih kemarin? sampai ga masuk kerjanya lama banget." tanya Dila lurus seusai melepaskan pelukannya
Sejenak Viona menatap ke arah Dion, lalu menyunggingkan seulas senyum kepada Dila. "Ada sesuatu yang ga bisa gue ceritain ke sembarang orang . Tapi yang jelas sekarang semuanya udah baik-baik aja, dan gue bakal kembali kerja disini lagi bersama kalian semua." sahutnya dengan sangat ceria
"Oke gapapa kalau lo emang ga bisa cerita, tapi gue seneng banget akhirnya lo kembali kerja lagi." Dila tersenyum paham sambil berpegangan tangan dengan Viona
***
Setelah diterpa angin yang terus-menerus. Setelah menghadapi berbagai masalah yang menciptakan hujan air mata. Akhirnya aku bisa kembali menjalani hidup dengan tenang. Menghilangkan semua rasa lelah yang ada. Lelah hati, lelah pikiran, maupun lelah raga. Dan akhirnya aku bisa kembali menghirup udara dengan bebas tanpa ada lagi rasa sesak di dalam dada.
"Akhirnya sampai juga." sahut Dion saat dirinya beserta kedua orang tuanya, Viona, Vina dan juga Feby baru saja tiba di depan sebuah Villa pribadi yang berada di puncak
"Wah Villa nya bagus banget ya, ini mah kaya hotel bintang 7." gumam Feby sambil memperhatikan pemandangan yang begitu mewah itu
"Iya, suasananya juga sangat tenang." tambah Viona sambil meresapi udara di sekitarnya
"Ini belum apa-apa. Kita masuk ke dalam yukk, kalian pasti akan lebih takjub lagi." ajak Reza yang langsung disetejui oleh semuanya
Dan benar saja, isi Villa nya pun memang sangat menakjubkan. Begitu mewah, nyaman, dan menyejukkan mata. Hingga beberapa pelayan disana menunjukkan kamar masing-masing untuk mereka semua. Satu kamar untuk Reza dan Sarah. Satu kamar untuk Viona, Vina dan Feby. Dan satu kamar lainnya untuk Dion. Dengan posisi kamar tersebut saling berdekatan.
"Yaudah lebih baik kita langsung istirahat aja, pasti pada cape kan setelah menempuh perjalanan yang cukup lama ini. Lagipula udah malam juga." sahut Sarah saat mereka tengah berada di depan kamar-kamar tersebut
Mereka memang baru berangkat sore hari tadi, karena menunggu dulu Reza pulang dari kantor. Ditambah terjebak macet, sehingga baru tiba di saat hari sudah malam seperti ini.
"Sayang, kamu emang udah ngantuk?." bisik Dion kepada Viona yang berdiri di dekatnya
"Belum sih, emang kenapa?." balas Viona
"Aku mau ngajak kamu ke taman samping villa ini bentar." bisik Dion kembali
"Oke." Viona langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis
"Kalau begitu selamat beristirahat ya, kami ke kamar duluan." pamit Reza yang langsung beranjak pergi bersama dengan istrinya
"Yaudah Ma, Kak, kita juga ke kamar yukkk. Aku udah ngantuk nih." ajak Feby
"Kamu sama mama duluan aja ya, kakak mau keluar dulu sebentar sama kak Dion." sahut Viona
"Yaudah kalau gitu mama sama Feby duluan ya, jangan terlalu malem nanti masuk angin lagi." Vina menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Siap tante." Dion mengangguk lembut
Lalu ia pun mulai pergi bersama Viona. Melewati beberapa ruangan, hingga akhirnya keluar dari pintu samping Villa. Merasakan udara malam yang begitu dingin, sambil memasukkan kedua tangan ke jaket masing-masing. Karena memang kali ini Viona menggunakan jaket pemberian darinya, jaket yang diberikan saat mereka jadian dulu.
"Kita kesana yukk." Dion menunjuk ke arah ayunan yang berada tak jauh dari mereka
"Ayo." Viona langsung menganggukkan kepalanya
Lalu mereka duduk berdua di ayunan itu. Menikmati malam yang semakin larut.
