Part 19 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 19 LOVE IN RAIN
Angin segar sore hari menemani kesendirian Viona yang tengah fokus pada layar laptopnya sambil duduk santai di kursi taman kampus. Gadis itu memang sengaja izin pada Dion untuk tidak masuk kerja, karena ia ingin menghabiskan hari ini untuk melanjutkan penyusunan skripsinya yang masih jauh dari kata tuntas.
Bolak-balik menemui dosen pembimbing dan merevisi tiap halaman yang telah selesai dikerjakan secara berulang kali, begitu menguji kesabaran Viona sepanjang hari ini. Namun meskipun begitu, ia tak ingin mengeluh sedikitpun. Justru ia semakin bersemangat untuk segera menuntaskan apa yang menjadi kewajibannya sebagai mahasiswa tingkat akhir itu.
"Viona."
Hingga akhirnya panggilan itu sedikit membuyarkan konsentrasinya. Matanya pun bergerak ke seluruh sudut yang ada di sekitarnya, lalu kepalanya mulai terangkat dan langsung menatap lurus ke depan setelah menyadari jika ada orang yang tengah berdiri dihadapannya.
"Mau ngapain lo kesini?." Viona langsung menutup layar laptopnya lalu berdiri dengan wajah kesal
"Happy birthday Viona." sahut Dimas yang memang datang secara khusus untuk menemui gadis itu sambil membawa satu buket mawar merah dan sebuah boneka teddy bear dengan warna yang sama berukuran cukup besar. "Doanya, semua yang terbaik untuk kamu."
"Perasaan ga ada yang ulang tahun." balas Viona datar
"Aku tau, hari ulang tahun kamu udah terlewat dua minggu. Aku minta maaf karena baru bisa ngucapin sekarang, karena selama tiga minggu ini aku pergi ke Singapura untuk urusan pekerjaan, dan baru aja kembali kesini tadi terus langsung nemuin kamu." jelas Dimas panjang lebar. "Kamu mau ya terima hadiah ini dari aku." lanjutnya dengan lembut
"Lo lupa atau pura-pura lupa sih? Gue kan udah pernah bilang, kalau lo jangan pernah gangguin hidup gue lagi." sinis Viona
"Tapi aku kan cuma mau ngasihin ini dan ngucapin happy birthday ke kamu." Dimas mengarahkan barang yang dibawanya pada Viona. "Lagipula apa salahnya? Dua tahun ke belakang juga kita selalu merayakan moment-moment penting seperti ini berdua." jelasnya kembali lembut
"Jelas salah. Karena sekarang lo udah bukan siapa-siapanya gue lagi." tegas Viona. "Jadi mendingan, sekarang juga lo pergi dari sini."
"Ngga, aku ga akan pergi sebelum kamu terima hadiah dari aku ini." tegas Dimas balik
"Aduh lo tuh ya." geram Viona. "Oke kalau lo ga mau pergi dari sini, biar gue aja yang pergi." sahutnya yang langsung merapihkan barang-barangnya yang berada di atas kursi
"Arghhh sial. Viona bakal makin benci sama gue kalau kaya gini jadinya." gerutu Dimas dalam hatinya. "Oke oke, aku akan pergi. Maaf kalau aku jadi pengganggu dalam hidup kamu." sahutnya lalu beranjak pergi
Viona pun kembali duduk sambil berusaha mengumpulkan seluruh konsentrasinya yang seketika menjadi buyar saat Dimas datang tadi. Lalu mulai membuka layar laptopnya lagi, menyusun kata demi kata untuk membuat sebuah kalimat. Perlahan namun pasti. Gadis itu berhasil berkosentrasi sepenuhnya.
Benar-benar berkosentrasi, hingga ia tak menyadari jika ada seseorang yang tengah duduk di sebelahnya, bahkan sudah sejak 10 menit yang lalu.
