HPK

mesothelioma survival rates,structured settlement annuity companies,mesothelioma attorneys california,structured settlements annuities,structured settlement buyer,mesothelioma suit,mesothelioma claim,small business administration sba,structured settlement purchasers,wisconsin mesothelioma attorney,houston tx auto insurance,mesotheliama,mesothelioma lawyer virginia,seattle mesothelioma lawyer,selling my structured settlement,mesothelioma attorney illinois,selling annuity,mesothelioma trial attorney,injury lawyer houston tx,baltimore mesothelioma attorneys,mesothelioma care,mesothelioma lawyer texas,structered settlement,houston motorcycle accident lawyer,p0135 honda civic 2004,structured settlement investments,mesothelioma lawyer dallas,caraccidentlawyer,structured settlemen,houston mesothelioma attorney,structured settlement sell,new york mesothelioma law firm,cash out structured settlement,mesothelioma lawyer chicago,lawsuit mesothelioma,truck accident attorney los angeles,asbestos exposure lawyers,mesothelioma cases,emergency response plan ppt,support.peachtree.com,structured settlement quote,semi truck accident lawyers,auto accident attorney Torrance,mesothelioma lawyer asbestos cancer lawsuit,mesothelioma lawyers san diego,asbestos mesothelioma lawsuit,buying structured settlements,mesothelioma attorney assistance,tennessee mesothelioma lawyer,earthlink business internet,meso lawyer,tucson car accident attorney,accident attorney orange county,mesothelioma litigation,mesothelioma settlements amounts,mesothelioma law firms,new mexico mesothelioma lawyer,accident attorneys orange county,mesothelioma lawsuit,personal injury accident lawyer,purchase structured settlements,firm law mesothelioma,car accident lawyers los angeles,mesothelioma attorneys,structured settlement company,auto accident lawyer san francisco,mesotheolima,los angeles motorcycle accident lawyer,mesothelioma attorney florida,broward county dui lawyer,state of california car insurance,selling a structured settlement,best accident attorneys,accident attorney san bernardino,mesothelioma ct,hughes net business,california motorcycle accident lawyer,mesothelioma help,washington mesothelioma attorney,best mesothelioma lawyers,diagnosed with mesothelioma,motorcycle accident attorney chicago,structured settlement need cash now,mesothelioma settlement amounts,motorcycle accident attorney sacramento,alcohol rehab center in florida,fast cash for house,car accident lawyer michigan,maritime lawyer houston,mesothelioma personal injury lawyers,personal injury attorney ocala fl,business voice mail service,california mesothelioma attorney,offshore accident lawyer,buy structured settlements,philadelphia mesothelioma lawyer,selling structured settlement,workplace accident attorney,illinois mesothelioma lawyer

Menu Navigasi

Part 21 LOVE IN RAIN

novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 21 LOVE IN RAIN

"Selama ini Viona selalu nolak gue, tapi sekarang gue akan bikin dia ga akan pernah bisa nolak gue lagi." gertak Dimas saat mobilnya baru saja tiba di parkiran kampusnya Viona
Lalu ia langsung keluar dari mobilnya untuk mencari keberadaan mantan kekasihnya itu. Tak butuh waktu lama, ia pun menemukan Viona tepat saat ia hendak memasuki gedung perkuliahan.
"Viona." panggil Dimas saat Viona langsung berbalik arah karena ingin menjauh darinya. "Viona, Viona tunggu." lanjutnya saat sudah berhasil mengejar gadis itu sambil memegang tangannya dengan erat
"Lepasin." Viona berusaha menepis pegangan lelaki itu, namun pegangannya terlalu kuat
"Ngga, aku ga bakal lepasin kamu." tegas Dimas. "Sekarang juga kamu harus ikut sama aku." ajaknya sambil menarik gadis itu
"Gue ga mau." Viona terus berusaha menolak, tapi Dimas terus menariknya hingga ke parkiran
"Masuk ke mobil." suruh Dimas setelah membukakan pintu mobilnya
"Ngga, gue ga mau." tegas Viona
"Masuk aku bilang." Dimas langsung mendorong Viona ke dalam mobil hingga gadis itu tersungkur
Viona langsung bangkit untuk keluar dari mobil itu, tapi dengan cepat Dimas menyusul masuk lalu mengunci otomatis pintu dan jendela mobilnya.
