Part 18 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 18 LOVE IN RAIN
Ketika kita mencintai seseorang, kita pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai itu. Terlebih ketika orang itu adalah kekasih kita, bagian terpenting dalam hidup kita. Segala cara pun akan dilakukan demi kebahagiaannya.
Sama halnya dengan Dion, yang tak pernah berhenti untuk berusaha membuat Viona bahagia. Seperti yang dilakukannya saat ini ketika matahari sudah mulai bergulir ke arah barat, ia membantu Viona keluar dari mobil lalu berjalan menuju tepi laut dan menaiki sebuah kapal pesiar mewah. Bukan karena Viona tidak bisa berjalan, tapi karena ia sengaja menutup mata kekasihnya itu dengan sebuah kain untuk memberikan kejutan.
Viona sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh Dion, yang jelas tampilannya sudah di make over dengan sangat sempurna. Tak lagi menggunakan celana jeans dan kaos andalannya atau rambut lurus hitam yang tergerai biasa dan bahkan bukan lagi sepatu sederhana yang menghiasi kakinya. Tapi kali ini, gadis itu menggunakan sebuah gaun putih berlengan pendek dan panjang selutut, rambut yang tergerai indah dan sengaja dibuat sedikit bergelombang, juga sebuah high heels yang menghiasi kakinya. Ditambah ulasan make up yang semakin menambah kecantikannya. Semuanya benar-benar nampak sangat berbeda.
Seolah ingin senada, Dion pun menggunakan pakaian serba putih. Kemeja yang dibiarkan keluar tanpa dirapihkan ke dalam dengan lengannya yang sengaja dilipat sampai pertengahan tangan, dilengkapi celana bahan putih dan sepatu pantofel kulit berwarna hitam yang sangat modis. Tak lupa dengan rambutnya yang bergaya Zayn Malik, namun kini dibuat lebih keren dari biasanya.
Dengan penuh kelembutan, ia pun menuntun Viona berjalan hingga berdiri tegak berhadapan dengannya di tempat yang menurutnya paling pas.
"Kamu mau bawa aku kemana sih? koq dari tadi ga nyampe-nyampe?." Viona mengeluarkan pertanyaan yang sama setelah terdiam beberapa saat
"Ini udah nyampe koq." jawab Dion santai. "Bentar yah aku buka kain penutup matanya, tapi kamu jangan dulu buka mata sebelum aku suruh." lanjutnya yang langsung membuka sebuah kain yang sudah cukup lama menutupi mata Viona
Lalu lelaki itu menghampiri satu dari dua pramusaji yang ada di sebelah kanannya untuk mengambil kue ulang tahun yang memang sudah disiapkan sebelumnya, kemudian ia kembali mendekati Viona dan berdiri tepat dihadapan kekasihnya itu.
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday to you." Dion bernyanyi dengan penuh penghayatan dan suara yang sangat merdu, tak lama setelah Viona mulai membuka matanya
Sontak saja Viona langsung terenyuh dan menatap dengan rona bahagia ke arah kue coklat yang bertuliskan 'Happy Birthday Viona' lengkap dengan lilin berbentuk angka 20 dan lilin berbentuk kelinci yang dipegang oleh Dion. "Koq ada kelincinya?." tanyanya heran
"Kamu kan kelinci galaknya aku." Dion tersenyum jail
"Ih kucing rese." Viona hampir mencubit lengan kekasihnya itu
"Eh, lagi ulang tahun jangan galak-galak. Mending tiup lilinnya dulu." sela Dion
"Yaudah." Viona langsung tersenyum lembut. "Satu lagi harapanku di hari istimewa ini, semoga Dion menjadi pelabuhan terakhir cintaku, karena hanya bersamanya aku mampu menemukan pelangi di tengah hujan." harapnya dalam hati sebelum akhirnya meniup semua lilin itu
"Semoga aku menjadi bagian dari harapannya." gumam Dion dalam hatinya sambil terus memperhatikan Viona. "Sekarang potong kuenya." suruhnya lembut setelah Viona kembali berdiri dengan tegak
Viona pun langsung menurut dan memberikan potongan kue satu-satunya kepada Dion. Menyuapi kekasihnya itu dengan begitu lembut dan penuh perhatian, lalu disuapi balik dengan cara yang sama. Tanpa ia sadar disaat saling menyuapi, pramusaji yang tadi memberikan kue, mengambil kembali kuenya. Dan menggantinya dengan sebuah kotak yang terdapat bunga-bunga di dalamnya. Bunga berwarna biru muda yang sengaja dibentuk menjadi huruf 'V', dan bunga berwarna pink yang mengelililingi disekitarnya.