"Ehm." Dion mulai bersuara setelah sejak tadi hanya terdiam manis di sebelah kekasihnya itu
Perlahan Viona mulai menggerakkan matanya dan merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Lalu mengangkat kepalanya dan langsung menoleh ke arah kanan, posisi dimana Dion berada.
"Dion." Viona tersenyum dengan gemasnya. "Kamu koq?."
"Bagus ya, pacarnya dari tadi disini ga dilirik sedikitpun." Dion menunjukkan wajah datar sambil bersandar pada kursi dan melipatkan kedua tangannya di depan dada
"Bukannya gitu. Dari tadi aku juga ngerasain koq kalau ada orang terdekat aku disini, tapi takutnya cuma perasaan aku doang makanya ga ngelirik." jelas Viona santai
"Udah ga usah ngeles, bilang aja ga bisa ngerasain kehadiran aku." Dion kembali menunjukkan wajah datar
"Uuuhhh so ngambek. Ga cocok tau, jelek." Viona langsung mencubit gemas hidung kekasihnya itu
"Enak aja jelek." Dion balik mencubit hidung Viona tak kalah gemas
"Emang nyatanya jelek koq." ledek Viona jail
"Kamu nih ya." Dion hampir mencubit kembali hidungnya Viona
"Ganteng koq ganteng, iya ganteeeeeeng banget." sela Viona yang langsung membuat Dion menurunkan tangannya
"Nah gitu dong, biar kita jadi sebanding." Dion menatap lurus kekasihnya itu
"Sebanding apanya?." Viona mengerutkan kening heran
"Ya sebanding wajahnya. Kamu kan cantik banget, jadi pacarnya juga mesti yang ganteng banget dong kaya aku, jangan yang jelek." Dion tersenyum dengan penuh percaya diri
"Dih pede banget." sahut Viona
"Emang." Dion menanggapi dengan santai
"Eh tapi emang aku beneran cantik pake banget ya?." Viona mendekatkan wajahnya dengan manja
"Beneran dong. Kalau ga percaya, lihat tuh bunga aja sampai layu gitu karena kalah cantiknya sama kamu." rayu Dion sambil menunjuk pada jajaran tanaman berbunga yang berada di sekitar taman itu
"Ya iya lah layu, orang tadi bunganya abis kehujanan. Gimana sih kamu." Viona langsung mencubit sebal lengan kiri kekasihnya itu
"Oh emang tadi hujan ya? tapi kamu ga kehujanan kan?." goda Dion sambil terkekeh kecil
"Iya tapi bentaran doang." jelasnya santai. "Kehujanan dikit, terus beberapa jam setelah itu langsung deh datang petir seketika." lanjutnya dengan wajah tak menyenangkan
"Maksud kamu?." Dion mengerutkan kening heran
"Tadi Dimas datang kesini, dan kamu tau sendiri lah emosi aku pasti menggelegar kaya petir kalau udah ketemu sama dia." jelas Viona, masih dengan wajah tak menyenangkan
"Pasti dia mau ngucapin happy birthday ke kamu ya?." tanya Dion yang memang sudah tau betul bagaimana sikap mantan dari kekasihnya itu
Viona hanya mengangguk singkat. "Padahal semua akun sosmed dia udah aku block, nomor kontaknya dia juga udah aku blacklist, tapi tetep aja dia masih suka ngegangguin aku, pake nemuin aku segala lagi." gerutunya dengan kesal
"Udah dong sayang, jangan jadi badmood gini hanya karena dia." Dion mencoba menghibur. "Lagipula, kita kan udah tau sendiri bagaimana sulitnya dia move on dari kamu. Jadi maklumi aja. Dan satu lagi, ini ga ada kaitannya sama hujan." lanjutnya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Perlahan Viona pun kembali menunjukkan wajah ceria, terlebih ketika Dion menunjukkan sesuatu yang memang sengaja dibawa olehnya. Nasi goreng seafood dengan racikan special dan dibuat dengan penuh cinta. Bahkan lelaki itu pun menyuapi Viona dengan penuh perhatian, nampak seperti memanjakan anak kecil. Mungkin hanya sebuah hal sederhana, namun itu sangat berarti untuknya.