"Buka ga pintunya." suruh Viona dengan sangat kesal
"Ngga. Aku ga bakal buka pintunya, sebelum kita sampai ke tempat yang udah aku siapin untuk kamu." tolak Dimas dengan santai yang langsung mengemudikan mobilnya
"Lo tuh bener-bener ya." geram Viona, lalu berusaha membuka pintunya
"Daripada kamu cape-cape kaya gitu, mendingan kamu duduk manis disamping aku. Sebentar lagi kita nyampe koq." Dimas kembali bersikap santai
Namun Viona sama sekali tak menghiraukan lelaki itu, ia sibuk merogoh tas untuk mencari ponselnya. Lalu ia langsung mencari kontak Dion agar kekasihnya itu dapat menolongnya, namun dengan cepat Dimas langsung merebut ponselnya.
"Balikin ga ponsel gue." Viona berusaha merebut ponselnya dari Dimas
"Ngga." tolak Dimas. "Sekarang kamu lagi sama aku, jadi cuma aku yang harus menjadi prioritas kamu."
"Lo gila ya? Hentiin ga mobilnya sekarang juga." Viona menatap dengan tajam
"Aku emang gila, gila karena kamu. Dan kamu tenang aja, aku bakal berhenti koq tapi ga disini." Dimas menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Arghhh." Viona langsung memegang setir yang tengah dikemudikan oleh Dimas
"Diam Viona atau kita bisa celaka." Dimas berusaha menjauhkan tangan Viona dari setir itu
"Kalau lo ga mau kita celaka, berhenti disini sekarang juga." sahut Viona dengan tajam
"Aku bilang ngga ya ngga." Dimas langsung mencengkram erat kedua pergelangan tangan Viona agar gadis itu tak mengganggu konsentrasinya dalam menyetir
Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah apartement. Dimas pun langsung membawa Viona keluar dari mobil, lalu menarik paksa gadis itu memasuki apartement.
Meskipun Viona terus berusaha memberontak, tapi tetap saja ia tak bisa berbuat apa-apa. Karena kekuatannya tak sebanding dengan Dimas yang puluhan kali lebih kuat darinya. Lelaki itu terus menarik tangannya hingga ke lantai tiga dan memasuki sebuah kamar yang berada disana.
"Surprise." teriak Dimas setelah mengunci pintu kamarnya dan melepaskan cengkramannya pada Viona
"Gue mau pulang, biarin gue pergi." Viona langsung membalikkan badan dan berusaha melewati Dimas yang menghalangi jalannya
"Nanti pasti aku anterin pulang koq. Tapi sekarang kita makan dulu yu, coba kamu lihat aku udah siapin makan siang romantis buat kamu." Dimas kembali membalikkan badan Viona dan menunjukkan apa yang sudah disiapkannya pada gadia itu
"Gue ga mau, gue mau pulang sekarang juga." Viona terus mencoba untuk pergi
"Viona, sebentar aja. Aku cuma pengen ngerasain lagi makan siang berdua sama kamu, seperti yang biasa kita lakukan saat masih pacaran dulu." Dimas kembali menghalangi jalan gadis itu sambil memegang kedua lengannya
"Tapi gue ga mau, lo makan aja sendiri." sinis Viona sambil berusaha melepaskan pegangan lelaki itu
"Kamu kenapa sih selalu nolak aku?." tanya Dimas sambil memperkuat pegangannya
"Seperti yang udah pernah gue bilang sebelumnya, kalau gue ga mau punya urusan apa-apa lagi sama lo." tegas Viona dengan tajam
"Tapi ini cuma makan siang doang. Please sekali aja, setelah ini aku janji aku ga bakal maksa-maksa kamu lagi." pinta Dimas
"Tapi gue ga mau." Viona melepaskan pegangan Dimas dengan sekuat tenaganya
Saking kuatnya, tangan gadis itu sampai menubruk gelas yang berada di atas meja makan yang sudah disiapkan oleh Dimas. Dengan cepat ia pun langsung menoleh ke belakang dimana meja itu berada, minuman dalam gelas yang ditubruknya tadi tumpah dan mengotori seluruh meja yang dipenuhi makanan dengan alas kain putih.
