Part 28 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 28 LOVE IN RAIN
Amarah dan rasa sakit menyatu dalam diri Dion, air matanya pun terus saja menetes membasahi wajahnya. Ini memang sangat menyakitkan. Kekasih yang begitu disayanginya, yang selalu ia jaga dan lindungi. Kini telah dirusak begitu saja oleh manusia yang tidak berperasaan.
"Itulah alasan kenapa Viona ga mau sampai kalian tau, terutama kamu Dion. Karena dia merasa takut jika kamu akan pergi meninggalkannya saat mengetahui hal ini, meskipun pada kenyataannya sekarang dia sendiri yang malah menjauh dari kamu." lirih Vina dalam isak tangisnya
"Viona." Dion mengusap wajahnya frustasi
"Mama, tadi Viona ketemu sama Bu Ani dan dia nitipin ini buat mama." teriak Viona yang tiba-tiba datang memasuki rumah
Seketika Vina, Dion dan Sarah pun langsung mengalihkan pandangan ke arah gadis itu dengan wajah yang sama-sama berurai air mata.
"Dion dan tante Sarah ada disini? Apa itu artinya mereka udah mengetahui semuanya." pikir Viona yang langsung berdiri kaku di dekat pintu sambil menjatuhkan sebuah bingkisan yang dibawanya
Dadanya pun mulai terasa sesak, lalu ia langsung berlari menuju kamar dengan air mata yang mulai menetes. Namun dengan cepat Dion menyusul dan menghalangi jalannya untuk membuka pintu.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Viona mencoba menerebos untuk melewati Dion. Namun tanpa disangka, kekasihnya itu malah langsung memeluknya dengan sangat erat. Membuat dirinya membeku dan terdiam tak berkutik.
"Kenapa kamu menyembunyikan semua ini dari aku? Harusnya kamu bilang sama aku, dan kamu ga perlu takut kalau aku akan meninggalkan kamu jika mengetahui semuanya." lirih Dion dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya. "Seperti yang pernah aku bilang sama kamu, kalau aku akan selalu ada bersama kamu apapun yang terjadi. Jadi aku ga akan mungkin meninggalkan kamu, apalagi hanya karena hal ini."
"Untuk apa kamu tetap bertahan?." Viona yang sejak tadi tak memeluk balik langsung melepaskan pelukannya Dion. "Aku udah ga pantas lagi buat kamu. Kamu seharusnya mendapatkan yang jauh lebih baik, bukan perempuan kotor dan hina seperti aku." lanjutnya dengan nada disentakkan
"Ngga, sayang. Jangan merendahkan diri kamu seperti ini." Dion langsung menangkup kedua sisi wajah kekasihnya itu
"Iya Viona, jangan merendahkan diri kamu seperti ini. Karena yang kotor dan hina itu bukan kamu, tapi lelaki bajingan itu." Sarah mulai menghampiri Viona diikuti oleh Vina
"Untuk apa tante membela Viona? Bukankah tante pernah mengatakan kalau Viona diam-diam mempunyai hubungan dengan Dimas?." Viona langsung menoleh ke arah ibu dari kekasihnya itu. "Memang iya tante, Viona memang mempunyai hubungan dengan Dimas di belakangnya Dion. Bahkan hubungan kami itu jauh lebih dalam dari apa yang tante maksud." lanjutnya yang nampak emosi
"Viona." Sarah semakin mendekat dan ingin memegang wajahnya Viona, namun gadis itu langsung menghindar. "Tante minta maaf sama kamu, tante tau tante salah karena sudah mengatakan hal yang buruk tentang kamu. Tapi waktu itu tante hanya sedang emosi karena mengetahui bahwa kamu ternyata melindungi penjahat yang nyaris membuat Dion meninggal, tante sama sekali ga berniat untuk menyakiti kamu." lanjutnya dengan sangat tulus
Namun Viona tak merespon sedikit pun, gadis itu hanya menunduk sambil terus menangis.
"Sayang." Dion kembali menangkup kedua sisi wajah Viona, tapi kekasihnya itu langsung memalingkan wajah dan menjauh darinya
Viona merasa dirinya tak pantas lagi untuk tetap bersama Dion, lelaki baik-baik yang berasal dari keluarga kaya raya dan terhormat. Meskipun awalnya ia sendiri yang merasa takut jika harus kehilangan Dion, tapi sekarang ia menyadari bahwa kekasihnya itu sangat pantas untuk mendapatkan yang jauh lebih baik darinya.