Bagaimana tidak, Dion adalah satu-satunya lelaki yang ia miliki di dunia ini. Lelaki yang bukan hanya menjadi kekasihnya, namun juga bisa menjadi sahabat, kakak bahkan menjadi pengganti dari sosok papanya.
"Kamu koq dari tadi cuma nyuapin aku doang sih? bukannya makan juga." tanya Viona yang sejak tadi tetap fokus pada layar laptopnya
"Aku kan udah makan sebelum kesini." jawab Dion santai
"Kenapa makannya ga bareng sama aku?" tanya Viona lagi
"Kalau aku makan bareng sama kamu, nanti aku ga bisa nyuapin kamu kaya gini dong." Dion tersenyum santai lalu memberikan suapan terakhirnya pada Viona. "Lagipula sekali-kali aku manjain kamu kaya gini gapapa kan?." tanyanya lembut
Viona hanya tersenyum sambil menatap kekasihnya itu dengan penuh arti.
"Yaudah karena kamu udah selesai makan, sekarang biar aku yang lanjutin nyusun skripsinya." sahut Dion yang langsung mengambil laptop kekasihnya itu setelah membereskan kotak makanan yang tadi dibawanya
"Tapi..." Viona mencoba menolak
"Udah. Kamu pasti cape kan dari pagi ngerjain ini terus? Jadi sekarang kamu istirahat aja dulu." sela Dion dengan sangat lembut
"Iya juga sih, mana bolak-balik mulu nemuin dosen dan merevisi berulang kali lagi." keluh Viona
"Nah makanya, sekarang kamu istirahat dulu biar otaknya kembali fresh." Dion tersenyum penuh pengertian
"Makasih ya sayang." Viona langsung bersandar manja pada bahu kiri kekasihnya itu. "Karena kamu selalu bisa menciptakan senyuman di wajah aku, sekalipun hanya dengan hal kecil seperti ini." lanjutnya dengan lembut
"Aku pasti akan melakukan apapun agar senyum indah di wajah kamu itu tidak akan pernah sirna." Dion mengelus lembut punggung tangan kiri Viona yang berada di atas tangannya
"Akupun akan melakukan hal yang sama agar kebahagiaan kamu tidak akan pernah berakhir." Viona mengangkat kepalanya lalu menatap dengan penuh arti
Dion hanya tersenyum lembut lalu menempelkan sebelah kepalanya pada kepala kekasihnya itu.
"Oh iya hampir aja aku lupa." Dion kembali mengangkat kepalanya
"Lupa tentang apa?." Viona hanya menoleh sedikit tapi tetap bersandar pada bahu kekasihnya itu
"Jadi lusa papa akan mengadakan pesta pertemuan collega bisinisnya gitu di rumah, dan papa mempercayakan semua persiapan dari mulai dekorasi, catering dan yang lainnya ke aku. Kamu mau kan bantuin aku untuk mengurus semua itu?." Dion menatap lurus Viona
"Ya pasti mau lah, masa iya aku ga bantuin kamu sih." Viona langsung bangkit dan menatap dengan antusias
"Makasih ya managerku tersayang." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Sama-sama sayang." Viona balas tersenyum. "Eh tapi gomong-ngomong tentang manager, jadi ada yang pengen aku tanyain deh sama kamu." sahutnya yang seolah tengah menerka sesuatu
"Tanyain aja." Dion menanggapi dengan santai
"Kenapa di restoran kamu ga ada managernya? Padahal restoran kamu itu kan cukup besar dan mewah juga." tanya Viona lurus
"Sebelum aku jawab, aku mau tanya dulu. Kenapa kamu tiba-tiba kepikiran soal itu?." tanya balik Dion