"Kamu bener-bener ya ga menghargai apa yang udah aku siapin buat kamu." kesal Dimas sambil memperhatikan meja makan yang kini sudah berantakan
"Tapi Dimas gue ga sengaja." Viona nampak merasa bersalah
"Ga sengaja apa? Hah? Kamu selalu nolak aku, dan sekarang kamu menghancurkan apa yang udah aku siapin untuk kamu." Dimas menatap dengan kesal
"Ya gue emang ga sengaja, lagipula salah lo sendiri kenapa lo maksa gue buat tetep disini. Padahal jelas-jelas lo tau kalau gue ga mau berhubungan lagi sama lo." tegas Viona kembali menatap dengan tajam
"Aku maksa kamu untuk tetap disini karena aku ingin kamu ada disini. Jadi Viona, bisa ga sekali ini aja kamu ga nolak aku?." Dimas kembali memegang erat kedua lengan gadis itu
"Ngga, sampai kapanpun gue akan selalu nolak lo." tegas Viona
"Cukup Viona." Dimas memperkuat pegangannya hingga membuat Viona merintih kesakitan
"Jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar sama kamu. Karena itu salah kamu sendiri yang ga bisa dihadapi dengan sikap lembut."
"Jika selama ini kamu selalu nolak aku, tapi mulai sekarang kamu ga akan pernah bisa nolak aku lagi." Dimas membuat Viona berjalan mundur dengan rasa takut yang mulai menghampiri
"Apa yang mau lo lakuin?." tanya Viona dalam ketakutannya
"Aku mau melakukan sesuatu yang membuat kamu tidak akan pernah bisa lepas lagi dari aku." Dimas tersenyum misterius sambil terus membuat Viona berjalan mundur lalu menjatuhkan gadis itu pada sofa yang berada di belakangnya
"Aww." rintih Viona karena Dimas menjatuhkannya dengan cukup keras
Dimas langsung menghalangi pergerakan Viona, saat gadis itu berusaha untuk terbangun dari sofa.
"Kamu ga akan bisa kemana-mana, karena mulai detik ini kamu akan menjadi milik aku seutuhnya." Dimas kembali tersenyum misterius
"Apa maksud lo?." Viona semakin merasa ketakutan
"Seperti yang aku bilang tadi, kamu akan menjadi milik aku seutuhnya." Dimas memberi tekanan pada setiap kata yang diucapkannya
Ketakutan Viona semakin menjadi, ia langsung bergerak mundur. Namun Dimas terus mendekatinya dan langsung mencoba menerkam. Seperti hewan buas yang ingin memakan mangsanya. Lelaki itu berusaha menyentuh bibirnya, namun ia terus memberontak dan berhasil lolos dari setiap serangan yang ditunjukkan kepadanya.
"Oh jadi kamu ingin bermain-main dengan aku." Dimas tersenyum licik
"Gue mohon Dimas, jangan lakuin ini. Biarin gue pergi." pinta Viona dengan air mata yang mulai menetes
"Biarin kamu pergi? Sudah terlambat sayang." Dimas mengelus pipi Viona. "Andai aja kamu tadi ga nolak aku, terus kamu mau makan siang sama aku. Pasti sekarang aku anterin kamu pulang."
"Dimas gue mohon, biarin gue pergi dari sini." pinta Viona lagi
"Ga semudah itu Viona." Dimas langsung mencengkram erat kedua pergelangan tangan gadis itu. "Kamu udah berulang kali nolak aku, jadi aku ga akan semudah itu biarin kamu pergi dari sini."
"Sakit Dimas." Viona merintih kesakitan dan semakin berlinang air mata
"Sakit?." Dimas memperkuat cengkramannya. "Sakitan mana sama aku yang selalu kamu tolak?." tanyanya dengan sangat tajam
"Gue minta maaf. Tapi please lepasin tangan gue, dan biarin gue pergi dari sini." Viona kembali memohon sambil terus merintih kesakitan
"Kan udah aku bilang, ga semudah itu sayang." Dimas kembali tersenyum licik
Lalu ia kembali berusaha untuk menyentuh bibir Viona. Tapi lagi lagi gadis itu memberontak hingga membuatnya geram. "Berhenti nolak aku atau aku akan bersikap lebih kasar dari ini." gertaknya sambil lebih memperkuat cengkramannya
Viona semakin dan semakin merintih kesakitan, terlebih sekarang kedua pergelangan tangannya itu menjadi memar dan memerah. Namun rupanya sedikitpun Dimas tidak perduli, lelaki itu justru kembali berusaha menyerang. Dan berhasil menyentuh bagian lehernya yang bercucuran dengan keringat karena terus-menerus memberontak.