"Sayang lihat deh ada bintang jatuh." Dion menunjuk ke atas langit sana. "Coba kamu bikin harapan, siapa tau bisa terwujud." sahutnya sambil menatap lembut kekasihnya
"Harapan aku cuma satu, semoga kamu akan selalu di samping aku sampai kapanpun." Viona balas menatap tak kalah lembut
"Kalau itu ga perlu minta ke bintang jatuh, karena aku sendiri yang akan mewujudkannya." Dion langsung merangkul bahu Viona
"Koq kamu bisa yakin gitu? Kalau kita akan selalu bersama." Viona langsung menyenderkan kepalanya pada bahu kekasihnya itu
"Harus yakin dong, kita kan punya cinta yang kuat." Dion menggenggam erat tangan Viona dengan tangan yang satunya
"Makasih ya." Viona menatap dalam Dion dengan kepala yang masih bersandar di bahu kekasihnya itu
"Makasih untuk?." tanya Dion lurus
"Makasih karena kamu selalu bisa menjadi penguat dan penenang bagi aku, sesulit apapun kondisi aku." jelas Viona dengan sangat lembut
Dion hanya tersenyum sejenak, lalu mempererat rangkulannya. Begitupun dengan Viona yang langsung memeluk kekasihnya itu dengan tangan yang satunya, sambil menundukkan kepalanya yang masih bersandar.
Terimakasih Tuhan. Karena masih mengizinkan aku untuk tetap bersama dan menjaga gadis cantik ini. Meskipun begitu banyak badai yang menghampiri untuk memisahkan kami. Tapi aku tidak akan pernah menyerah. Akan aku buktikan bahwa cinta kami sangat kuat, sehingga tidak akan ada yang bisa menggoyahkannya. Sekalipun terus diwarnai oleh hujan yang selalu menjadi penyebab masalah, seperti yang selalu gadis cantikku ini katakan.
Dion mengecup hangat pucuk kepala Viona, sambil lebih mempererat rangkulan dan juga genggamannya. Namun tiba-tiba ia merasa aneh ketika tak ada respon apapun dari kekasihnya itu. "Sayang, koq kamu diem aja?." tanyanya lembut
Hingga ia mendongakkan kepala, dan melihat bahwa Viona ternyata sudah tertidur lelap. Entah sejak kapan, mungkin sejak tadi ketika tak ada lagi obrolan diantara mereka.
Karena memang sudah hampir dua jam ini, Dion tak lagi mengajak berbicara. Ia hanya terdiam sambil menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Viona.
"Udah jam berapa ya ini." gumam Dion yang merasakan angin malam sudah semakin tidak nyaman untuk dinikmati. "Hah? Jam 1 malam? Pantesan." lanjutnya sambil melirik jam tangan yang dipakainya
"Kasian Viona, bisa masuk angin kalau kaya gini."
"Sayang, bangun sayang."
Berulang kali ia berusaha membangunkan kekasihnya itu sambil sesekali memegang lembut pipinya, namun nampaknya Viona sudah tertidur sangat lelap.
"Kayanya Viona kecapean deh, karena sebelum berangkat kesini dia kan kerja dulu dari pagi."
"Tapi, dia makin cantik ya kalau lagi tidur kaya gini."
"Kelinci galakku yang paling cantik." Dion kembali memegang lembut pipi kekasihnya itu
Lalu ia mulai mengangkat kepala Viona dari bahunya, dan langsung menggendong kekasihnya itu hingga sampai ke dalam kamarnya.
"Duh maaf ya, Viona emang suka susah dibangunin kalau udah terlelap kaya gini. Sampai kamu harus ngegendong dia segala." sahut Vina yang merasa tak enak hati saat lelaki itu sudah berada di dalam kamar
"Gapapa koq tante, lagipula kasian juga kalau harus dibangunin." balas Dion ketika sudah menidurkan Viona di tempat tidur yang terpisah dengan Feby
Karena memang di kamar itu terdapat dua tempat tidur, itulah alasan mengapa mereka ditempatkan disana.
"Makasih ya Dion." Vina menatap Dion dengan penuh arti
"Makasih untuk apa ya tante?." tanya Dion lurus
"Makasih karena kamu sudah mencintai Viona dengan sepenuh hati, makasih karena kamu selalu menjaga dan melindungi dia, dan makasih karena kamu selalu bisa menjadi alasan dari kebahagiaan dia selama ini."