"Selamat ulang tahun sayang. Harapanku hanya satu yaitu kebahagiaan." Dion langsung memberikan kotak itu pada Viona. "Semoga kebahagiaan selalu menghampirimu, dan semoga aku bisa terus menjadi bagian dari kebahagiaan itu." lanjutnya dengan tatapan penuh arti
"Makasih sayang." Viona tersenyum lembut sambil memegang kotak yang diberikan oleh Dion tadi
"Jangan dulu berterimakasih, karena masih ada kejutan yang lainnya." sahut Dion yang langsung meminta sebuah kotak kecil kepada pramusaji yang berbeda dari yang sebelumnya. "Ini buat kamu." lanjutnya sambil membuka kotak itu sendiri dan menunjukkan isinya, karena menyadari bahwa Viona tidak mungkin memegang dua kotak sekaligus
"Kalung?." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Biar aku pasangin ya." sahutnya yang langsung melingkarkan kalung tersebut di leher Viona setelah gadis itu membalikkan badannya
"D dan V?." Viona memutar kepalanya ke arah Dion yang masih berada di belakangnya, sambil memegang liontin kalung itu yang memang menyatukan huruf D&V dengan posisi huruf 'V' yang berada sedikit di bawah huruf 'D'
"Iya, Dion dan Viona." Dion mengangguk lembut. "Aku harap kamu bisa menjaga kalung ini seperti kamu menjaga cinta kita." lanjutnya sambil kembali tersenyum penuh arti
"Aku pasti akan menjaganya dengan sangat baik." Viona balas tersenyum penuh arti
"Aku percaya, dan bahkan aku mempercayai kamu lebih dari aku mempercayai diri aku sendiri." Dion menatap dengan sangat dalam
Seketika Viona langsung meneteskan air mata bahagianya, ia begitu sangat terenyuh dengan ketulusan Dion selama ini.
"Hei, kamu kenapa nangis?." Dion langsung membalikkan badan Viona agar tepat menghadap ke arahnya
"Aku ga tau mesti berkata apa lagi, tapi yang jelas selama 5 bulan kita menjalin hubungan ini, kamu selalu melakukan apapun untuk kebahagiaan aku. Tapi aku sendiri, hanya menerima tanpa melakukan hal yang sama seperti kamu." jelas Viona dengan nada berat dan berlinang air mata
"Salah kalau kamu bilang kamu tidak melakukan apa-apa untuk kebahagiaan aku, karena kehadiran kamu dalam hidup aku itu adalah sebuah kebahagiaan yang sangat besar." Dion langsung memegang lembut pipi kanan Viona. "Cinta kamu, ketulusan kamu dan kesetiaan kamu membuat komitmen yang sudah kita buat menjadi kebahagiaan yang tidak ada tandingannya." lanjutnya yang langsung menarik Viona ke dalam dekapannya lalu memeluknya dengan sangat erat
Viona pun balik memeluk tak kalah erat, meskipun tangan kanannya masih memegang kotak bunga yang tadi. Namun hatinya selalu merasa tenang dan nyaman setiap kali bisa menenggelamkan wajahnya dalam dekapan kekasihnya itu seperti apapun keadaannya.