"Aroma keringat kamu sangat menggoda." Dimas tersenyum layaknya lelaki hidung belang
"Lo bener-bener gila." rintih Viona dengan wajah yang dibasahi air mata dan keringat. "Tolong, siapapun tolong aku." teriaknya sekeras mungkin
"Kamu mau minta tolong sama siapa? Bukankah kamu sudah sering ke apartement ini, dan kamu tau sendiri kalau di lantai tiga ini hanya ada 4 kamar yang terisi. Penghuni dari 3 kamar itu sedang tidak berada dikamarnya kalau jam segini, dan 1 kamar lagi ya dihuni oleh kita berdua. Jadi intinya di lantai ini hanya ada kita berdua, dan sekeras apapun kamu berteriak tidak akan terdengar sampai bawah." jelas Dimas panjang lebar sambil mencengkram kedua sisi wajah Viona dengan satu tangan, sedang tangan lainnya masih mencengkram erat kedua pergelangan tangan gadis itu
Viona kembali berusaha memberontak dengan sisa tenaganya, namun Dimas kembali memperkuat cengkramannya yang membuat gadis itu semakin merasa kesakitan.
Lalu Dimas kembali berusaha menyentuh bibir Viona, dan kali ini Viona pun menyadari jika serangannya tidak akan melesat lagi. Semakin dekat, semakin dekat dan hampir saja berhasil. Namun dengan seluruh tenaganya, ia mendorong lelaki itu hingga nyaris tersungkur ke bawah.
"Jadi kamu benar-benar ingin aku bersikap lebih keras dari ini." Dimas kembali mencengkram kedua pergelangan tangan Viona jauh lebih kuat dari sebelumnya
"Aww, Dimas sakit." Viona semakin dan semakin merintih kesakitan
"Maka dari itu, kamu jangan terus menolak aku." Dimas semakin memperkuat lagi cengkramannya
"Aww." teriak Viona yang sudah berada pada puncak kesakitannya
"Jadi gimana? Masih mau menolak?." Dimas mendekatkan wajahnya pada gadis itu
Viona hanya terdiam dalam isakan tangisnya, karena ia sudah tak kuat untuk berbicara. Cemgkraman itu lebih dari menyakitkan.
"Bagus. Coba kalau kamu kaya gini dari tadi, aku ga perlu repot-repot menyakiti tangan kamu." Dimas membelai rambut Viona lalu mengusap setiap keringat yang terlihat olehnya, masih dengan cengkramannya
Viona masih terdiam lemas, hingga akhirnya mulai memberontak saat Dimas kembali berusaha menyerangnya.
"Sudah aku bilang diam Viona." geram Dimas yang langsung mendorong gadis itu hingga kepalanya membentur tepi ujung sofa yang keras
Viona sama sekali tak bereaksi lagi, dan jelas saja hal itu membuat Dimas merasa khawatir. Perlahan ia pun membalikkan kepala Viona yang tersungkur akibat dorongannya. Gadis itu tak sadarkan diri dan sebelah keningnya berdarah.
"Viona, Viona bangun Viona." Dimas mencoba menyadarkan gadis itu
Sampai akhirnya tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamarnya dibuka dengan paksa, lelaki itu pun langsung menoleh dengan cepat. "Dion." sahutnya saat mengetahui bahwa Dionlah yang telah mendobrak pintu kamarnya
"Viona." pandangan Dion langsung tertuju pada kekasihnya yang tak sadarkan diri dengan kening berdarah. "Apa yang udah lo lakuin sama Viona?." lanjutnya yang langsung menarik kerah kemeja Dimas dan menjauhkan lelaki itu dari sofa tempat Viona terbaring tak sadarkan diri
"Dion lo tenang dulu, tadi gue ga sengaja ngedorong Viona dan ngebuat dia..."