"Tante salah, justru Dion yang berterimakasih. Karena tante sudah mengizinkan Dion untuk bisa memiliki gadis cantik yang begitu luar biasa ini." Dion balas menatap dengan penuh arti
"Tante percaya sepenuhnya sama kamu, tante percaya kamu adalah lelaki terbaik untuk Viona. Tolong jaga dia terus ya, jangan sampai dia tersakiti lagi." Vina melirik sekilas ke arah Viona sambil meneteskan air matanya
"Pasti tante, Dion akan selalu menjaga Viona dan Dion ga akan pernah menyakiti Viona sedikitpun. Kalau sampai itu terjadi, tante boleh koq nampar Dion sepuasnya lebih dari yang tante lakukan ke Dimas." sahut Dion dengan sedikit candaan
"Ngga lah." Vina langsung menghapus air matanya sambil terkekeh kecil. "Tante sangat yakin kalau kamu bisa menjaga kepercayaan yang diberikan kepada kamu dengan sangat baik." sahutnya dengan sangat lembut
"Dion akan terus menjaganya tante." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Kalau gitu, Dion keluar dulu ya. Maaf karena waktu istirahatnya jadi terganggu. Selamat malam tante." pamitnya dengan sangat lembut
"Selamat malam juga." balas Vina tak kalah lembut
***
Udara yang begitu menyejukkan di pagi hari berpadu dengan kehangatan mentari yang menembus jendela kamar, membangunkan jiwa-jiwa yang terlelap. Begitupun dengan Viona, yang mulai membangkitkan tubuhnya untuk segera bangun dari tempat tidurnya.
"Selamat pagi sayang." sapa Vina yang memang sudah bangun sedari tadi
"Pagi juga Ma." sapa balik Viona. "Feby kemana?." tanyanya saat tak menemui adiknya di kamar itu
"Dia lagi mandi, mama juga baru aja selesai mandi tadi." Vina menghampiri dan terduduk di tepi ranjang dengan pakaian yang sudah rapih. "Tinggal kamu yang belum mandi." sahutnya jail
"Nanti Viona juga langsung mandi koq, setelah Feby selesai." balas Viona dengan santai. "Eh iya, semalem kan Viona lagi di taman sama Dion. Koq sekarang tiba-tiba ada disini?." tanyanya yang baru ingat
"Kan Dion yang bawa kamu kesini." jelas Vina
"Bawa kesini? Tapi kan Viona semalem ketiduran, maksudnya digendong gitu?." tanya Viona lagi
"Iya." Vina mengangguk singkat
"Hah? Dia gendong Viona sampai ke kamar?." Viona nampak tak percaya
"Iya sayang." sahut Vina dengan lembut. "Dia memang lelaki yang sangat tulus mencintai kamu, makanya dia sampai ga tega ngebangunin kamu yang udah tertidur lelap dan lebih memilih menggendong kamu sampai kesini."
"Dion memang mirip sama papa ya Ma, penuh kasih sayang dan lembut." Viona menatap lembut mamanya itu. "Mama ingat ga? Waktu dulu pas masih sekolah, Viona pernah ketiduran di dapur setelah belajar sambil nemenin mama bikin kue. Terus papa yang mindahin Viona ke kamar."
"Kamu benar, Dion memang memiliki banyak kemiripan dengan papa. Penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang." Vina tersenyum membayangkan suaminya. "Makanya, kamu jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Dion ya." sahutya sambil memegang lembut pipi Viona
"Ya ga akan pernah lah Ma, ngapain juga Viona harus meninggalkan Dion. Dia kan anugerah terindah yang Viona miliki, setelah mama dan Feby." balas Viona sambil tersenyum manja
Hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu berulang kali.
"Siapa?." tanya Vina dengan suara cukup keras
"Ini Dion tante." jawab Dion di luar sana
"Tuh yang lagi diomongin langsung datang. Bukain gih pintunya." suruh Vina dengan lembut
"Ga mau ah." Viona langsung menggelengkan kepalanya
"Loh kenapa?." Vina mengerutkan kening heran
"Viona malu, Viona kan baru bangun dan belum mandi." jelas Viona
"Ya ampun sayang." Vina terkekeh kecil. "Yaudah biar mama yang buka ya."
"Iya." Viona menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang
"Sebentar Dion." Vina mulai berjalan ke arah pintu, lalu membukanya sedikit
"Selamat pagi tante." sapa Dion dengan lembut
"Pagi juga Dion." sapa balik Vina tak kalah lembut
"Kayanya udah pada siap ya, yaudah kita sarapan dulu yukk tante. Udah ditunggu tuh sama mama dan papa." sahut Dion
"Kalau tante sih udah siap, tapi Feby masih mandi dan Viona..."