"Ya karena aku ngerasa aneh aja, kenapa restoran yang sebesar itu harus dikelola sendiri sama kamu. Udah jadi pemilik, chef bahkan managernya sendiri pun di pegang sama kamu. Kenapa kamu ga cari orang aja untuk jadi manager kamu? Biar kamu juga ga terlalu cape karena menghandle semuanya." jelas Viona dengan santai
"Oh iya aku ga pernah kepikiran kesitu." Dion langsung tertawa kecil
"Tuh kan kamu nyembunyiin sesuatu lagi dari aku." sebal Viona
"Bukan nyembunyiin sayang, tapi aku benar-benar lupa untuk ngasih tau soal ini sama kamu." Dion mencoba membuat kekasihnya itu mengerti. "Oke jadi gini, dulu itu aku pernah mempercayakan jabatan sebagai manager di restoran aku sama Leo, karena memang saat itu kami sedang sama-sama belajar berbisnis sekalipun masih kuliah. Tapi ternyata dia mengkhianati aku, dia menggelapkan semua uang dari hasil pendapatan restoran hingga akhirnya restoran aku bangkrut dan aku harus merintis lagi dari nol." jelasnya sambil menahan kekesalan yang amat mendalam
"Apa? Jadi maksudnya dia korupsi gitu?." Viona nampak tak percaya
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Makanya saat aku mulai merintis kembali restoran itu setelah lulus kuliah, aku berjanji pada diri aku sendiri bahwa aku tidak akan lagi mempercayai siapapun untuk membantu aku dalam meraih kesuksesan. Jika masih bisa aku handle sendiri, aku akan melakukannya sendiri, tidak perlu bantuan orang lain." jelasnya panjang lebar
"Kalau faktanya seperti itu, lalu kenapa bisa sekarang kamu memberikan kepercayaan itu sama aku?." tanya lurus Viona
"Karena semenjak kenal sama kamu, aku mulai bisa kembali percaya sama seseorang. Bukan hanya percaya untuk masalah cinta, tapi aku juga percaya sama kamu untuk semua hal. Aku percaya kalau kamu bisa menjadi partner terbaik dalam hidup aku." Dion menatap dengan sangat lembut
"Dion." Viona nampak begitu speechless
"Aku serius." Dion menatap dengan sangat dalam. "Aku sangat mengharapkan kamu untuk selalu ada bersamaku dalam setiap langkah pada kehidupan ini."
Viona semakin terlihat speechless, ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun lagi. Hingga akhirnya Dion menariknya ke dalam dekapan dengan sebelah tangan, karena satu tangan yang lainnya masih memegang laptop. Ia pun langsung memeluk kekasihnya itu dengan sangat erat.
Ketika kata tak mampu terucap, biarlah bahasa tubuh yang meluapkan kebahagiaan atas hadirnya cinta yang begitu tulus. Hanya itulah yang saat ini bisa dilakukan oleh Viona untuk mencurahkan rasa bahagianya karena memiliki sosok seperti Dion, terdiam dalam kehangatan pelukan dari sang pujaan hatinya itu.
***
Kemeriahan pesta sudah mulai terasa, para tamu pun hampir semuanya sudah datang dengan berbagai setelan jas dan gaun glamour. Membuat pesta pertemuan antar collega bisnis yang diadakan oleh Reza dirumahnya menjadi terlihat sangat mewah, senada dengan dekorasi yang telah disiapkan oleh Viona dan karyawan lainnya sore tadi atas arahan dari Dion.
Namun di tengah kemeriahan itu, Dion justru merasa sepi karena Viona tak berada disampingnya. Bukan karena tidak hadir, tapi karena Viona tengah sibuk mengurusi catering dan hal lainnya. Sedangkan lelaki itu harus selalu berada bersama Reza dan Sarah untuk menyambut para tamu.