Dion langsung melayangkan pukulan keras pada wajahnya Dimas. "Apa? Lo ngedorong dia?." geramnya yang langsung mendorong lelaki itu hingga tersungkur ke lantai
"Sayang, sayang bangun sayang." Dion mencoba menyadarkan Viona, lalu pandangannya tertuju pada kedua pergelangan tangan kekasihnya itu yang memar dan dilingkari garis merah. "Dimas." geramnya yang langsung menoleh ke arah Dimas yang masih tersungkur di lantai
Kemudian Dion langsung membopong Viona, karena masih belum ada juga reaksi yang ditunjukkan olehnya. Namun tepat saat ia sampai di ambang pintu, petugas keamanan yang memang sudah ia mintai tolong sebelumnya pun tiba.
"Apa yang terjadi mas? Kenapa mba ini keningnya berdarah?." tanya salah seorang dari mereka
"Saya juga ga tau pak, lebih baik kalian urus orang itu. Karena saya harus membawa pacar saya ke rumah sakit secepatnya." jelas Dion di tengah kepanikannya
"Lebih baik dibawa ke klinik samping apartement ini aja mas, karena kalau ke rumah sakit nanti kejauhan." sahut yang lainnya
Dengan cepat Dion pun langsung melanjutkan langkahnya, terus membopong Viona dari lantai tiga menuju klinik. Karena memang kliniknya berada tepat di samping apartement, sehingga ia lebih memilih berjalan kaki dibandingkan menggunakan mobil.
Sementara Viona sedang ditangani oleh dokter, Dion mencoba mengabari Vina dengan setenang mungkin agar perempuan itu tidak panik saat mengetahui keadaan anaknya.
"Pasien sudah selesai diperiksa mas." salah satu perawat menghampiri Dion yang memang sejak tadi berada di ruangan rawat Viona
"Bagaimana keadaannya sekarang?." tanya Dion yang baru selesai menelepon Vina
"Hanya benturan biasa, jadi mas tidak perlu khawatir. Mungkin hanya tangannya saja yang harus dirawat secara intensif, karena memarnya cukup serius. Tapi itu bisa dirawat di rumah koq dan pasien sudah bisa di bawa pulang setelah sadar nanti." jelas perawat itu panjang lebar
"Oh iya, makasih ya mba." Dion menunjukkan wajah tenang
Lalu ia menghampiri Viona setelah kedua perawat dan dokternya keluar dari ruangan. Kekasihnya itu masih belum sadarkan diri, dengan perban yang menempel pada sebelah keningnya dan juga melingkari kedua pergelangan tangannya.
"Viona." Vina yang baru tiba langsung berlari menghampiri Viona diikuti oleh Feby
"Kak Dion, kak Viona kenapa?." tanya Feby dengan wajah dipenuhi kekhawatiran
"Kakak juga ga tau, tapi yang jelas kakak menemukan kak Viona sudah tidak sadarkan diri di apartementnya Dimas. Dengan kening berdarah dan memar di kedua pergelangan tangannya." jelas Dion
"Apa? Jadi Dimas yang membuat Viona menjadi seperti ini?." kesal Vina sambil terus mengelus kepala anak pertamanya itu
"Iya tante." Dion mengangguk singkat
"Sayang." Vina terus menatap sendu Viona
Lalu perlahan Viona mulai sadarkan diri, dan langsung bangkit serta memeluk erat Vina. "Mama." rintihnya dengan isakan tangis
"Tenang sayang tenang, mama ada disini." Vina balik memeluk dengan lebih erat, karena ia merasakan ada ketakutan mendalam yang tengah dirasakan oleh anaknya itu
"Viona takut Ma, Viona takut." rintih Viona kembali yang semakin terisak dalam tangisnya
"Kamu ga perlu takut sayang." Vina mengurai pelukannya. "Disini ada mama, ada Feby dan ada Dion juga."
"Dion." Viona langsung menoleh ke arah Dion yang sejak tadi terduduk di belakangnya di ranjang yang sama
"Iya sayang, aku ada disini. Kamu ga perlu takut." Dion langsung mengelus lembut pipi kekasihnya itu
"Kenapa kamu bisa ada disini?." Viona mengerutkan kening heran
"Tadi ada temen kamu yang nelpon aku, dia ngeliat kamu ditarik secara paksa oleh Dimas ke apartement. Makanya aku langsung nyusul, tapi aku kejebak macet dan saat aku sampai kamu sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri." jelas Dion dengan tenang
Viona pun mulai mengingat kejadian tadi, dimana Dimas berulang kali ingin menyentuhnya. Namun ia terus memberontak, hingga lelaki itu mencengkram kuat kedua pergelangan tangannya dan mendorongnya hingga tak sadarkan diri.