"Viona belum bangun tante?." sela Dion
"Udah koq." Vina tersenyum santai
"Terus Viona nya mana tante? Koq ga keluar?." Dion mencoba melihat ke dalam kamar dari celah pintu yang terbuka
"Katanya dia malu karena belum mandi." sahut Vina dengan pelan
"Malu kenapa?." Dion terkekeh kecil. "Yaudah biar Dion yang masuk aja, boleh kan tante?."
Vina langsung menganggukkan kepalanya dan manarik pintu itu sehingga lebih terbuka dari sebelumnya. Namun ia dan Dion dibuat terkekeh melihat tingkah Viona yang langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut ketika mereka masuk.
"Selamat pagi sayang." Dion langsung terduduk di tepi ranjang, di dekat kekasihnya itu. "Koq malah ditutup pake selimut gini sih pas aku datang, buka dong."
Tapi Viona hanya terdiam dan bertingkah seolah tengah tertidur.
"Aku tau koq kamu ga tidur."
"Ayo buka, ga perlu malu meskipun belum mandi."
"Sayang."
"Yaudah deh kalau kamu ga mau buka selimutnya, aku pergi aja."
Tapi Viona masih juga tidak merespon, hingga akhirnya ia menatap ke arah Vina. "Kayanya Viona mending Dion mandiin aja ya tante, soalnya lama kalau nungguin dia bangun." sahutnya sambil tersenyum jail
"Oh NO." Viona langsung bangkit dan membuka selimutnya. "Enak aja." sahutnya sebal
"Nah gitu dong bangun." Dion tersenyum senang. "Lagipula kamu tetap cantik koq meskipun belum mandi, lebih alami malah." pujinya sambil menatap lembut Viona
"Apaan sih, pagi-pagi udah gombal." sahut Viona yang menjadi salah tingkah
"Loh koq gombal? Aku serius sayang." Dion mendekatkan wajahnya yang membuat kekasihnya itu semakin salah tingkah
"Eh ada kak Dion." sahut Feby yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian rapih
"Udah selesai mandinya?." tanya Dion lurus
"Udah dong, nih udah siap buat pergi malah." Feby menunjukkan tampilannya yang memang sudah sangat siap. "Tinggal kak Viona aja tuh yang masih bau, belum mandi." ledeknya jail
"Enak aja, kakak mah wangi tau meski ga mandi juga." balas Viona dengan begitu percaya dirinya
"Wangi dari mana? Segini baunya." ledek Dion sambil menutupi hidungnya
"Ih koq kamu rese sih." sebal Viona yang langsung memukul tangan kekasihnya itu
"Udah cepat mandi, kita kan mau pergi jalan-jalan. Nanti keburu siang lagi." suruh Dion dengan sangat lembut
"Yaudah deh, aku mandi dulu ya." Viona langsung menurut lalu beranjak menuju kamar mandi
Beberapa saat kemudian. Viona pun keluar dengan menggunakan celana jeans, baju berlengan panjang dan sebuah sneakers. Namun sekarang gadis itu sudah bisa menjaga tampilannya sehingga menjadi lebih modis, tidak sesederhana ketika masih awal-awal jadian dengan Dion.
"Mama sama Feby kemana?." tanya Viona saat melihat hanya ada Dion yang bersamanya di kamar itu, sambil berjalan menuju cermin besar yang menempel pada dinding
"Udah ke ruang makan duluan." jawab Dion sambil berjalan menghampiri
"Oh." sahut Viona singkat. "Aku kelamaan ya mandinya." lanjutnya lalu menoleh ke arah kekasihnya yang sekarang berdiri di sebelahnya
"Emang." balas Dion. "Lama banget malah. Sampai aku jamuran kaya gini."
"Ga selama itu juga kali." Viona menunjukkan wajah sebal
Dion hanya terkekeh kecil, lalu semakin mendekat hingga sebelah pipinya menempel pada sebelah pipi kekasihnya itu.