Perlahan Dion mulai melepaskan pelukannya dan menghapus bulir-bulir air mata yang masih tersisa di wajah Viona. Lalu menggerakkan matanya ke seluruh sudut dari tempatnya berdiri. "Kamu suka ga sama tempatnya?." tanyanya lurus
Viona mengerutkan kening samar sejenak, lalu mulai memperhatikan sekitarnya. Tak ada lagi kedua pramusaji yang tadi, hanya ada dirinya dan Dion di tempat itu. Kemudian ia kembali memperhatikan seluruh sudut dengan lebih seksama, dan betapa terkejutnya ia ketika baru menyadari dimana ia dan kekasihnya itu berada sekarang.
"Dion." Viona langsung menatap dengan tak percaya. "Sejak tadi kita ada di atas kapal dan di tengah lautan?." tanyanya lurus
"Iya." Dion mengangguk santai. "Kamu baru sadar?." tanyanya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Aku pikir, kita itu ada di restoran atau di tempat apa gitu yang biasa dikunjungi oleh pasangan-pasangan pada umumnya." Viona tersenyum konyol
"Justru itu, aku ingin melakukan hal yang ga biasa dilakukan oleh orang lain. Biar cerita kita beda dari yang lain." jelasnya dengan tatapan lembut. "Tapi masa kamu baru sadar sih kalau kita ada disini? di tempat seindah ini, kamu sampai ga menyadarinya?." tanyanya yang merasa tak mengerti
"Ya emang aku baru sadar, karena dari tadi aku ga memperhatikan semua keindahan ini." jelas Viona dengan santai
"Kenapa ga memperhatikan?." tanya lurus Dion
"Karena yang aku perhatikan cuma kamu." Viona menatap dengan sangat lembut. "Karena kamu lebih indah dari semua keindahan yang ada."
"Oh jadi sekarang kamu udah pinter ya berbahasa cinta kaya gini." Dion berusaha menggoda
"Aku kan belajar dari kamu, emangnya ga boleh?." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Ga boleh." Dion menggeleng singkat. "Kalau kamu ngomong kaya gininya sama orang lain." sahutnya sambil tersenyum jail
"Ya ga bakalan lah, ngapain juga ngomong kaya gini sama orang lain." balas Viona. "Lagipula aku tuh ga pernah kaya gini sebelumnya, cuma karena pacaran sama raja gombal aja jadinya kaya gini."
"Raja gombal, orang tulus dari hati juga." gerutu Dion dengan wajah so sebal
"Iya deh dari hati kamu yang paaling tulus." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Dion pun mulai kembali tersenyum lalu mengambil kotak bunga yang dipegang oleh Viona dan menyimpannya di meja kecil yang berada belakang badannya.
"Koq di ambil?." Viona mengerutkan kening heran
"Bukan di ambil, tapi di simpen dulu sebentar." Dion menanggapi dengan santai
"Kenapa?." Viona kembali mengerutkan kening heran
Tanpa menjawab sepatah katapun, Dion langsung kembali mendekati kekasihnya itu dengan diikuti oleh alunan musik romantis yang entah berasal dari mana sumber suaranya.
"Koq ada suara musik? siapa yang memainkannya? disini kan cuma ada kita berdua dan..."
"Biarkan saja alunan musik itu tak berwujud rupanya. Agar seperti cinta kita, tak tampak tapi bisa dirasakan." sela Dion dengan tatapan lembutnya
Lalu ia mengarahkan telapak tangan kanannya pada Viona sebagai tanda ajakan berdansa.
"Tapi aku ga bisa dansa." Viona menunjukkan wajah polos
"Berikan saja tangan kamu." suruh Dion lembut
Tanpa berkomentar lagi, Viona pun memberikan tangan kirinya untuk digenggam erat oleh Dion. Sedangkan tangan kanannya ia letakkan pada bahu kiri kekasihnya itu setelah pinggang bagian kanannya dirangkul dengan mesra. Lalu mulai bergerak mengikuti setiap nada yang dimainkan dengan mata keduanya yang tak berhenti saling menatap.
Kemudian Dion memutar kekasihnya itu secara perlahan hingga ia dapat memeluknya dari belakang. Dan kembali bergerak mengikuti nada dengan penuh cinta.
