Part 20 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 20 LOVE IN RAIN
Dengan balutan kaos panjang berwarna biru dan celana jeans hitam, serta sepatu sport berwarna putih. Dion menunggu Viona di depan ruangan dosen bersama dengan Sarah, yang seperti biasanya selalu mengenakan pakaian langsung di atas lutut berlengan pendek, high heels dan tas branded, juga rambut yang tergerai indah jika bukan dalam keadaan formal.
Sebenarnya sudah sejak semalam setelah pesta selesai, Dion ingin menemui Viona untuk menjelaskan semuanya. Namun Sarah menahannya, dengan alasan agar gadis itu tenang terlebih dahulu.
Oleh karenanya, pagi-pagi sekali mereka pergi ke rumah Viona. Namun Vina mengatakan, jika anak pertamanya itu telah pergi ke kampus sebelum mereka datang untuk bimbingan skripsi. Lalu tanpa banyak berfikir lagi, keduanya pun langsung bergegas kemari.
Terus berdiri menunggu Viona keluar, melewatkan waktu satu jam lebih dengan kecemasan yang berarti. Cemas memikirkan apakah Viona mau memaafkan mereka? atau malah ini menjadi akhir dari cerita Dion dan juga Viona. Perasaan itu wajar mereka rasakan, karena mereka mengetahui seberapa besar kebencian Viona pada Dimas disebabkan oleh kekecewaan karena kepercayaannya dikhianati.
Hingga akhirnya tiba-tiba saja keluar dua orang dari ruangan itu, seorang laki-laki paruh baya dengan setelan jasnya. Dan seorang gadis yang tak lain adalah Viona, dengan rambut yang sengaja digerai. Gadis itu mengenakan sweater pink, celana jeans berwarna abu dan sneakers putih. Juga tas selendang coklat berukuran sedang.
"Terus semangat ya Viona, kesalahan itu wajar. Tapi kalau kamu tekun, ga lama lagi koq pasti skripsi kamu akan segera selesai sebelum waktunya. Seperti yang kamu harapkan." Laki-laki paruh baya yang merupakan dosen pembimbing skripsi Viona itu menyemangati sambil tersenyum penuh perhatian
"Iya pak, saya pasti akan terus semangat agar bisa lulus dengan cepat." Viona mengangguk mantap
"Bagus. Bapak yakin kamu bisa." Dosen itu menepuk bahu Viona. "Yaudah, kalau gitu bapak duluan ya." pamitnya santai
"Baik pak, terimakasih untuk waktunya." Viona menyunggingkan seulas senyum dibibirnya
"Sama-sama."
Setelah dosen pembimbingnya pergi, Viona baru menyadari jika Dion dan Sarah berada disana. Karena memang sejak tadi, ia dan dosen pembimbingnya mengobrol tepat di depan pintu. Dan dosen pembimbingnya itu berada pada posisi menghalangi Dion dan Sarah yang berdiri tidak jauh dari sana.
"Viona." Sarah langsung mendekat diikuti oleh Dion
"Ta-tante koq bisa ada disini?." tanya Viona dengan gugup
"Tante dan Dion sengaja kesini untuk ketemu sama kamu." jelas Sarah dengan tenang
"Pasti mama yang ngasih tau mereka kalau hari ini aku ada bimbingan." gumam Viona dalam hatinya
"Viona." panggil Sarah saat gadis itu hanya terdiam
"Iya." sahut Viona singkat
"Bisa kami bicara sebentar sama kamu?." tanya lurus Sarah
"Gimana ini, aku ga mungkin nolak mereka. Tapi aku juga ga mau bicara sama mereka dulu." Viona kembali terdiam sambil berfikir keras
"Sebentar aja." Dion mulai bersuara sambil menatap Viona dengan gusar
Sejenak Viona menarik nafas berat, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Oke langsung aja." sahutnya sesantai mungkin
"Tapi mungkin ga disini." Dion mulai terlihat sedikit tenang
"Gimana kalau kita bicara di tempat yang lebih nyaman?." Sarah menambahkan
"Yaudah kita bicara di kantin aja." Viona mengusulkan
"Boleh." Sarah langsung menyetujui
Lalu ia dan Dion berjalan bersama mengikuti Viona yang sudah jalan terlebih dahulu ke arah kantin.