"Sayang, dengerin mama. Kamu ga boleh seperti ini." Vina langsung menghampiri dan menghapus air mata Viona. "Mereka adalah orang-orang yang baik, mereka sayang dan peduli sama kamu. Meskipun sekarang mereka mengetahui kebenarannya, tapi mereka ga pergi, mereka tetap ada untuk kamu. Jadi kamu jangan terus menjauh dan menghindar seperti ini."
"Justru karena mereka orang baik Ma, mereka seharusnya menjauh dari Viona. Biar kehidupan mereka ga terkotori oleh..."
Vina langsung membungkam mulut anaknya itu dengan telapak tangan kanannya. "Cukup sayang, mama ga bisa lihat kamu seperti ini." sahutnya sambil berurai air mata
Viona kembali terbungkam, lalu langsung memeluk mamanya itu dengan sangat erat. Menangis sejadi-jadinya dan terlihat sangat menyakitkan.
Melihat Viona yang begitu hancur seperti itu, Sarah pun langsung mendekat dan mengelus lembut punggungnya. Sementara Dion tetap diam di posisinya, berdiri di dekat Vina sambil memfokuskan pandangan ke arah kekasihnya dengan tatapan sendu.
Hingga tiba-tiba ponsel Vina berdering. "Sebentar ya sayang." sahutnya sambil melepaskan pelukannya pada Viona, lalu merogoh saku rok nya untuk mengambil ponsel itu
"Iya Pak dengan saya sendiri."
"Sudah ketemu Pak?."
"Baik Pak, kalau begitu saya akan kesana sekarang juga."
"Mama teleponan sama siapa?." tanya Viona yang merasa heran
"Nanti mama jelaskan, tapi sekarang kamu ikut mama ya." ajak Vina yang langsung menarik tangan anaknya itu
"Tapi mau kemana Ma?." tanya Viona lagi
"Kita ke kantor polisi." jelas Vina. "Mama sudah melaporkan Dimas, dan sekarang dia sudah berhasil ditangkap."
"Apa? Mama melaporkan Dimas?." Viona nampak tercengang. "Ma, Viona kan udah bilang mama jangan melakukan apa-apa." lanjutnya yang merasa khawatir
"Mama ga mungkin tinggal diam, dia harus dikasih pelajaran." tegas Vina
"Yaudah kalau gitu, biar kita kesana naik mobilnya Dion." Sarah menyarankan
"Iya tante, biar Dion yang antar." Dion langsung menyetujui
Mereka pun langsung segera bergegas menuju kantor polisi. Termasuk Viona, yang akhirnya menerima dan menyetujui apa yang telah dilakukan oleh mamanya itu.
***
"Sebenarnya untuk apa lagi Bapak membawa saya kesini? Kan saya sudah terbukti bukan pelaku dari insiden yang terjadi pada Viona dan Dion." Dimas nampak tak mengerti
"Memang bukan untuk kasus itu kami membawa Anda, tapi untuk kasus yang lain yakni menodai seorang gadis." jelas polisi yang bertugas sebagai penyelidik itu sambil mendongakkan tubuhnya kepada Dimas yang terduduk dihadapannya
"Apa? Menodai seorang gadis? Bapak pasti salah orang, saya ga pernah menodai gadis manapun." Dimas semakin tak mengerti
"Anda tunggu saja, sebentar lagi pelapornya akan datang. Jadi Anda tidak akan bisa mengelak." tegas polisi itu
"Saya sudah datang Pak." Vina yang baru tiba ke kantor polisi, langsung memasuki ruang penyidik bersama Viona, Dion dan juga Sarah
Seketika Dimas pun langsung memutar kepalanya dan begitu terkejut ketika melihat mereka semua, terlebih ketika mengetahui bahwa Vina lah yang telah melaporkannya kepada polisi yang entah atas dasar apa. "Tante Vina." sahutnya yang langsung berdiri ketika perempuan itu sudah berada di depannya
Tanpa diduga, Vina langsung melayangkan tamparan keras pada pipi kanannya Dimas. "Ini hukuman karena kamu pernah mengkhianati anak saya." sahutnya dengan penuh amarah