Hingga akhirnya mereka kembali saling berhadapan dan bertatapan. Dion melingkarkan kedua tangannya dengan mesra pada pinggang Viona, dan Viona sendiri melingkarkan kedua tangannya pada leher kekasihnya itu. Lalu saling berpelukan dengan tetap bergerak mengikuti alunan musik di tengah senja yang mulai tampak di bagian barat langit. Keduanya begitu menikmati kebersamaan yang sangat indah itu.
***
"Sayang, makasih ya." sahut Viona saat dirinya dan Dion sudah berada di perjalanan pulang
"Makasih untuk?." Dion menatap kekasihnya itu sekilas karena tengah fokus menyetir
"Makasih untuk hari ini dan makasih untuk semua yang udah kamu lakukan buat aku." Viona menatap dengan penuh arti
"Kamu ga perlu berterimakasih, karena sudah menjadi kewajiban aku untuk melakukan semua hal yang bisa membuat kamu bahagia." Dion balik menatap penuh arti
Viona tersenyum sejenak. "Eh tapi koq kamu bisa tau sih kalau hari ini aku ulang tahun?." tanyanya lurus
"Apa sih yang ngga aku tau tentang kamu." Dion tersenyum dengan begitu santai
"Oh iya, kamu kan suka mencari tau tentang aku melalui mama." Viona mulai mengingat hal itu
"Iya dong, emangnya kamu ga berusaha untuk mencari tau tentang aku." sahut Dion
"Siapa bilang? orang semenjak kita jadian aku selalu mencari tau tentang kamu melalui mama kamu koq." Viona berkata tanpa sadar
"Apa? kamu selalu mencari tau tentang aku melalui mama aku?." tanya Dion lurus
Seketika Viona langsung gelagapan tak jelas dan berusaha mencoba mengelak.
"Cewe tuh gitu ya gengsian mulu kerjaannya, udah jelas-jelas ketauan tetap aja ga ngaku." Dion menunjukkan wajah tak mengerti
"Iya deh aku ngaku." Viona tersenyum polos
"Nah gitu kek dari tadi." sahut Dion. "Eh tapi mau sampai kapan sih kita selalu saling mencari tau melalui orang lain? kenapa ga langsung dari orangnya aja?." tanyanya santai
"Ya sampai kamu mau terbuka sama aku, baru aku juga mau terbuka langsung sama kamu." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Koq aku?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya iyalah kamu, orang kamu yang ga pernah terbuka sama aku. Padahal kamu sering banget nyuruh aku cerita sama kamu kalau aku lagi punya masalah atau keluhan, tapi kamunya sendiri ga pernah tuh cerita apapun soal masalah atau keluhan kamu sama aku." jelas Viona
"Yaudah maaf." Dion menatap dengan lembut. "Mulai sekarang aku janji aku akan selalu terbuka sama kamu, biar kita bisa saling mengetahui tentang diri kita masing-masing tanpa perantaraan orang lain."
"Janji ya?." Viona mengangkat jari kelingkingnya
"Janji." Dion langsung mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingkingnya Viona. "Dan aku juga janji aku akan memberitahu kamu tentang sebuah hal yang selama ini aku sembunyikan dari kamu secepat mungkin." gumamnya dalam hati
Senja telah pergi, dan langit pun mulai menghitam. Saat Dion tiba di rumah Viona untuk mengantarkan kekasihnya itu pulang. Perlahan mereka melangkahkan kakinya menuju teras rumah, setelah turun dari mobil yang diparkirkan di pinggir jalan namun sedikit masuk ke dalam halaman seperti biasanya.
Bukannya langsung mengetuk pintu, Viona justru malah fokus memperhatikan kegelapan yang terlihat dari jendela rumahnya.