"Tante mau sekalian pesen makanan?." tanya Viona saat sudah tiba di kantin
"Ngga, tante udah sarapan tadi." tolak Sarah lembut. "Dion yang belum sarapan." sahutnya sambil melirik anaknya itu sekilas
"Aku sarapan di restoran aja Ma nanti." balas Dion
"Bu, saya pesen burger sama coffee lattenya ya satu." Viona menghampiri salah satu penjual terdekat yang ada disana dan langsung membayar pesanannya
Kemudian ia mengajak Sarah dan juga Dion mengambil posisi duduk yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi. Dion mengambil posisi di sebelahnya, sedangkan Sarah duduk berhadapan dengannya.
"Viona, sebelumnya tante mau minta maaf atas kejadian semalam." Sarah langsung berbicara pada inti permasalahannya. "Tante dan Dion benar-benar ga tau kalau om sudah merencanakan pertunangan itu."
"Dan Dion sama sekali ga bermaksud untuk menutupi perjodohannya dengan Putri. Karena sebenarnya dia juga sudah berusaha mencari waktu yang tepat untuk memberitahu kamu tentang hal itu, begitupun dengan tante."
"Tapi kami selalu takut kamu akan berubah, jika kamu mengetahui semuanya."
"Bukan karena aku dan mama ga percaya sama kamu. Tapi kami memahami betul bagaimana bentuk kekecewaan kamu pada Dimas, karena dia pernah mengkhianati kepercayaan yang kamu berikan." Dion mulai ikut menjelaskan dengan kegusaran. "Aku takut kamu pun akan bersikap sama, dan kamu akan terluka lagi jika kamu mengetahui semuanya sejak awal. Maka dari itu aku mengulur waktu untuk memberitahu kamu."
"Lalu kamu kira aku ga terluka saat mengetahui semua itu setelah 7 bulan lamanya?." tanya lurus Viona dengan sedikit kesal
"Bukan kaya gitu, maksud aku..."
"Maksudnya Dion, dia menutupi semuanya sementara waktu demi menjaga perasaan kamu. Awalnya dia mengira dengan begitu, luka masa lalu kamu tidak akan terulang lagi. Meskipun pada kenyataannya kamu justru lebih terluka karena merasa Dion tidak percaya sedikitpun sama kamu, tapi sebenarnya niat Dion itu baik. Tante harap kamu bisa mengerti." sela Sarah, karena mengetahui Dion tengah berada dalam kegusaran sehingga tidak bisa fokus dalam berbicara
"Aku tau aku memang salah dengan menutupi semuanya dari kamu. Tapi sungguh, sedikitpun aku ga mau menyakiti kamu. Aku cuma berfikir mungkin dengan seperti itu, hubungan kita akan baik-baik saja." Dion langsung menggenggam tangan kanan Viona dengan kedua tangannya. "Tapi di samping itu, aku terus berusaha untuk membatalkan perjodohan aku dengan Putri. Tapi sebelum itu terjadi, papa malah mengadakan pertunangan itu dan aku maupun mama sama sekali tidak mengetahuinya."
"Kenapa lelaki ini selalu dan selalu bisa membuatku luluh, bahkan di tengah rasa kecewa yang aku rasakan padanya." gumam Viona dalam hatinya
"Kamu mau kan memaafkan aku? Kamu mau kan memberi kesempatan untuk aku?." Dion menatap dengan puncak kegusarannya. "Aku benar-benar akan membuktikan sama kamu, kalau aku tidak akan menutupi hal apapun lagi dari kamu."