"Dan ini hukuman karena kamu selalu mengganggu hidup anak saya." Vina kembali melayangkan tamparan keras, namun kali pada pipi kirinya Dimas. "Dan yang terakhir adalah hukuman karena kamu sudah menghancurkan hidup anak saya." lanjutnya yang kembali melayangkan tamparan keras pada pipi kanannya Dimas, namun jauh lebih keras dari yang sebelumnya
"Tante tunggu dulu, apa maksud tante dengan mengatakan bahwa saya telah menghancurkan hidupnya anak tante? Saya ga melakukan apa-apa sama Viona ataupun Feby." tanya Dimas sambil memegang kedua pipinya yang terasa sangat sakit
"Berhenti bersikap seolah kamu tidak tau apa-apa." Vina nyaris kembali melayangkan tamparan kerasnya
Namun dengan cepat Dion langsung menghampiri dan menahan Vina. "Udah tante, cukup. Orang seperti dia ga akan jera hanya karena diberi hukuman fisik, justru dia akan semakin nekat. Jadi mending kita serahkan saja semuanya sama pihak yang berwajib." sahutnya sambil membawa perempuan itu secara perlahan menuju ke posisi awalnya, yakni berdiri di belakang ruangan tersebut
"Jadi saudara Dimas, apakah Anda masih ingin mengelak setelah pihak pelapor dan korban dari tindak asusila yang Anda lakukan sudah berada disini?." tanya polisi tadi yang mulai melanjutkan penyelidikannya setelah Dimas kembali duduk dihadapannya
"Sial. Kenapa jadi kaya gini, gue kira dengan melakukan hal ini Dion bakal ninggalin Viona dan tante Vina bakal nyuruh gue buat nikahin Viona. Tapi nyatanya sekarang, mereka malah kompakan buat ngejeblosin gue ke penjara." gerutu Dimas dalam hatinya
"Saudara Dimas." polisi itu mencoba memanggil Dimas yang malah terdiam. "Saudara Dimas." panggilnya lagi sambil memukul meja yang berada di depannya
"Sa-saya bisa jelaskan Pak semuanya." Dimas nampak ketakutan. "Sebenarnya saya tidak melakukan hal itu pada Viona."
"Anda masih tidak mau mengaku juga?." Polisi itu menatap dengan sangat tajam
"Bukan tidak mau mengaku Pak, tapi saya memang tidak melakukan apapun terhadap Viona. Itu semua hanya rekayasa saya." jelas Dimas
"Bohong Pak, jangan percaya sama dia karena dia pintar mengelabui orang." sahut Dion yang masih merasa sangat kesal atas pengakuan palsu yang diberikan oleh lelaki itu tentang kasusnya beberapa waktu lalu
"Saya ga bohong Pak, saya benar-benar tidak melakukan apapun terhadap Viona." Dimas mencoba meyakinkan
"Kalau begitu, berikan saya bukti nyata yang bisa menunjukkan bahwa Anda memang tidak melakukan tindak asusila ini." tegas polisi itu
"Saya punya buktinya Pak."
Tiba-tiba seorang gadis datang memasuki ruangan itu bersama seorang polisi yang mencekalnya.
"Siapa gadis ini?." tanya Sarah sambil memperhatikan gadis itu yang berjalan melewatinya
"Dia adalah orang yang ikut menjebak Viona bersama Dimas, tante." jawab Viona dengan tatapan kebencian yang ditunjukkannya kepada Dimas dan juga gadis itu
"Bukti apa yang Anda miliki?." tanya lurus polisi yang menyelidiki tadi
"Semuanya bisa Bapak lihat pada rekaman CCTV ini, karena saya memang sengaja memasangnya pada saat kejadian. Sehingga jika terjadi hal ini, saya bisa melakukan pembelaan." jelas gadis tersebut
Polisi itu pun langsung menyalakan laptopnya, lalu menayangkan rekaman CCTV yang diberikan kepadanya. Disana terlihat bahwa gadis itu berada di sebuah kamar bersama Viona yang berada di tempat tidur dalam keadaan tak sadarkan diri, dengan pakaiannya yang tersimpan asal di dekatnya serta menggunakan selimut sampai ke leher. Hingga beberapa saat kemudian, Dimas masuk dan gadis itu pun keluar.