"Kamu kenapa?." Dion mengerutkan kening heran saat kekasihnya itu tiba-tiba menghentikan langkahnya
"Lampu rumah aku koq mati ya? padahal baru jam segini." Viona nampak tak mengerti sambil terus memegang kotak bunga yang diberikan oleh Dion di atas kapal tadi
"Mungkin mama kamu lagi pergi." Dion menanggapi dengan santai
"Oh iya tadi pagi kan mama bilang kalau sore ini dia dan Feby mau pergi mengantar pesanan kue ke pelanggan, mungkin mereka belum pulang kali ya jadi lampunya belum dinyalakan." Viona mulai mengingat hal itu
"Sepertinya." Dion kembali menanggapi dengan santai. "Terus gimana? kamu ga bisa masuk sekarang dong kalau mereka belum pulang." tanyanya lurus
"Tetep bisa koq, karena biasanya mama ga ngunci pintu kalau tau aku bakal pulang lebih cepet." Viona mulai mencoba membuka pintu yang memang benar tidak terkunci, tepat seperti dugaannya. "Tuh kan ga di kunci." sahutnya setelah pintu mulai terbuka
"Yaudah biar aku temenin kamu ya sampai mereka pulang." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Ayo masuk." ajaknya yang mulai berjalan lalu mencari stop kontak yang berada di dekat kamarnya Feby
"Surprise." teriak Feby, Vina dan Sarah saat lampu sudah menyala sambil menyemproti sepasang kekasih itu dengan snow spray dan juga string spray yang mengeluarkan benang berwarna-warni
"Kalian." Viona nampak tak percaya tapi merasa sangat bahagia sambil membersihkan wajahnya yang terkena semprotan tadi dengan tangan kanannya
"Ini kejutan dari calon mertua kak Viona loh." sahut Feby sambil berjalan mendekati Viona bersama dengan Vina dan juga Sarah yang tengah memegang kue ulang tahun
"Feby." Viona nampak tersipu malu
"Happy Birthday Cantik. Doanya, semua yang terbaik untuk Viona." Sarah tersenyum dengan begitu lembut sambil mengangkat kue yang sejak tadi dipegangnya, masih tetap sama bertuliskan 'Happy Birthday Viona' lengkap dengan lilin berbentuk angka 20
"Makasih banyak tante yang lebih cantik." Viona balas tersenyum tak kalah lembut
"Sini biar aku simpen dulu kotaknya." Dion langsung mengambil kotak bunga yang dipegang oleh Viona lalu menyimpannya di atas meja
"Semoga kebahagiaan ini tak akan pernah berakhir." harap Viona singkat dalam hatinya kemudian langsung meniup lilinnya tanpa disuruh seperti pada dua kejutan sebelumnya
Lalu gadis itu mulai memotong kuenya. Potongan pertama untuk Vina, kedua untuk Feby, dan ketiga untuk Sarah. Ia menyuapi mereka semua secara bergantian dan disuapi balik, lalu diberi sebuah pelukan. Kemudian ia memberikan potongan kue terakhir untuk Dion, kembali menyuapi dan balik disuapi.
"Kenapa aku dapat potongan yang terakhir?." tanya lurus Dion
"Karena aku ingin kamu menjadi yang terakhir dalam hidup aku." jawab Viona sambil tersenyum begitu lembut
Sontak saja suara batuk palsu pun langsung bermunculan dan membuat Viona menjadi salah tingkah tak karuan.
"Viona, tante punya sesuatu untuk kamu." sahut Sarah saat suasana kembali tenang sambil memberikan sebuah kotak berukuran cukup besar setelah menyimpan kue yang tadi dipegangnya
"Ini apa tante?." tanya Viona setelah menerima kotak itu
"Buka aja." Sarah tersenyum lembut
Viona pun langsung membukanya, dan merasa terkejut ketika mengetahui isi dari kotak itu. Karena ternyata isinya adalah beberapa baju yang nampak sangat modis dan bermerk.