"Dion juga manusia biasa yang pasti pernah melakukan suatu kesalahan. Tapi dia orang yang sangat tulus, penuh kelembutan, selalu menjadikan kamu sebagai prioritasnya, dan yang terpenting dia selalu bisa menjaga dan melindungi kamu disaat kamu jauh dari mama. Maka dari itu, jangan sampai kamu melepaskan dia. Karena lelaki seperti dia jarang ditemui di zaman sekarang." Tiba-tiba saja perkataan Vina semalam menggema dengan sangat keras di telinga Viona
"Oke, aku mengerti. Kebohongan adalah kesalahan yang sangat fatal dalam suatu hubungan." sahut Dion saat Viona tak juga berbicara setelah cukup lama. "Aku sadar diri, aku ga bisa memaksa." lanjutnya yang mulai melepaskan genggamannya
"Aku maafin kamu." Viona langsung menahan genggaman Dion yang hampir terlepas
"Kamu maafin aku?." Dion langsung tersenyum penuh haru
"Iya." Viona mengangguk lembut. "Maafin aku juga ya, seharusnya aku mengerti bagaimana sulitnya berada di posisi kamu." lanjutnya menunjukkan wajar bersalah
"Gapapa, yang terpenting sekarang semuanya sudah kembali membaik." Dion menatap dengan begitu lembut
"Kalau Dion dimaafin, berarti Viona juga maafin tante kan?." tanya Sarah dengan wajah yang menjadi berseri-seri
"Ga usah, ga usah." jail Dion
"Mmm maafin ga ya." tambah Viona. "Pasti dimaafin koq tante." sahutnya sambil tersenyum hangat
"Makasih cantik." Sarah langsung mengelus pipi Viona sekilas. "Mama harap, kalian selalu bisa menjaga cinta ini. Jangan sampai goyah apapun yang terjadi." lanjutnya sambil memegang tangan Dion dan juga Viona yang masih saling menggenggam, nampak seperti tumpukan tangan
"Pasti Ma, kami akan selalu menjaganya." Dion langsung menatap Viona dengan penuh arti
"Apapun yang terjadi." Viona balas menatap penuh arti
Sarah terus mengembangkan senyuman di wajahnya sambil memperhatikan tatapan cinta yang saling ditunjukkan oleh sepasang kekasih itu. Hingga akhirnya pesanan Viona datang. Dan saat itu, tumpukan tangan yang tadi pun saling terlepas.
"Nih di makan dulu." Viona langsung memberikan burger dan coffee lattenya pada Dion
"Koq di kasih ke aku?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya kamu kan belum sarapan." Viona menanggapi dengan santai
"Aku kan bisa sarapan nanti di restoran. Jadi ini untuk kamu aja." Dion menyodorkan makanannya pada Viona
"Aku udah sarapan tadi. Lagipula aku emang sengaja pesen ini untuk kamu koq." Viona balik menyodorkan makanan itu
"Oh jadi meskipun tadi masih marah sama Dion, tapi tetap perhatian ya ceritanya." goda Sarah
"Bukan ceritanya Ma, tapi faktanya. Gadis ini kan emang selalu perhatian sama aku." tambah Dion sambil menyenggol lengan Viona
"Lebih tepatnya sih bukan perhatian ya, tapi karena kasian aja." Viona bersikap so acuh
"Kasian apa kasian." Dion kembali menyenggol lengan kekasihnya itu
"Apaan sih." Viona nampak tersenyum gemas
Dion pun terus menggoda hingga membuat gadis itu menjadi salah tingkah tak karuan.
"Oh iya Viona, semalem tante udah bicara sama om tentang hubungan kalian. Ya awalnya dia marah, karena kejadian semalam itu membuat Putri dan papanya malu di depan banyak orang. Tapi setelah tante beri penjelasan, akhirnya dia mengerti. Dan dia juga mengundang kamu untuk makan malam di rumah besok lusa." Sarah menghentikan godaan Dion pada Viona. "Kamu bisa kan cantik?."
Viona nampak ragu, lalu menoleh ke arah Dion sejenak. Lelaki itu langsung mengangguk sambil tersenyum lembut.
"Bisa tante, Viona pasti datang." sahut Viona dengan mantap
"Tante tunggu di rumah ya." Sarah menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Tapi maaf, sepertinya tante harus pergi sekarang juga. Soalnya ada janji sama temen, biasalah kumpulan ibu-ibu." lanjutnya yang mulai bersiap-siap untuk pergi
"Yaudah kalau gitu sekalian aja. Dion anterin mama dulu, baru abis itu Dion sama Viona pergi ke restoran." Dion langsung memberi respon
"Ga usah, mama bisa naik taxi koq. Kamu sarapan dulu aja, kasian loh udah dipesenin sama Viona, masa diabaikan." tolak Sarah dengan santai
"Gapapa koq tante, kan bisa dimakan nanti." sahut Viona
"Udah ga usah, tante ga mau ngeganggu yang udah kembali bahagia setelah sama-sama bersedih semaleman." Sarah mencoba menggoda
"Mama." Dion nampak gemas. "Yaudah lah terserah mama, yang terpenting hati-hati ya Ma." lanjutnya sambil mulai berdiri diikuti oleh Viona
"Mama pergi duluan ya." Sarah langsung cipika cipiki dengan Dion. "Biasakan seperti ini ya kalau ketemu sama tante." lanjutnya saat melakukan hal yang sama pada Viona
"Iya tante." Viona mengangguk lembut. "Hati-hati ya." sahutnya sambil tersenyum hangat
Sarah hanya tersenyum balik, lalu beranjak pergi meninggalkan sepasang kekasih itu yang langsung kembali pada posisi duduknya.