Sejenak, Dimas hanya terdiam sambil tersenyum memperhatikan Viona. Lalu ia langsung melepas pakaiannya hingga hanya tersisa sebuah kaos tanpa lengan dan juga celana pendek, kemudian ia mulai terbaring di samping Viona sambil menutupi tubuhnya dengan selimut yang sama. Sampai akhir rekaman itu, memang benar tidak terjadi apa-apa dari keduanya bahkan tidak ada kontak fisik sedikitpun. Hanya saja saat Viona terbangun, Dimas berhasil meyakinkan bahwa mereka benar-benar sudah melakukan hal itu.
"Bapak lihat sendiri kan? Saya memang tidak melakukan apa-apa, saya hanya tidur disamping Viona." sahut Dimas setelah pemutaran rekaman CCTV itu selesai. "Jangankan untuk menyentuhnya, untuk sekedar melihat bagian tubuhnya yang hanya ditutupi oleh selimut pun tidak saya lakukan."
"Jadi Anda benar-benar merekayasa kejadian ini?." polisi itu nampak emosi. "Apa alasannya Anda berbuat seperti ini?."
Belum juga Dimas menjawab, tiba-tiba Viona menghampiri dan langsung melayangkan tamparan sangat keras pada pipi kanannya yang masih memerah akibat tamparan yang diberikan oleh Vina tadi.
"Lo bener-bener keterlaluan ya." Viona meluapkan semua emosinya sambil mencakar bagian wajah, leher dan lengan lelaki itu
"Sayang, udah sayang."
Dengan sigap Dion pun langsung menghampiri dan menahan kekasihnya agar tidak menyerang Dimas lagi.
"Lepasin." Viona mencoba memberontak sambil melepaskan dirinya dari pegangan Dion
"Udah cukup sayang, jangan mengotori tangan kamu hanya untuk memberi dia pelajaran." sahut Dion dengan sangat lembut
"Lo kenapa sih ga pernah berhenti ngegangguin hidup gue dan bikin hidup gue menderita? Apa salah gue sama lo sampai lo tega kaya gini ke gue?." tanya Viona dengan sangat kesal sambil berurai air mata, masih dalam pegangan Dion
"Ngga, Viona. Aku sama sekali ga ingin mengganggu hidup kamu dan membuat hidup kamu menderita. Aku melakukan ini karena aku cinta sama kamu, aku cuma ingin kamu kembali sama aku." jelas Dimas yang langsung berdiri, lalu menatap mantan kekasihnya itu dengan rasa bersalah yang sangat besar. "Makanya aku sampai melakukan rekayasa ini, setelah aku gagal membuat Dion mati dalam insiden itu. Agar dia pergi dari kehidupan kamu dan kamu kembali lagi sama aku." lanjutnya sambil meneteskan air mata
"Asal lo tau ya, gue ga akan pernah kembali lagi sama orang kaya lo. Sekalipun Dion beneran meninggal karena insiden itu, gue tetep ga akan pernah kembali sama lo." tegas Viona dalam tangis kekesalannya
"Dan perlu lo tau juga, jika lo pikir gue akan pergi meninggalkan Viona hanya karena rekayasa yang lo buat ini. Lo salah besar. Karena cinta gue ke Viona ga selemah lo yang dengan mudahnya bisa pergi dan mengkhianati cintanya Viona." tambah Dion tak kalah tegas
"Dan perlu lo inget baik-baik, lo bukan hanya manusia paling menjijikkan yang pernah gue kenal. Tapi lo juga adalah manusia paling rendah dan hina di muka bumi ini yang pernah gue kenal." Viona kembali meluapkan emosinya sambil menunjuk lelaki itu. "Setelah ini jangan pernah mengganggu hidup gue lagi. Karena gue ga akan pernah mau kenal lagi sama orang kaya lo, dan gue sangat menyesal karena pernah menjadikan lo sebagai bagian penting dalam hidup gue."
Dimas hanya terdiam tak berkutik, mungkin hanya air mata yang mampu menyiratkan bagaimana perasaannya sekarang. Lelaki itu sangat merasa menyesal dan juga bersalah atas semua perbuatannya selama ini.
"Anda tau? Dengan melakukan rekayasa seperti ini, Anda bisa dipidana atas kasus penipuan. Terlebih tadi Anda telah mengakui bahwa Anda memang berusaha untuk menghilangkan nyawa saudara Dion dengan sengaja." tegas polisi yang membuat lelaki itu hanya terdiam pasrah. "Anda bisa dikenai pasal yang berlapis, saudara Dimas. Dan Anda juga bisa dipenjara dalam waktu yang lama."
"Lebih baik kita pulang sekarang, masalah dia biar menjadi urusannya polisi." Vina langsung menghampiri sambil memegang lengan Viona
***
Dia adalah orang yang membuatku bisa mengenal hujan. Dan dia adalah badai terbesar dalam hujan itu. Yang tiada hentinya hadir untuk menciptakan setiap masalah demi masalah. Yang tiada hentinya datang untuk membuat hujan air mata terus turun. Serta yang tiada hentinya memberikan kepahitan.
"Sayang." Vina membuat Viona yang tengah terlarut dalam kesedihannya tersadar. "Udah, jangan dipikirkan lagi. Semuanya sudah berakhir." sahutnya sambil tersenyum lembut kepada anaknya itu
"Tapi badai ga akan mudah pergi Ma." balas Viona tanpa sadar
"Maksud kamu?." Vina mengerutkan kening heran
"Hah? Ngga, maksud Viona semoga badai itu benar-benar pergi. Karena Viona cape jika harus terus menghadapi badai yang sama berulang kali." Viona menatap dengan penuh arti. "Viona ingin hidup tenang dan bahagia seperti dulu, sebelum Viona mengenal hujan."
"Ternyata Viona masih saja menganggap bahwa hujan adalah penyebab dari semua masalahnya." pikir Dion dalam diamnya sambil terus fokus menyetir
Karena memang saat ini Vina dan Viona tengah berada di dalam mobil lelaki itu, tepatnya di jok belakang. Sementara Sarah terduduk di samping kursi kemudi.
"Udah sayang jangan terus membebani pikiran kamu dengan hal-hal seperti ini." sahut Vina. "Gimana kalau sekarang kita cari tempat makan aja, kan udah lama juga kita ga pernah makan di luar." ajaknya lembut
"Kalau gitu, mending kita ke restorannya Dion aja tante. Tempatnya juga ga jauh dari sini koq." Dion mengusulkan
"Mama setuju." Sarah mengangguk mantap. "Lagipula kamu sama Viona kan belum pernah ke restoran lagi semenjak insiden itu terjadi." lanjutnya dengan santai
"Tante juga setuju." Vina ikut menyetujui. "Biar tante juga bisa tau gimana tempat kerja Viona selama ini." lanjutnya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya kepada Viona yang terduduk menyender di sebelahnya
"Yaudah kita kesana aja." Viona balas menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
***
Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba di restoran milik Dion. Dan langsung keluar dari mobil untuk segera memasuki restoran itu.
"Vina, lebih baik kita masuk duluan aja yukk." ajak Sarah yang langsung disetujui oleh perempuan itu
Sementara Viona dan Dion masih sama-sama terdiam di samping mobil. Lalu Dion mulai mendekat, dan membuat kekasihnya itu terkejut saat ia merangkulnya.
"Kenapa? Mau menghindar lagi?." tanya Dion lurus. "Terus kamu mau bilang kalau kamu udah ga pantas lagi buat aku, karena sekarang kamu adalah perempuan yang kotor dan hina." lanjutnya sambil bertingkah seperti Viona yang hancur tadi
"Ih Dion." Viona langsung mencubit gemas pinggang kekasihnya itu. "Dasar kucing rese."
"Panggilan itu lagi?." Dion mengerutkan kening samar. "Dasar kelinci galak." lanjutnya sambil mencubit gemas hidung Viona
"Kamu tuh ya." Viona berusaha membalas untuk mencubit hidungnya Dion, tapi lelaki itu terus menghindar. "Dion, sini ga." sahutnya saat kekasihnya itu terus menjauhkan wajahnya
"Ga kena." Dion terus menjaili sambil terus menghindar dan menghalangi tangan Viona yang ingin mencubit hidungnya
Sejenak Viona terdiam, lalu langsung mencubit gemas hidung Dion ketika kekasihnya itu ikut terdiam memperhatikannya. Dan ia tertawa sangat lepas setelahnya.
"Nah gini dong, kembali jadi Viona yang ceria dan galak." sahut Dion lembut. "Aku seneng kalau kamu bisa bahagia lagi." lanjutnya sambil menatap dengan sangat dalam
"Lelaki ini memang kebalikannya dari Dimas. Dia lembut, penuh kasih sayang, begitu tulus, selalu menjaga dan melindungi, serta selalu bisa menjadi penenang untukku." gumam Viona dalam hatinya
"Viona." panggil Dion. "Hey." lanjutnya sambil mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajah kekasihnya itu
"Eh iya." Viona langsung mengerjapkan matanya
"Kamu ngelamun?." tanya Dion lurus
"Ngga ngelamun." elak Viona. "Aku cuma lagi berpikir, kalau aku benar-benar beruntung bisa dimiliki oleh kamu." sahutnya dengan sangat lembut
Dion tersenyum sejenak. "Yang seharusnya beruntung itu aku kali, karena bisa dimiliki oleh kamu. Dimiliki oleh perempuan yang sangat cantik, punya hati yang lembut dan tulus, juga selalu bisa membuat orang-orang disekelilingnya bahagia." sahutnya sambil menatap dengan sangat dalam
"Kamu itu ya." Viona nampak menahan senyum bahagianya. "Yang harusnya banyak memberi pujian itu aku ke kamu, bukan malah sebaliknya." lanjutnya yang nampak gemas dengan kekasihnya itu
Sementara Dion hanya terkekeh kecil, lalu menunjukkan telapak tangan kirinya kepada Viona. "Janji ya sama aku, untuk ke depannya apapun yang terjadi. Seburuk apapun kenyataan yang kamu hadapi. Kamu harus selalu bilang sama aku, jangan pernah menyembunyikannya dari aku." sahutnya sambil menatap dengan penuh arti
"Aku janji." Viona langsung meletakkan telapak tangan kanannya di atas telapak tangan kekasihnya itu, lalu keduanya saling menggenggam sangat erat
"Yaudah kita masuk ke dalam sekarang?." ajak Dion sambil menggerakkan kepalanya ke arah pintu restoran
"Ayo." Viona langsung menganggukkan kepalanya
"Dion, Viona."
Hingga kaki yang mulai melangkah kembali terhenti ketika ada seorang lelaki yang memanggil nama mereka berdua.
"Papa." sahut Dion saat sudah membalikkan badan bersama Viona, dan mengetahui bahwa yang memanggilnya tadi adalah Reza. "Papa kapan balik dari Jerman? Koq tiba-tiba bisa ada disini?." tanyanya yang merasa heran
"Baru aja papa sampai ke bandara tadi, terus pas di jalan pulang mama kamu nelpon dan bilang lagi pada kumpul disini. Jadi papa langsung kesini deh." jelas Reza dengan sangat santai
"Ya ampun Pa, kenapa ga bilang sih." Dion langsung berpelukan dengan papanya itu. "Kalau tau papa pulang hari ini, kan aku bisa jemput papa di bandara." lanjutnya setelah selesai berpelukan
"Gapapa, lagipula kan kamu lagi nemenin Viona." sahut Reza sambil tersenyum tenang
"Hah?." Viona nampak terkejut
"Om sudah tau semuanya, karena tante selalu menceritakan apapun yang terjadi disini selama om pergi." jelas Reza. "Om minta maaf ya, karena om ga ada disini saat kamu sedang melewati masa-masa pahit. Karena memang ada pekerjaan yang ga bisa om tinggalkan, Dion saja sampai harus om tinggalkan saat dia masih berada di rumah sakit."
"Gapapa koq om, yang penting kan sekarang semuanya udah baik-baik aja. Om udah kembali kesini lagi, dan masalah Viona juga udah selesai." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Reza hanya balas tersenyum, lalu mulai berjalan memasuki restoran bersama sepasang kekasih itu.