Hingga akhirnya disaat orang tuanya itu lengah, Dion pun langsung pergi untuk menemui Viona. Keluar dari keramaian dan memasuki dapur rumahnya, terlihat ada 3 orang yang berada disana. Dua lelaki dengan pakaian chef serta seorang gadis dengan seragam pelayan restoran. Tentu saja Dion langsung menghampiri gadis itu, yang tak lain adalah Viona.
"Hai sayang." sapa Dion yang saat ini sudah berada di sebelah kekasihnya itu yang sedang membantu chef Andi dan chef Roy menyiapkan beberapa makanan ringan
"Hai." sapa balik Viona. "Kamu koq kesini sih? Kenapa? Butuh sesuatu?" tanyanya santai
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Aku butuh kamu." bisiknya pelan
"Dion." sahut Viona gemas
"Serius." balas Dion santai. "Ikut aku yuu." ajaknya yang langsung menggenggam erat tangan Viona
"Tapi kan aku lagi..."
Dion tak menghiraukan perkataan Viona, ia membawa kekasihnya itu ke ruang tengah dimana pesta sedang berlangsung.
"Koq kamu bawa aku kesini sih?." tanya Viona tak mengerti
"Ya emangnya kenapa? Kamu ga mau?." tanya balik Dion
"Ya bukannya ga mau, tapi disini kan orang-orang penting semua. Emang kamu ga malu kalau mereka ngeliat kamu pegangan tangan sama pelayan kaya aku?." Viona menatap dengan serius
"Sayang, dengerin ya. Aku cinta sama kamu itu tulus, aku ga peduli pekerjaan kamu apa selama itu bukan hal yang negatif. Jadi kenapa aku harus malu?." Dion menatap dengan penuh arti
"Oke." Viona langsung menunduk karena tersipu malu
Sementara Dion terus saja menatap kekasihnya itu tanpa henti, bahkan sesekali berusaha menggoda hingga Viona menjadi salang tingkah.
Sampai akhirnya suasana berubah drastis, ketika tiba-tiba saja ada seorang gadis dan lelaki paruh baya datang ke pesta itu serta menjadi pusat perhatian semua orang. Terutama ketika gadis itu berjalan ke arah Dion dan langsung memeluknya dengan sangat erat, seketika saat itu genggaman tangan Dion pada Viona pun terlepas.
"Putri." sahut Dion dengan tubuh yang kaku dan tanpa memeluk balik. "Kamu kenapa bisa ada disini?." tanyanya sambil melepas pelukan gadis itu
"Ya aku sengaja dong pulang ke Indonesia karena ingin ketemu sama kamu." jelas Putri dengan wajah berseri-seri. "Karena saat liburan kuliah kemarin kan aku ga sempet pulang kesini. Emangnya kamu ga kangen apa sama aku?."
"Aku..." Dion langsung menoleh ke arah Viona yang kini berada beberapa langkah dari sebelah kirinya
Gadis itu nampak begitu kaku, pikirannya pun dipenuhi banyak pertanyaan tentang siapa sebenarnya gadis yang tadi memeluk kekasihnya.
"Putri." panggil Handi, lelaki paruh baya yang tadi dan merupakan orang tua tunggal bagi Putri. "Udah dulu dong kangen-kangenannya, ajak Dionnya kesini." ajaknya yang memang sejak tadi sudah berada bersama Reza dan juga Sarah di atas panggung kecil dengan tinggi sekitar dua anak tangga, yang memang disiapkan secara khusus untuk sang pemilik acara
"Iya pa, sebentar." sahut Putri sambil tersenyum santai. "Dion, kita kesana yuu." ajaknya pada lelaki yang berada dihadapannya itu
"Tapi aku..."
Putri sama sekali tak menghiraukan apa yang ingin dikatakan oleh Dion, ia langsung menarik tangan lelaki itu dan membawanya menghampiri kedua orang tua mereka.