***
"Cantik sekali anak mama." Vina menyentil dagu Viona setelah selesai merias anak pertamanya itu
"Mama nih bisa aja." Viona nampak tersipu malu
"Mama serius sayang, kalau ga percaya coba lihat ke cermin." Vina mengangkat sebelah alisnya
Viona pun langsung berdiri dan menghadap pada cermin berukuran sedang yang menempel pada dinding kamarnya. Gadis itu menjadi tersenyum sendiri melihat tampilannya sekarang. Ulasan make up yang tidak berlebihan dan rambut yang sengaja digerai serta dibiarkan menumpuk di sebelah kanan. Lalu ia memperhatikan gaun yang dipakainya dari atas sampai bawah. Sebuah gaun berlengan pendek dengan panjang selutut, dan berwarna merah ati senada dengan flat shoes yang dipakainya. Sederhana, namun memancarkan kecantikan yang alami.
"Tuh kan sampe senyum-senyum sendiri kaya gitu." goda Vina sambil berdiri di belakangnya Viona
"Gaunnya bagus Ma." Viona langsung membalikkan badannya sambil tersenyum lembut
"Ini adalah gaun yang mama pakai saat pertama kali papa kamu memperkenalkan mama sama kedua orang tuanya. Sekarang giliran kamu yang memakainya, dan selanjutnya Feby yang akan memakai gaun ini." jelas Vina dengan tatapan lembutnya
"Ooh jadi gaun ini turun-temurun gitu." sahut Feby yang baru kembali setelah pergi beberapa saat yang lalu
"Hanya 2 turunan, karena ga mungkin kan kalau anak-anak kalian nanti pakai gaun ini juga saat pertama kali bertemu calon mertuanya." Vina tersenyum santai
"Loh kenapa ga mungkin? Gaun ini kan masih bagus, iya ga kak?." Feby menatap ke arah Viona
"Iya, ini masih bagus banget koq Ma." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Bagus dari mana? Ini udah agak lusuh, kalau nanti kalian udah punya anak ya makin lusuh lagi. Jadi udah ga bakal bisa dipake." jelas Vina
"Mama ini selalu aja." sahut Feby
"Selalu apa?." tanya lurus Vina
"Ngga." elak Feby dengan jail. "Oh iya kak, kalungnya dikeluarin kenapa. Jangan disembunyiin mulu." lanjutnya sambil memperhatikan kalung yang melingkar pada leher Viona, karena kakaknya itu memang sering kali tidak menampakkan liontin dari kalung itu
Tanpa berkomentar, Viona pun langsung mengeluarkan kalung itu dari balik gaunnya. Sehingga liontinnya yang berinisialkan D&V dapat terlihat oleh siapapun yang melihatnya.
"Nah gitu dong tunjukkin, jangan gengsi. Biar kelihatan liontinnya." sindir Feby
"Bukan gengsi sayang, tapi sengaja dijaga. Kalau keseringan ditunjukkin, nanti ada yang ngejambret lagi." Viona terkekeh kecil
"Ciee sampai segitunya ngejagain kalung pemberian dari kak Dion." goda Feby
"Iya dong, kakak kamu ini kan sayang banget sama sang pujaan hatinya." tambah Vina
"Ih mama apaan sih." Viona menjadi salah tingkah
Namun Feby dan Vina terus saja menggoda Viona, dan sesekali menyentil dagunya. Sampai akhirnya terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, mereka pun semakin gencar menggoda sambil berjalan menuju depan rumah hingga pipi gadis itu menjadi merah merona.
"Selamat malam tante." sapa Dion saat ketiga perempuan itu sudah berada di teras rumah, lalu langsung bersalaman dengan Vina
"Malam Dion." balas Vina dengan hangat
"Selamat malam Feby." sapa Dion sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya, bukan tersenyum pada Feby melainkan tersenyum karena karena sikap Viona yang kikuk sendiri
"Malam kak Dion." balas Feby santai
"Dan selamat malam bidadariku." Dion langsung mendekati Viona lalu memasangkan sebuah jepitan rambut berwarna biru pada bagian kiri rambutnya
"Selamat malam kembali pangeranku." balas Viona dengan sedikit manja
"Cieee." ledek Feby dengan jail yang langsung berjalan menjauh bersama Vina agar sepasang kekasih itu bisa berduaan
"Feby." Viona memberi tatapan sebagai isyarat agar adiknya itu berhenti menggodanya
"Ciee yang bajunya samaan, kompak banget sih." Feby sama sekali tak menghiraukan Viona
Sontak saja Dion dan Viona pun langsung saling bertatapan dan mulai menyadari jika mereka menggunakan pakain dengan warna yang sama.