"Itu semua baju langsung seperti yang kamu pakai sekarang." Sarah menatap lurus gadis itu
"Tapi tante, kenapa tante memberikan baju-baju ini?." Viona nampak tak mengerti
"Dion bilang sama tante, kalau dia lebih suka kamu menggunakan pakaian seperti ini." Sarah menatap Dion sekilas. "Karena menurut dia, kamu terlihat lebih cantik dan juga anggun." jelasnya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Bukan karena aku tidak mencintai kamu apa adanya ya, tapi karena aku ingin kamu lebih feminim." sahut Dion dengan tatapan lembutnya
"Bener tuh kata kak Dion, kakak lebih cantik kalau feminim kaya gini. Apalagi ditambah pake make up, udah deh cinderella aja lewat cantiknya sama kakak." puji Feby dengan begitu sumringah
"Iya dong cantik, siapa dulu mamanya." tambah Vina yang langsung mendekat dan merangkul bahunya Viona
"Kalau aku cantik ga Ma?." tanya lurus Feby
"Cantik dong, kamu kan juga anak mama." Vina tersenyum dengan begitu percaya diri
"Ih mama, terlalu deket sama Dion sih ya jadi tertular penyakit kepedean kaya gini." Viona terkekeh kecil
"Loh koq jadi aku sih." sahut Dion
"Iyalah yang suka kepedean kan kamu." ledek Viona
"Bagus dong, itu artinya aku mempunyai rasa percaya diri yang sangat besar." Dion tersenyum dengan bangganya
"Iyain aja biar cepet." Sarah tersenyum jail
"Nah bener tuh tante." Viona ikut tersenyum jail
"Ih mama, malah ngajarin ga bener." Dion menatap Sarah dengan gemas
"Ga bener apanya, bener dong. Kalau ga diiyain kan kamu ga bakal selesai-selesai ngomongnya." jelas Sarah kembali tersenyum jail
"Iya nanti bukan lagi makan malam namanya." sahut Vina
"Makan malam?." Viona mengerutkan kening heran
Tanpa ada yang berkomentar, Dion dan Viona pun langsung diajak menuju dapur. Lalu mulai saling tertuduk di meja makan yang sudah tersedia banyak makanan yang sangat menggugah selera.
Ada makanan kesukaannya Dion yaitu seafood, dan ada juga makanan kesukaannya Viona yaitu beberapa olahan daging ayam. Ditambah dengan masakan andalan dari Vina dan juga Sarah. Menambah makan malam yang menyatukan dua keluarga itu semakin terasa nikmat. Terlebih dengan keceriaan yang selalu tercipta didalamnya. Membuat hari istimewa Viona kali ini benar-benar terasa sangat istimewa. Tiga kejutan yang begitu mengesankan dan menyentuh hatinya.
***
Viona baru saja sampai di depan restoran saat hujan turun dengan cukup deras di sore ini. Sebenarnya gadis itu tak ingin kehujanan, namun karena dikejar waktu untuk melakukan pekerjaannya yang sekarang menjadi bahan skripsinya, ia terpaksa harus merasakan guyuran dari langit itu. Bukan pekerjaan sebagai pelayan yang dimaksudkan Viona, tapi sebagai manager restoran. Meskipun pekerjaan pertamanya itu masih tetap dilakukan, tapi itu hanya sebatas tanggung jawab. Tidak ada kaitan dengan perkuliahannya.
"Semoga tidak ada masalah setelah ini." harapnya dalam hati saat mulai memasuki pintu restoran
Lalu segera bergegas menuju loker untuk mengganti pakaiannya dengan seragam kerja. Dengan rambut yang tidak diikat lagi seperti biasanya, tapi sengaja digerai agar sesuai dengan keinginan kekasihnya. Gadis itu langsung melakukan pekerjaannya. Mengatur segala hal yang ada disana juga melayani para pengunjung restoran dengan sangat gesit. Namun di tengah kesibukannya itu, ia baru tersadar jika ia tidak mendapatkan kehadiran Dion dari sejak tiba di restoran tadi.
Hingga akhirnya ia pergi menemui para chef yang tengah sibuk memasak di dapur restoran, dan ia mengetahui bahwa kekasihnya itu tengah sakit dan sedang beristirahat di ruang kerjanya. Jelas saja ia pun merasa khawatir dan langsung beranjak untuk menemuinya sambil membawakan makanan dan air mineral.
Perlahan Viona mulai membuka pintu ruangan Dion, setelah tidak ada jawaban ketika ia mengetuk pintu itu berulang kali. Kakinya langsung melangkah ke dalam ruangan, dan melihat Dion tengah tertidur sambil bersandar di sebuah sofa tak jauh dari tempat meja kerjanya berada. Ia pun langsung menghampiri dan terduduk di sebelahnya sambil menyimpan makanan yang dibawanya di atas meja yang berada di depan sofa itu.
Tangannya mulai tergerak untuk memeriksa keadaan Dion. Dipegangnya dengan lembut kening kekasihnya itu, dan merasakan kehangatan tubuhnya.
"Sepertinya Dion sedikit demam." gumam Viona sambil menurunkan tangannya
Tak lama setelah itu, Dion pun mulai membuka matanya secara perlahan dan langsung menyadari kehadiran Viona. "Eh sayang." sahutnya sambil menoleh ke arah kekasihnya itu
"Kamu sakit ya?." tanya lurus Viona
"Hah? ngga, aku cuma kecapean aja makanya ketiduran." elak Dion sambil mulai duduk dengan tegak dan mengusap wajahnya berulang kali untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih terasa
"Oh jadi gitu, sama orang lain ngaku sakit. Tapi giliran sama aku bilangnya baik-baik aja." sahut Viona dengan sedikit acuh
"Orang lain?." Dion mengerutkan kening heran, lalu mulai mengingat jika tadi ia sempat memberitahu para chef tentang keadaannya yang sebenarnya. "Bukan maksud kaya gitu, aku cuma..."
"Cuma apa? cuma ga mau bikin aku khawatir?." sela Viona
"Ya iya, karena aku kan ga sakit yang gimana-gimana. Cuma ga enak badan biasa doang." jelas Dion
"Selalu saja itu alasan kamu." sahut Viona datar. "Ini udah ketiga kalinya ya kamu kaya gini. Terus mana yang kamu bilang kamu mau terbuka sama aku tentang hal apapun itu?."
"Yaudah, maafin aku ya. Aku cuma ga mau sering buat kamu khawatir, karena hanya ga enak badan gini aja aku mesti bilang sama kamu." Dion langsung menggenggam erat kedua tangannya Viona
"Yaudah kalau gitu, mulai sekarang aku juga ga bakal bilang sama kamu kalau aku lagi sakit atau cuma sekedar ga enak badan. Dan kamu juga jangan nanya-nanya sama mama soal keadaan aku." Viona menatap dengan sedikit kesal
"Loh koq gitu sih? aku kan berhak tau, biar aku bisa menemani dan menjaga kamu disaat seperti itu." Dion nampak tak senang
"Kalau kamu berhak, berarti aku juga berhak dong untuk tau tentang keadaan kamu, sekecil apapun itu." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Oke, aku janji. Untuk ke depannya aku akan benar-benar terbuka sama kamu. Mau itu hal besar atau hal sekecil sekalipun." Dion menatap sangat lembut dengan tangannya yang masih menggenggam erat kedua tangan Viona
"Aku ga butuh janji." acuh Viona
"Aku akan buktikan semuanya sama kamu." Dion kembali menatap dengan sangat lembut
"Oke." Viona menanggapi dengan santai. "Yaudah kalau gitu, mendingan sekarang kamu makan dulu ya." lanjutnya yang langsung mengambil makanan yang dibawanya tadi yang tersimpan di atas meja
"Sebenarnya aku ingin sekali memberitahu kamu tentang hal yang telah aku sembunyikan selama ini sekarang juga. Aku ga bisa menyembunyikannya lebih lama lagi, tapi aku takut kamu berubah dan malah pergi meninggalkan aku." gumam Dion dalam hatinya saat Viona tengah menyuapinya dengan penuh perhatian dan kasih sayang