Sementara Dion masih saja terus melihat ke arah Viona yang juga masih terdiam kaku, sekalipun kini sudah berada di tengah kumpulan orang-orang. Hal yang sama pun dilakukan oleh Sarah, sekalipun wajahnya terus mengembangkan senyuman karena ingin bersikap ramah di depan para tamu yang hadir. Namun ternyata perasaannya tidak sinkron, ia terus merasakan kecemasan pada Viona.
Terlebih ketika Reza mulai mengambil mikrofon untuk memperkenalkan Putri dan Handi sebagai tamu istimewanya di pesta itu. Ia juga memperkenalkan Handi sebagai sahabat baiknya, lalu membahas tentang perjodohan yang telah dilakukan oleh mereka untuk anak-anaknya.
"Perjodohan ini sebenarnya sudah lama, sejak mereka masih berada di bangku SMA, dan saat itu Dion dua tingkat di atas Putri. Tapi hubungan mereka sangat baik, sekalipun mereka sering terpisahkan oleh jarak. Hingga akhirnya mereka kembali bertemu malam ini." jelas Reza dengan wajah penuh kebahagiaan diikuti oleh Handi dan juga Putri
"Apa? Dion sudah dijodohkan dengan gadis itu sejak masih SMA?." gumam Viona dalam hatinya yang seketika menjadi lemas, sesak dan air mata pun sudah memenuhi pelupuk matanya
"Pesta yang saya buat malam ini tidak hanya untuk pertemuan collega bisnis semata, tetapi juga saya ingin berbagi kebahagiaan yang saya dan keluarga saya rasakan kepada kalian semua. Karena malam ini adalah malam pertunangan antara anak-anak kami, Dion dan juga putri." Reza melanjutkan perkataannya dengan sangat jelas
Bahkan apa yang dikatakannya itu membuat Dion dan Sarah yang tidak mengetahui hal ini sebelumnya, begitu sangat tercengang.
Dan efek terbesarnya terjadi pada Viona. Gadis itu benar-benar tak percaya akan apa yang baru saja didengarkannya, dadanya semakin terasa sesak, tubuhnya menjadi lemas tak berdaya, wajahnya pun mulai berlinang air mata. Ini sangat menyakitkan. Kebahagiaan yang selalu ia rasakan sejak bersama Dion kini sirna seketika, pengkhianatan kembali harus dirasakannya.
Perlahan kakinya berjalan mundur tak berarah, hingga ia menubruk Dila yang entah sejak kapan berada di belakangnya sambil membawa beberapa minuman. Suara pecahan gelas-gelas itu tentu saja menjadi pusat perhatian semua orang yang ada disana.
"Viona." sahut Dion yang baru kembali menoleh ke arah kekasihnya itu
Tak ingin merasakan sakit yang lebih dalam, Viona langsung berlari keluar meninggalkan ruangan itu. Dion pun langsung mengejar Viona, setelah ia berusaha melepaskan tangannya dari pegangan Putri.
"Viona." panggilvDion saat melihat Viona sudah mulai meninggalkan teras rumahnya. "Sayang, sayang tunggu. Biar aku jelaskan semuanya." lanjutnya yang sudah berhasil menghalangi jalan kekasihnya itu sambil menggenggam tangannya dengan sangat erat
"Apa? Apa lagi yang mau kamu jelaskan?." tanya Viona dengan penuh emosi. "Kamu mau menjelaskan kalau ini yang ingin kamu tunjukkan dengan membawa aku ke tengah-tengah pesta itu? Dan kamu juga ingin menjelaskan bahwa sebenarnya kamu meminta bantuan aku itu bukan untuk mempersiapkan pesta pertemuan collega bisnis papa kamu, tapi untuk pesta pertunangan kamu. Iya? Kamu mau menjelaskan hal itu?."