Dion memang mengenakan kemeja berwarna merah ati, dipadukan dengan celana bahan dan sepatu kulit berwarna hitam. Terlihat sangat rapih dan tentu saja ketampanannya semakin jelas terpancar.
"Kan sehati, jadi tanpa janjian pun pakaiannya bisa samaan." Dion tersenyum menggoda ke arah Viona
"Iya. Makanya yang jomblo jangan suka julit." ledek Viona sambil tersenyum jail ke arah Feby
"Ih enak aja, siapa juga yang jomblo. Orang aku punya pacar." Feby menunjukkan wajah sebal
"Nah tuh kan Ma, ngaku juga akhirnya." Viona tersenyum kegirangan
"Upsss keceplosan." Feby baru menyadari perkataannya yang tadi
"Oh maen rahasia-rahasiaan sama mama nih ceritanya. Ga mau ngenalin pacarnya ke mama jadi?." Vina menunjukkan wajah so kesal
"Hehe." Feby cengengesan tak jelas. "Nanti juga dikenalin koq Ma."
"Nanti kapan?." tanya lurus Vina
"Ya nanti, nanti kalau udah lama. Sekarang kan jadiannya masih baru, jadi ga usah dikenalin dulu." Feby mencoba mencari alasan. "Oh iya, nanti keburu malem. Mendingan kak Viona dan kak Dion berangkat sekarang aja." lanjutnya yang langsung mengalihkan pembicaraan
"Eh iya bener kata Feby, mending berangkat sekarang aja yu biar pulangnya ga kemaleman." ajak Dion pada Viona
"Iya bener tuh berangkat aja berangkat sana." Feby mendorong Viona dengan jail
"Iya iya ini mau berangkat." Viona terkekeh kecil karena tingkah Feby yang menjadi tak karuan seperti itu. "Viona berangkat dulu ya Ma." pamitnya yang langsung mengecup hangat punggung tangan kanannya Vina
***
Dion langsung keluar dari mobilnya saat baru saja tiba di halaman rumah, lalu dengan sigap ia pun membukakan pintu untuk sang pujaan hatinya.
"Makasih sayang." Viona memberikan senyuman termanisnya
"Sama-sama." Dion balas tersenyum tak kalah manis, lalu menyikutkan tangan kirinya
Seolah sudah mengerti, Viona pun langsung menyusupkan tangan kanannya dan menggandeng mesra kekasihnya itu.
Berjalan bersama memasuki rumah, melewati beberapa ruangan hingga akhirnya tiba di ruang makan. Sarah dan Reza yang memang sudah berada di meja makan sejak tadi pun, langsung berdiri untuk menyambut Viona.
"Akhirnya Viona datang juga." Sarah nampak berseri-seri, lalu langsung menghampiri Viona untuk cipika cipiki
"Selamat malam tante, om." sapa Viona seramah mungkin, lalu bersalaman dengan Reza
"Malam." balas Sarah dan Reza secara bersamaan
"Ayo silahkan duduk." Reza mempersilahkan dengan sangat ramah, ketika ia dan Sarah sudah kembali duduk
"Iya om." Viona bemaksud menghampiri kursi yang berada di sebelah kirinya, namun langkahnya tertahan karena gadis itu masih menggandeng Dion
Seketika tawa kecil pun sempat tercipta karena kekonyolan Viona yang tidak menyadari hal itu.
Lalu Dion langsung menarik kursi yang berada di dekatnya dan mempersilahkan Viona untuk duduk disana. Gadis itu pun mulai terduduk, namun dengan perasaan tidak tenang karena kursi tersebut berada di dekat kursi utama tempat dimana Reza duduk.