Seketika gadis itu langsung menggosok lehernya dengan kasar karena merasa jijik. Namun karena terlalu kuat menggosok, tangannya kembali terasa sakit.
"Memar di pergelangan tangan kamu cukup serius, jadi jangan terlalu banyak digerakkin dulu tangannya." Dion menurunkan tangan Viona dan membuatnya lebih tenang
"Iya sayang, kamu yang tenang. Jangan banyak bergerak dulu." Vina ikut menenangkan dan menahan Viona yang ingin menggosok lehernya kembali. "Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu terlihat jijik dengan leher kamu sendiri?." tanyanya yang merasa heran
"Karena Dimas sudah berhasil menyentuh leher Viona Ma." Viona kembali menangis dengan sangat menyakitkan. "Dan dia juga berusaha menyentuh bagian yang lain, tapi Viona terus memberontak. Hingga dia mencengkram kuat pergelangan tangan Viona dan dia mendorong Viona hingga Viona..."
Vina langsung menarik Viona ke dalam dekapannya, dan memeluknya dengan sangat erat.
"Apa? Dimas ngelakuin itu sama kakak?." Feby nampak mulai geram
"Dia benar-benar keterlaluan." Vina pun mulai geram
"Kurang ajar, berani-beraninya dia berusaha untuk menyentuh Viona." geram Dion dalam hatinya yang langsung mengepalkan kedua tangannya, lalu beranjak pergi dengan penuh emosi
"Kak Dion." Sahut Feby yang pertama kali menyadari
"Dion." Viona melepaskan pelukan Vina dan menyadari jika Dion sudah tidak berada di ruangan itu
"Feby, kamu jaga kakak kamu. Biar mama menyusul Dion." Vina mulai melepaskan Viona
"Ngga Ma, mama tetep disini." Viona mencoba menahan
"Ngga sayang, mama harus menyusul Dion. Kamu tunggu disini, mama akan segera kembali." Vina langsung beranjak pergi
"Ma, mama." Viona hampir menyusul, namun langsung ditahan oleh Feby
Sementara Dion melangkahkan kakinya dengan begitu cepat dan diselimuti oleh puncak emosi. Lalu langsung menghajar Dimas tanpa ampun yang sebelumnya tengah diperiksa oleh petugas keamanan apartment di salah satu ruangan yang berada di lantai satu.
"Mas tenang dulu mas, jangan main hakim sendiri." salah seorang dari mereka berusaha mengamankan Dion yang hilang kendali
"Tenang bapak bilang? Bagaimana saya bisa tenang, sementara pacar saya sedang dipenuhi rasa ketakutan akibat apa yang telah dilakukan oleh orang itu. Lalu sekarang bapak menyuruh saya tenang?." Dion semakin hilang kendali dan hampir menghajar Dimas lagi yang sudah berdarah dibagian tepi bibirnya
Namun tindakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Vina datang dan langsung melayangkan sebuah tamparan keras pada Dimas.
"Sekali lagi kamu berusaha mendekati anak saya apalagi sampai menyentuhnya seperti tadi, saya tidak akan tinggal diam. Ingat itu baik-baik." Vina menunjuk Dimas dengan penuh kebencian
"Dan lo juga perlu ingat. Kalau sampai lo berani mendekati Viona lagi, gue ga akan segan-segan untuk ngasih lo pelajaran yang lebih dari ini." Dion langsung menarik kerah kemeja Dimas dengan begitu geram
"Udah Dion, mending sekarang kita pergi aja." ajak Vina sambil memegang lengan lelaki itu
Perlahan Dion pun menurunkan tangannya dengan perasaan yang masih sangat kesal. Lalu beranjak pergi bersama Vina, setelah mengambil ponsel Viona yang direbut oleh Dimas saat di perjalanan menuju apartement tadi.

***
Dengan penuh kelembutan Vina memapah Viona sampai ke dalam kamarnya, setelah mereka turun dari mobil Dion yang diparkirkan di pinggir jalan menjorok ke halaman rumah seperti biasanya. Sebenarnya Viona masih kuat untuk jalan sendiri sekalipun kepalanya masih terasa sedikit pusing, hanya saja mamanya itu terlalu sayang dan khawatir sehingga bersikap demikian.