"Ngga sayang, ngga. Aku ga pernah punya pemikiran seperti itu. Aku sama sekali ga tau tentang pertunangan ini." Dion menatap dengan mata berkaca-kaca
"Bohong. Ga mungkin kamu ga tau tentang pertunangan ini, sementara kamu sama dia itu sudah dijodohkan sejak masih SMA." sahut Viona dengan tajam
"Aku ga bohong, aku benar-benar ga tau tentang pertunangan ini." Dion mencoba meyakinkan Viona. "Tapi kalau tentang perjodohan itu memang benar, kami sudah dijodohkan sejak kami masih SMA." lanjutnya dengan gusar
"Apa? Kamu benar sudah dijodohkan sama dia sejak SMA?." Viona nampak tak percaya. "Lalu aku kamu anggap apa? Dan untuk apa kamu datang ke dalam kehidupan aku?." tanyanya yang langsung menepis pegangan kekasihnya itu
Sejenak Dion menatap ke arah tangannya yang ditepis oleh Viona, lalu kembali mengangkat wajahnya dan menatap dengan rasa penyesalan yang mendalam.
"Jawab aku, untuk apa kamu datang kalau kamu sudah memiliki dia dalam hidup kamu?." Viona mengulangi pertanyaanya dengan tajam
"Bukan dia yang aku miliki dalam hidup ini, tapi kamu." tegas Dion
"Aku? Aku sama dia maksud kamu? Jadi kamu ingin memiliki dua wanita sekaligus dalam hidup kamu?." Viona kembali bertanya dengan tajam
"Bukan itu sayang." Dion mencoba menjelaskan. "Hanya kamu yang aku miliki, tidak ada yang lainnya. Perjodohan itu keinginan papa, bukan keinginan aku. Seperti yang sudah kamu ketahui bagaimana sikap papa aku, maka dari itu aku terpaksa harus menerimanya. Tapi aku ga pernah sedikitpun mencintai Putri. Tolong percaya sama aku."
"Lalu kenapa kamu tidak pernah memberitahu aku tentang hal ini?." tanya lurus Viona
"Karena ini yang aku takutkan, kamu marah lalu berubah dan pergi meninggalkan aku. Sama seperti aku yang belum bisa memberitahu papa tentang hubungan kita, karena aku takut dia akan memisahkan kita. Tolong mengerti posisi aku, aku sangat mencintai kamu dan aku ga mau kehilangan kamu." jelas Dion dengan wajah sendu
"Apa sekecil itu kepercayaan kamu sama aku? Hingga kamu berpikir bahwa aku tidak akan mengerti keadaan kamu jika kamu memberitahu hal ini sejak lama?." tanya Viona yang seolah memberi tamparan keras pada Dion
"Bukan seperti itu, tapi aku..."
"Sudah cukup." Viona langsung mengarahkan telapak tangan kanannya pada Dion, agar kekasihnya itu berhenti berbicara. "Sudah terlalu sering kamu menyembunyikan sesuatu dari aku. Jika kamu menyembunyikan hal yang kecil, aku masih bisa memakluminya. Tapi jika hal sebesar ini yang kamu sembunyikan, itu artinya kamu tidak percaya sedikitpun sama aku."
"Aku percaya sama kamu, tapi aku..."
"Ngga. Kamu ga percaya sama aku, karena kalau kamu percaya, kamu ga mungkin menyembunyikan hal apapun dari aku." sela Viona dengan kekecewaan yang amat mendalam, masih dengan berlinang air mata. "Awalnya aku kira hal yang paling menyakitkan dalam cinta itu adalah sebuah pengkhianatan. Tapi ternyata ada yang lebih menyakitkan, yaitu posisi dimana aku harus selalu mempercayai seseorang, tapi aku sendiri tidak pernah dipercayai oleh orang itu."
"Ngga sayang, ngga. Kamu salah..."
"Iya aku emang salah, aku salah karena memiliki cinta yang hanya ada kepercayaan sepihak di dalamnya." sela Viona lagi
"Viona." Dion mulai meneteskan air matanya
"Aku kecewa sama kamu." Viona semakin berlinang air mata lalu pergi meninggalkan Dion yang hanya terdiam kaku