"Viona kenapa? Koq tegang gitu mukanya?." tanya Sarah yang duduk berhadapan dengan gadis itu dan berada di sebelah kanan suaminya
"Hah? Ngga koq tante, Viona gapapa." Viona berusaha untuk tetap terlihat tenang
"Pasti karena duduk di dekat om ya jadi tegang kaya gitu." sahut Reza dengan nada candaan
"Iya. Papa sih mukanya galak gitu, jadi takut kan Vionanya." tambah Dion yang duduk di sebelah Viona
"Ih kamu." Viona langsung memukul gemas tangan kekasihnya itu. "Ngga koq om, Viona gapapa. Sama sekali ga tegang ataupun takut." sahutnya sambil tersenyum hangat menatap Reza
"Berarti muka om bukan muka orang galak kan?." tanya lurus Reza
"Oh ya bukanlah om. Muka om mah muka orang baik-baik, kalem dan pastinya ramah banget sama orang lain." jawab Viona dengan wajah ceria
"Emang kamu tau dari mana? Kan ketemu sama om nya juga baru sekarang." Reza menanggapi dengan santai
"Ya justru karena Viona baru ketemu sama om sekarang dan sikap om nya welcome banget kaya gini, jadi Viona bisa tau kalau om itu orangnya pasti baik banget." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Viona ini bisa aja ya, jarang-jarang loh ada yang muji om kaya gini. Dion aja ga pernah." Reza balas tersenyum lalu melirik Dion sekilas
"Yaudah deh sekarang aku puji. Papaku yang baik hati, terbaik dari semua papa yang ada di dunia, rajin menabung, tidak sombong..."
"Loh loh koq mujinya kaya ke anak kecil sih." sela Sarah sambil tersenyum geli
"Iya emangnya papa anak kecil apa, dipuji rajin menabung, tidak sombong lah. Kamu ini." tambah Reza
"Iya kamu gimana sih." Viona ikut menimpali
"Kan biar lucu." Dion menunjukkan wajah menggemaskan
"Oh jadi anak mama lagi belajar ngelucu ceritanya. Tapi perasaan ga lucu deh." ledek Sarah
"Bener tuh tante, ga lucu sama sekali." tambah Viona
"Ih kamu koq jadi ikut-ikutan." Dion langsung mencubit gemas hidung kekasihnya itu
"Kamu." Viona langsung mencubit balik hidungnya Dion, namun lelaki itu berhasil menahannya
Tingkah sepasang kekasih itu berhasil menciptakan tawa kecil pada wajah Reza dan juga Sarah.
"Kehadiran Viona benar-benar mengubah semuanya menjadi lebih bermakna. Bahkan hubungan Dion dan papanya pun menjadi membaik karena gadis ini." gumam Sarah dalam hatinya sambil terus mengembangkan senyuman kebahagiaan di wajahnya
"D dan V." Reza memperhatikan liontin kalung Viona saat mereka sudah mulai makan
"Dion dan Viona." sahut Dion sambil tersenyum lembut
"Oh kirain papa inisial nama Viona sama mantannya." jail Reza
"Papa apaan sih bawa-bawa mantan." sebal Dion. "Mantannya Viona itu ke laut. Lagian cocokkan juga sama aku dibanding sama mantannya."
"Iya deh lebih cocok sama kamu. Cocok banget pokoknya, bajunya aja sampai kompakan gitu." puji Reza sambil terkekeh kecil
"Iya dong pa, kan kita sehati. Bener ga sayang?." Dion melirik manja ke arah Viona
"Bener ga ya." jail Viona
"Kamu koq jadi jail gini sih." Dion mencubit gemas lengan kekasihnya itu
"Iyain aja Viona." sahut Sarah
"Iya, kalau ngga diiyain nanti dia so ngambek lagi manyun-manyun kaya gitu." sambung Reza
"Oh iya? Dion kaya gitu ya om, tante?." Viona nampak antusias
"Iya Viona, sejak kecil malahan. Dan masih banyak lagi kelakuan Dion yang bakal bikin geleng-geleng kepala kalau kamu tau." Reza nampak sumringah
"Mau tante ceritain semuanya?."
"Ngga, ngga sayang ngga. Mama sama papa itu biasa suka bercanda, jadi ga usah didengerin."
Namun Viona tak menghiraukan Dion, ia terus meminta Reza dan Sarah untuk menceritakan semua kelakuan anaknya itu sejak kecil. Hingga ia pun mengetahui semua tentang kekasihnya dari mereka berdua.
Viona memang mudah mengakrabkan diri dengan siapapun, sehingga tidaklah sulit baginya untuk bisa mengakrabkan dirinya dengan orang tua Dion. Bahkan dengan Reza yang dikenal sebagai orang paling keras di keluarga itu.