"Kamu ngapain?." tanya lurus Viona
"Coba lihat ke cermin." suruh Dion
Viona pun mulai melihat kembali ke arah cermin, dan melihat ada dua wajah disana. "Lalu?." tanyanya lagi
"Wajah kita mirip ya." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Lumayan." Viona balas menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Kata orang, kalau wajah kita mempunyai kemiripan dengan wajah pasangan kita itu artinya jodoh." Dion tersenyum penuh arti
"Jadi maksud kamu kita berdua itu jodoh?." Viona menjauhkan wajahnya dari Dion lalu menatap lurus kekasihnya itu
"Iya lah." Dion mengangguk singkat. "Emangnya kamu ga mau kalau aku jadi jodoh kamu?." tanyanya lurus
"Ngga." Viona menggelengkan kepalanya
"Kenapa?." Dion nampak muram
"Ngga salah lagi." Viona tersenyum lembut
"Kamu tuh ya." Dion langsung mencubit gemas hidung kekasihnya itu. "Bikin aku jantungan aja."
"Loh kenapa harus jantungan?." Viona menatap lurus Dion
"Kan kamu itu separuh hidup aku, jadi kalau sampai kamu pergi dari aku apalagi kalau sampai kita ga berjodoh separuh nyawa aku bisa pergi." jelas Dion
"Separuh doang perginya?." Viona tersenyum kecil
"Kan separuh nya lagi untuk membantu aku bertahan hidup, tapi di sisa hidup aku itu akan aku gunakan untuk selalu mengingat kamu." Dion tersenyum simpul
"Apaan sih, gombal mulu." sahut Viona yang langsung beranjak pergi
"Loh koq gombal sih? Aku serius tau." Dion menyusul kekasihnya yang tengah berjalan menuju ruang makan
"Udah, suttt." Viona menempelkan telunjuknya pada bibirnya sendiri
"Salah, harusnya suttt nya kesini." Dion membuat telunjuk Viona menjadi menempel pada bibirnya
"Dion." sahut Viona gemas, lalu segera menurunkan tangannya
Hingga tak terlalu lama, mereka pun tiba di ruang makan dan langsung memulai sarapan bersama yang lainnya.
"Udah selesai kan makannya?." tanya Dion kepada Viona yang duduk di sebelahnya setelah cukup lama kebersamaan itu terjalin
"Udah." Viona menganggukkan kepalanya. "Kenapa?." tanyanya santai
"Kita pergi sekarang." sahut Dion
"Tapi yang lain kan belum selesai sarapannya." Viona mengerutkan kening heran
"Gapapa kalian duluan aja, lagipula tujuan kita kan beda." Sarah tersenyum santai
"Beda? Loh bukannya kita semua mau jalan-jalan bareng." Viona nampak tak mengerti
"Siapa bilang? Orang kita mau jalan berdua." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Hah? Tapi kan..."
Viona tidak melanjutkan apa yang ingin dikatakannya ketika tiba-tiba saja Sarah memicingkan sebelah mata kepadanya tanpa diketahui oleh yang lain. Sejenak ia terdiam, lalu mulai memahami maksud dari ibu kekasihnya itu.
"Yaudah ayo kita pergi sekarang." ajak Viona kepada Dion dengan begitu semangat
"Ayo." Dion langsung mengangguk tak kalah semangat
Hingga akhirnya mereka pun mulai beranjak pergi, setelah berpamitan dengan semuanya. Namun Viona merasa aneh saat mereka sudah berada di depan Villa.
"Kamu kenapa?." tanya Dion lurus
"Koq mobil kamu ga ada?." Viona mengerutkan kening heran
"Ada koq di garasi." jelas Dion dengan santai
"Koq belum dikeluarin? Kan kita mau pergi sekarang." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Emang sengaja, karena kita perginya ga naik mobil. Tapi..."
"Tapi?." sela Viona
"Tapi naik itu." Dion langsung menunjuk sebuah motor ninja yang baru saja berhenti tak jauh dari mereka
"Itu bukannya motor yang kita pake saat kita baru temenan dulu?." tanya Viona lurus
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Motor yang kita pake saat kita mulai baikan, setelah dari awal kenal selalu aja ribut tiap ketemu." sahutnya sambil terkekeh kecil
Sejenak Viona tersenyum sambil mengingat masa-masa dulu dimana mereka selalu saja bertengkar setiap kali bertemu, hingga akhirnya mulai berteman baik dan bisa menjadi seperti sekarang.
"Ini Den, motornya." sahut Pak Willy yang baru turun dari motor itu seusai memarkirkannya
"Makasih ya Pak." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Sama-sama Den, kalau begitu saya permisi dulu." pamit Pak Willy lalu mulai berjalan memasuki villa
Sementara Viona masih saja berada di alam lamunannya, sambil terus mengembangkan senyuman di wajahnya. Membuat Dion ikut tersenyum sambil memperhatikan tingkah kekasihnya itu.