"Kalian jagain Viona dulu ya, mama mau nyiapin makanan sebentar." ucap Vina pada Feby dan juga Dion sebelum keluar dari kamarnya Viona
"Gimana keadaan kamu sekarang?." Dion langsung terduduk di samping kekasihnya yang kini tengah berada di tempat tidur sambil bersandar
"Udah lebih baik koq, dan udah lebih tenang juga." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Syukurlah." Dion balas tersenyum sambil menyisipkan rambut yang menghalangi wajah Viona ke belakang telinganya
"Nih mama bawain makanan, dimakan dulu ya sayang." sahut Vina yang sudah kembali lagi dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air mineral
"Iya tuh cepet makan dulu, jangan nolak kaya di klinik tadi." sindir Feby dengan candaan
"Ga bakal nolak lah kalau yang masaknya mama mah kan rasanya enak, ga kaya yang di klinik hambar." Viona tersenyum santai
"Ya iya dong hambar, namanya juga makanan buat orang sakit." respon Vina sambil terduduk di samping anak pertamanya itu, setelah Dion berdiri demi mengalah untuknya
"Tapi Viona kan ga sakit, masa dikasih makanan kaya gitu." Viona memajukan bibirnya sedikit
"Tapi yang terpenting sekarang kan udah ada makanan enak yang mama siapin buat kamu." Vina menunjukkan makanan yang dibawanya
Lalu ia menyuapi Viona dengan penuh kelembutan, hingga piring yang dipegangnya bersih tanpa sisa. Nampaknya anak pertamanya itu memang sangat lapar sampai makan begitu lahapnya.
Sejenak senyuman di wajahnya mengembang, disaat melihat senyum penuh keceriaan kembali terpancar dari Viona. Dan semua itu berkat Dion, ya lelaki itu tiada hentinya berusaha menghibur dan menenangkan kekakacauan Viona sejak dari klinik tadi. Dion memang paling juara dalam menenangkan Viona di segala keadaan.
"Kak Viona." Feby memecah obrolan penuh candaan yang terjadi diantara Dion dan Viona
"Iya de, kenapa?." Viona menatap lurus adiknya itu
"Boleh aku tanya sesuatu?." Feby menunjukkan wajah serius
"Tanya aja, pake izin segala." Viona terkekeh kecil
"Iya biasanya juga langsung ngomong." tambah Vina ikut terkekeh kecil sambil menoleh anak keduanya itu yang berdiri di belakangnya
"Ya bukannya gitu Ma, soalnya aku mau nanyain soal kejadian sama Dimas tadi. Takutnya kak Viona..."
Seketika Viona kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, semuanya tergambar jelas dalam pikirannya. Membuat rasa takut kembali menghampirinya. Namun dengan cepat Dion memegang bahunya untuk sedikit menenangkan.
"Ga perlu dibahas lagi." sahut Vina karena tak ingin ketenangan Viona kembali terganggu
"Tapi Ma, aku cuma pengen tau apa alasan Dimas hampir melakukan itu pada kak Viona. Ga mungkin kan kalau dia melakukannya begitu saja, pasti ada alasan yang mendorongnya bisa seperti itu." jelas Feby dengan rasa penasarannya
Sejenak Vina dan Dion menjadi tertegun, mereka menganggap bahwa yang dikatakan Feby memang ada benarnya juga. Pasti ada alasan yang membuat Dimas sampai bisa melakukan hal serendah itu.
"Dimas sampai tega melakukan hal itu karena dia kesal Viona selalu menolak apa yang dia berikan dan dia lakukan untuk Viona, terlebih tadi dia sangat kesal karena Viona menolak dan ga sengaja menghancurkan makan siang yang udah dia siapin buat Viona." Gadis itu mulai memberanikan diri menghilangkan rasa penasaran mereka. "Viona sama sekali ga nyangka kalau Dimas bisa melakukan hal menjijikkan seperti itu."
"Yaudah jangan terlalu dipikirkan. Mama ga mau pikiran kamu terus dikotori oleh hal-hal yang tidak penting seperti itu." Vina langsung mengelus lembut pipi Viona sambil tersenyum penuh arti
Beruntung. Satu kata itu yang paling tepat menggambarkan perasaan Viona kepada ketiga orang yang paling berarti dalam hidupnya. Tak ada yang lebih berharga dibanding mereka, dan tak ada yang lebih bahagia selain memiliki orang-orang seperti mereka.

Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait