Part 17 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 17 LOVE IN RAIN
Liburan panjang telah berlalu. Dan hari ini saatnya Viona kembali menjalankan dua rutinitas sekaligus. Kerja dan kuliah. Tentu saja waktu, pikiran dan tenaganya akan lebih terkuras sekarang. Bagaimana tidak, gadis itu sudah berada di tingkah akhir perkuliahannya. Jadi ia harus benar-benar memfokuskan diri pada kuliahnya disamping harus tetap bekerja.
Namun bukan Viona namanya, jika harus mengeluh dengan segala kesibukan yang ada. Ia tetap saja semangat dan ceria mau sebesar apapun kepenatan yang menghampiri. Begitupun dengan pagi ini, wajahnya terus saja berseri-seri. Terlebih karena Dion yang mengantarnya ke kampus, dan sepertinya lelaki itu akan menjadi supir cintanya mulai saat ini.
Bukan maksud memanfaatkan, hanya saja memang Dion yang meminta agar bisa mengantar jemputnya ke kampus setiap hari. Seperti halnya mengantar jemput ke restoran yang selalu dilakukan oleh kekasihnya itu sejak mereka jadian.
"Aku masuk dulu ya sayang." pamit Viona saat mereka sudah berada di parkiran kampus
"Ga mau aku anterin sampe depan kelas gitu?." tanya lurus Dion
"Ya ngga lah, emang kamu pikir aku anak SD apa." Viona terkekeh kecil
"Ya gapapa, sekalian flashback gitu." Dion menanggapi dengan santai
"Udah ah kamu ngaco deh, mendingan sekarang kamu pulang aja terus siap-siap ke restoran." suruh Viona lembut
"Orang aku udah siap gini, mau siap-siap apa lagi." Dion menunjukkan pakaiannya yang sudah rapih, kemeja warna merah ati dan celana bahan warna hitam yang membuat tampilannya elegant dan semakin terlihat tampan
"Yaudah bagus dong kalau udah siap, berarti sekarang kamu tinggal pergi aja ke restoran." suruh Viona lagi
"Tapi aku ga mau pergi dulu, sebelum aku mastiin sendiri kalau kamu aman sampai tiba di dalam kelas." tolak Dion dengan sedikit tegas
"Ya ampun sayang, ini tuh di kampus. Ya pasti aman lah, gimana sih kamu." sahut Viona
"Tetep aja, aku pengen mastiin sendiri. Takutnya nanti pas kamu jalan sendirian ke kelas, malah di godain sama cowo-cowo lagi." jelas Dion
"Oh jadi intinya kamu ga mau kalau sampai ada cowo lain yang godain aku?." Viona mulai mengerti maksud kekasihnya itu
"Bukan hanya ga mau, tapi ga akan pernah rela." tegas Dion
"Saking cintanya ya sampai ga rela kaya gitu?." goda Viona sambil menyenggol lengan Dion
"Tepat sekali." Dion mengangguk singkat. "Makanya itu, biar aku anterin kamu sampai depan kelas." sahutnya yang langsung menggenggam erat jari-jemari kekasihnya itu
"Hah? kamu serius mau nganterin aku sampai depan kelas?." Viona menatap tak percaya
"Emang muka aku keliatan lagi bercanda?." tanya Dion santai
"Ya ngga sih, tapi kan aku bukan anak kecil sayang." Viona menatap lurus Dion
"Aku kan ga bilang kamu anak kecil." jelas Dion
"Ya terus kenapa kamu masih juga maksa buat nganterin aku sampai depan kelas?." tanya lurus Viona
"Kamu ingat? aku kan pernah bilang kalau aku akan selalu menjaga dan melindungi kamu." Dion menatap dengan sangat lembut. "Jadi izinkan aku untuk melakukannya, karena apa yang aku katakan itu bukanlah sebuah janji tapi sebuah bukti dari cinta aku sama kamu."
Seketika Viona langsung menjadi salah tingkah tak karuan, pipinya pun begitu merah merona, begitupula detak jantungnya yang menjadi tidak terkendali.
"Jadi gimana? masih mau nolak atau..."
"Aku ga bakal nolak." sela Viona sambil tersenyum penuh arti
"Oke." Dion langsung mempererat pegangannya dan mulai melangkahkan kaki bersama kekasihnya itu
Melewati halaman kampus, memasuki gedung perkuliahan, menyelusuri koridor, menaiki tangga hingga lantai tiga, lalu berjalan menuju kelas. Dan selama itu, selalu ada saja teman lelaki Viona yang berusaha menggoda, sekalipun hanya sebatas menyapa atau mengucapkan selamat pagi.
Karena memang, Viona termasuk salah satu mahasiswi yang dikagumi banyak orang. Namun selama berpacaran dengan Dimas, tak ada seorang pun dari mereka yang berani mendekat. Jadi saat mengetahui bahwa hubungan gadis itu dengan Dimas telah berakhir, mereka kembali mencoba mendekat.
"Tuh kan ada aku aja mereka berani menggoda kamu seperti itu, apalagi kalau ga ada aku." sahut Dion saat ia dan Viona sudah berada di depan pintu kelas
"Kamu cemburu ya?." tanya Viona santai
"Gimana aku ga cemburu coba? mereka berani menggoda kamu padahal mereka melihat sendiri kalau kamu sedang bergandengan tangan dengan aku." Dion menatap dengan serius
"Yaudah aku minta maaf, dari dulu mereka emang sering kaya gitu. Cuma pas aku jadian sama Dimas, mereka ga berani lagi karena Dimas over protective banget. Padahal mereka cuma temen dan itu semua candaan kecil doang, cuma saling bertegur sapa biar lebih akrab." jelas Viona dengan tenang
"Oh jadi setelah tau kamu putus dari Dimas, mereka sekarang kaya gitu lagi?." tanya lurus Dion
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Kalau emang kamu ga suka, yaudah biar aku bilang aja sama mereka kalau kita berdua pacaran, dan aku juga akan bilang kalau mereka ga boleh kaya gitu lagi karena pacar baru aku ini ga terima." sahutnya santai
"Ga usah." Dion menggeleng santai. "Karena aku bukan Dimas yang akan membatasi pergaulan kamu sama teman-teman kamu itu." jelasnya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Dengan sikap kamu yang kaya gini, jadi makin cinta deh sama kamu." Viona langsung menggandeng Dion dengan manja
"Ih sejak kapan kamu kaya gini?." Dion menatap dengan ngeri
"Sejak saat ini, emangnya kenapa? aku ga boleh manja-manjaan sama pacar aku sendiri?." tanya Viona
"Ya bukan ga boleh, cuma ngerasa aneh aja kalau ngeliat kamu kaya gini. Oh atau mungkin kamu udah biasa kaya gini ya waktu masih jadian sama Dimas?." Dion menatap lurus kekasihnya itu
"Ih enak aja." Viona langsung melepaskan pegangannya
"Koq di lepas?." Dion mengerutkan kening heran
"Ya abisan kamu ngomongnya kaya gitu." Viona menunjukkan wajah sebal. "Aku tuh ga pernah ya manja-manjaan kaya gini sama cowo selain kamu, apalagi si Dimas. Eh ada satu deng, papa aku. Tapi selainnya ga pernah sedikitpun juga." jelasnya dengan tegas
"Oh jadi cuma sama aku aja." sahut Dion sambil mendekat. "Yaudah sekarang gandeng lagi dong." lanjutnya sambil menyenggol Viona dengan lengan kirinya
"Ga mau." tolak Viona sambil memalingkan wajah
"Kamu makin cantik deh kalau lagi ngambek kaya gini." goda Dion sambil merangkul bahu Viona
"Gombal." sahut Viona masih dengan wajah sebal
"Tapi seneng kan digombalin." goda Dion kembali sambil menyengggol Viona
"Ih Dion." Viona langsung menatap lurus kekasihnya itu sambil menahan senyum gemas
"Apa?." Dion mencoba menggoda kembali
Viona langsung mencubit hidung Dion dengan cukup kencang, dan membuat kekasihnya itu pun melakukan hal yang sama. Lalu keduanya saling tertawa ceria dan saling bertatapan. Namun suasana itu terhenti ketika tiba-tiba saja ada beberapa teman perempuan Viona yang datang, bahkan sudah memanggil nama gadis itu dari jarak yang lumayan jauh. Dan langsung saling berpelukan ketika sudah dekat. Juga saling melepas rindu setelah tidak bertemu selama liburan panjang berlangsung.
"Lo apa kabar?."
"Makin kinclong aja deh setelah liburan."
"Iya nih, makin bahagia gimana gitu ya wajahnya."
"Apa jangan-jangan karena cowo yang di sebelah lo itu ya."
"Kalian ini, tetep aja ya heboh kaya gini." Viona menanggapi celotehan semua temannnya itu dengan santai. "Gue baik koq, baik banget malah. Sebaik kabar kalian saat ini." lanjutnya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oh iya kayanya ada yang belum lo kenalin tuh sama kita." sahut salah seolah diantara mereka sambil mengarahkan matanya ke arah Dion yang sejak tadi hanya berdiam diri di sebelah Viona
"Iya siapa sih cowo itu, pacar baru lo ya." tambah yang lainnya
"Saya bukan pacarnya Viona." sahut Dion yang langsung membuat Viona tercengang
"Bukan pacar? terus siapa? oh gebetannya ya?." tanya teman Viona yang lainnya
"Bukan juga." Dion tersenyum singkat. "Saya Dion dan saya adalah calon suaminya Viona." jelas Dion yang membuat Viona semakin tercengang dan tak percaya
"Oh calon suaminya."
"Bagus deh Viona, akhirnya lo bisa move on juga."
"Betul tuh, dan menurut gue Dion ini lebih pantes buat lo deh dibandingkan si Dimas."
"Setuju banget. Yaudah mendingan kita ke dalam duluan yu, biar ga ngeganggu mereka."
Viona menjadi tak karuan, terlebih ketika teman-temannya itu sudah masuk ke dalam kelas dan meninggalkannya berdua dengan Dion di luar. Lalu ia mulai menoleh ke arah kekasihnya itu.
"Kenapa? ada yang salah?." tanya Dion dengan santai
"Kamu ngapain bilang ke mereka kalau kamu itu calon suami aku?." tanya lurus Viona
"Emang kenapa? kamu ga mau nikah sama aku?." Dion menatap dengan santai
"Ya bukan gitu, hubungan kita ini kan baru, tapi kamu..."
"Sayang, dengerin aku ya. Kita itu udah sama-sama dewasa, jadi udah bukan lagi saatnya untuk pacaran main-main tanpa ada tujuan yang jelas." sela Dion yang langsung menggenggam erat kedua tangan Viona. "Sekarang saatnya kita memikirkan masa depan kita berdua. Aku ga mau kamu hanya menjadi pacar aku yang setahun dua tahun putus, tapi aku mau kamu menjadi pendamping hidup aku untuk selamanya." lanjutnya dengan tatapan yang begitu lembut
"Dion, kayanya aku harus masuk sekarang deh. Kamu hati-hati ya di jalannya." sahut Viona yang menjadi salah tingkah dan langsung masuk ke dalam kelas
Sementara Dion hanya menyunggingkan seulas senyum di bibirnya sambil memperhatikan sikap kekasihnya itu, lalu mulai beranjak pergi.
Perempuan mana yang tidak akan luluh, jika kekasihnya sudah menunjukkan keseriusan di dalam hubungan yang baru dijalin hitungan minggu. Bahkan tak ada kebohongan sedikitpun yang terpancar dari tatapan matanya, benar-benar nyata dan bukan rayuan gombal.
Meluluhkan hati memang bukanlah hal yang mudah. Tapi dengan ketulusan, hati sekeras apapun akan luluh lantah. Terlebih ketika dua hati sudah bersatu. Kekuatan cintanya mengalahkan dahsyatnya ombak yang mampu menyapu karang di lautan hingga hancur. Mengalahkan kekuatan angin yang mampu merobohkan pohon yang sudah berdiri kokoh ribuan tahun. Dan mengalahkan kecepatan api yang mampu membinasakan apa saja yang ditemuinya.
Hal itulah yang juga diinginkan oleh Viona dalam kisah cintanya bersama Dion. Ia berharap kekuatan cintanya dengan kekasihnya itu mampu melawan badai sebesar apapun yang nanti akan datang menghampirinya.
Gadis itu begitu terlarut dalam alam khayalnya, pikirannya pun seakan terus melayang semenjak Dion mengatakan kata-kata manis itu kepadanya. Kata-kata yang tak pernah ia dapatkan dari lelaki yang lainnya. Sungguh menyejukkan hati.
"Viona, Viona."
Hingga akhirnya panggilan itu membuyarkan semua lamunannya, sontak saja Viona pun langsung terperanjat dan segera menoleh ke sumber suara itu. Tepatnya ke arah teman yang duduk di sebelahnya di jajaran kursi paling depan.
"Lo ngelamunin apa sih dari tadi? di panggil berkali-kali ga nyaut-nyaut." tanya teman Viona yang dimaksud tadi
"Hah? ngga, gue ga ngelamunin apa-apa koq." jawab Viona sambil tersenyum kecil lalu mulai menoleh ke depan kelas
Tapi begitu terkejutnya gadis itu ketika melihat ada beberapa orang yang berada di depan kelas tengah duduk di kursi yang sengaja diatur berderetan. Lebih terkejut lagi ketika melihat salah seorang dari mereka yang terduduk di kursi paling ujung, berada paling dekat dari tempatnya sekarang.
"Dimas? ngapain dia disini." sahut Viona dengan amarah yang mulai menghampiri
"Dari tadi dia emang ada disini sama alumni yang lainnya. Mereka di suruh oleh Pak David untuk memberi pengarahan kepada kita seputar dunia kerja dan hal lainnya yang berkaitan dengan jurusan kita, juga untuk persiapan kita menyusun skripsi." jelas teman Viona yang lainnya yang saat ini duduk tepat di belakang gadis itu
"Lo sih ngelamun terus, jadi ga nyadar kan kalau dia ada disini, ga lama setelah lo masuk ke kelas tadi." sahut teman Viona yang lainnya lagi
"Kenapa sih gue harus ketemu dia lagi." geram Viona dalam hatinya
Sekalipun kesal, tapi gadis itu tetap berusaha untuk tenang dan fokus. Memperhatikan pengarahan demi pengarahan yang disampaikan dengan seksama dan menyerapnya dengan sangat baik.
Hanya saja ketika Dimas yang menyampaikan, ia langsung memalingkah wajah dan tidak memperhatikan sedikitpun. Sampai akhirnya kegiatan itu selesai dan sudah tidak ada lagi jam perkuliahan di hari ini. Dengan cepat, ia pun langsung bergegas pergi meninggalkan kelas. Namun ternyata Dimas malah terus mengikutinya.
"Viona, tunggu." panggil Dimas untuk kesekian kalinya sambil memegang erat tangan kanan Viona saat mereka tengah menuruni tangga
"Lepasin." Viona langsung menepis pegangan lelaki itu. "Kenapa sih lo masih terus aja ngegangguin hidup gue? apa masih kurang jelas apa yang gue bilang waktu itu?." tanyanya dengan tajam
"Aku ga bermaksud mengganggu hidup kamu, aku cuma mau membahas soal pengarahan skripsi yang tadi." jelas Dimas dengan tenang. "Aku cuma mau menawarkan, gimana kalau kamu magang di perusahaan papa aku aja? nanti biar aku yang urus semuanya dan aku juga bakal bantuin kamu dalam menyusun skripsinya."
"Tapi sorry gue sama sekali ga butuh bantuan lo." tolak Viona dengan kasar dan langsung melanjutkan langkahnya
Namun Dimas kembali mengikuti, bahkan hingga Viona sudah berada di parkiran. Ia tetap saja berusaha menahan dan menghalangi jalan gadis itu.
"Lo kenapa sih ga pernah ngerti juga? jauhin gue." tegas Viona yang mulai geram
"Dan kenapa kamu juga ga pernah coba untuk menghargai aku? aku cuma berniat baik untuk membantu kamu, bukan untuk mengganggu kamu." Dimas menatap lurus Viona
"Oh lo mau dihargai? oke kalau gitu gue ucapkan terima kasih atas niat baik lo ini, tapi sorry gue ga mau menerimanya." tegas Viona lagi dengan tatapan tajam
"Tapi kenapa?." tanya lurus Dimas
"Karena gue ga mau punya urusan apapun lagi sama lo." sahut Viona tajam yang kemudian langsung beranjak pergi
"Tapi Viona." Dimas langsung menarik tangan gadis itu
"Lepasin ga." Viona berusaha melepaskan pegangan Dimas
"Aku ga bakal lepasin kamu, sebelum kamu bisa bicara baik-baik sama aku." sahut Dimas
"Gue ga perlu ngomong baik-baik sama lo, karena lo itu ga bisa di ajak baik-baik." balas Viona kembali tajam. "Lepasin ga." lanjutnya lebih tajam
"Ngga, aku ga akan lepasin kamu." tegas Dimas
Viona kembali berusaha melepaskan pegangan lelaki itu, namun pegangannya terlalu kencang sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Beruntung Dion segera datang dan langsung menjauhkan Dimas darinya.
"Lo lagi, kenapa sih lo harus selalu ikut campur sama urusan gue dan Viona?." Dimas menatap dengan sangat kesal
"Emangnya kenapa?." tanya Dion santai. "Lagipula gue berhak koq ikut campur sama semua hal yang berhubungan dengan Viona, karena sekarang Viona itu adalah pacar gue." lanjutnya dengan tegas
"Hah? Viona pacar lo?." Dimas tersenyum meremehkan. "Ga usah mimpi deh lo." sahutnya sambil mendorong Dion
"Justru lo yang mimpi karena terus berharap Viona mau kembali sama lo." Dion menunjuk dengan kesal
"Eh gue jelas ya berharap sama Viona, karena dia pernah jadi pacar gue. Sedangkan lo apa? hanya karena dia kerja di restoran lo dan dia deket sama lo, terus lo bisa berharap gitu sama dia?." Dimas menepis tangan Dion
"Terserah lo mau ngomong apa. Tapi kenyataannya Viona emang pacar gue sekarang, dan lo ga bisa menyangkal itu." tegas Dion
"Terus lo pikir gue percaya gitu? hah? ga bakalan." sinis Dimas. "Viona ga akan mungkin nerima lo jadi pacarnya, karena dia masih cinta sama gue."
"Siapa bilang ga mungkin? bukankah gue pernah mengakui langsung di depan lo kalau gue itu emang cinta sama Dion?." Viona mulai bersuara setelah tadi hanya terdiam menyaksikan pertengkaran sengit kedua lelaki itu. "Dan tepat di saat gue mengatakan itu semua sama lo, kami berdua resmi pacaran. Jadi kalau lo pikir gue masih cinta sama lo? jelas lo salah besar, karena gue sama sekali udah ga punya perasaan apa-apa lagi sama lo." jelasnya dengan sangat tegas
"Ga, ga mungkin. Ga mungkin kamu bisa melupakan secepat ini." Dimas nampak sangat tidak percaya
"Terserah lo mau percaya atau ngga, tapi kenyataannya sekarang Dion adalah pacar gue dan kami sangat saling mencintai." Viona langsung menggandeng Dion dan menatap sinis Dimas
"Lebih baik kita pergi aja, ga usah ngurusin orang yang ga bisa nerima kenyataan kaya dia." ajak Dion sambil menatap lurus Viona
Gadis itu pun langsung mengangguk yakin, lalu pergi meninggalkan Dimas yang masih terdiam kaku di tempatnya berdiri.
"Berulang kali kamu menolak aku, berulang kali juga aku akan terus berusaha untuk mendapatkan kamu kembali." geram Dimas dalam hatinya. "Persetan dengan Dion, karena selamanya kamu hanya milik aku dan akan selalu menjadi milik aku Viona."
***
"Dimas ngapain sih pake nemuin kamu segala ke kampus?." tanya Dion saat sedang di perjalanan
"Dia datang ke kampus bukan sengaja untuk ketemu sama aku koq." jelas Viona dengan santai
"Maksud kamu?." Dion mengerutkan kening heran
"Jadi dia sama alumni yang lainnya itu disuruh sama dosen untuk ngasih pengarahan di kelas aku seputar persiapan penyusunan skripsi, dunia kerja dan yang lainnya." Viona langsung memutar badannya dan menatap kekasihnya itu yang tengah fokus menyetir. "Awalnya aku juga ga sadar kalau ada mereka di kelas, karena tadi aku lagi ngelamun. Tapi pas aku sadar, terus ngeliat si Dimas, mood aku langsung hilang seketika." lanjutnya dengan wajah sebal
Dion tersenyum sejenak lalu menatap kekasihnya itu dengan santai. "Kamu pasti ngelamunin kata-kata aku yang tadi pagi ya." godanya jail
"Apaan sih, kepedean banget." sahut Viona
"Tapi bener kan?." goda Dion lagi
"Dion, please deh." Viona menatap lurus kekasihnya itu
"Yaudah yaudah. Terus kenapa dia ngejar-ngejar kamu kaya tadi?." tanya Dion dengan santai
"Dia nawarin aku buat magang di perusahaan papanya, dan dia juga nawarin buat ngebantuin aku menyusun skripsi." jelas Viona dengan tenang
"Tapi kamu tolak kan?." tanya Dion kembali
"Iyalah aku tolak, ngapain juga aku terima tawarannya. Aku kan ga mau berurusan apa-apa lagi sama dia." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Bagus deh." Dion ikut menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Berarti kamu mau kan kalau nanti magangnya di aku aja? dan biar aku juga yang bantuin kamu nyusun skripsinya?." lanjutnya dengan santai
"Maksudnya magang di kamu?." tanya lurus Viona
"Ya maksud aku, kamu bisa magang di perusahaan papa aku atau bisa juga di restoran aku. Jurusan kamu bisnis manajemen kan? berarti nyambung lah." jelas Dion dengan sangat santai
"Oh oke, nanti aku coba pertimbangkan ya." Viona tersenyum singkat
"Pake pertimbangan segala, langsung iyain aja kenapa." Dion menekuk sedikit wajahnya
"Yaudah deh iya aku mau." Viona tersenyum lembut. "Karena aku tau pasti kamu ga mau jauh-jauh dari aku kan, makanya kamu minta aku buat magang di tempat kamu."
"Nah itu kamu tau. Pinter deh pacar aku." Dion tersenyum gemas
"Ih Dion, lebay banget sih." Viona terkekeh kecil
"Tapi kamu suka kan?." goda Dion
"Mulai deh." sahut Viona
Dion hanya tersenyum simpul lalu kembali fokus menyetir. Melanjutkan perjalanannya ke tempat yang sudah ia rencanakan tanpa sepengetahuan Viona.
"Sudah sampai." sahut Dion sambil mulai memarkirkan mobilnya
"Koq kita ke mall sih?." tanya Viona yang baru menyadari
"Emang aku mau ngajak dulu kamu kesini." jawab Dion santai
"Mau ngapain?." Viona mengerutkan kening heran
"Kita nonton." Dion kembali menjawab dengan santai
"Nonton? tapi kan aku harus kerja." Viona kembali mengerutkan kening heran
"Nanti habis nonton kan kita bisa langsung kerja." jelas Dion
"Ya emang, tapi kan..."
Namun Dion tak menghiraukan dan langsung keluar dari mobil lalu segera membukakan pintu untuk Viona.
"Ayo keluar, dan jangan nolak lagi." ajak Dion lembut
Tanpa berkata apa-apa lagi, Viona pun langsung menurut. Dan mulai memasuki mall sambil terus bergandengan dengan Dion. Menaiki lantai demi lantai hingga akhirnya berada di lantai paling atas, tepat di dekat tempat antrian tiket bioskop.
"Kita masuk sekarang?." ajak Dion setelah pergi beberapa saat
"Loh emang tiketnya udah dapet?." Viona nampak tak mengerti
"Udah dong aku kan udah mesen duluan sebelum kesini, jadi kita tinggal tau jadi aja." Dion menanggapi dengan santai
"Emang kamu kenal sama penjual tiketnya?." tanya lurus Viona
"Bukan hanya kenal, dia kan mantan aku." Dion kembali menanggapi dengan santai
"Mantan?." Viona nampak tercengang. "Jadi kamu ngajak aku nonton dengan tiket yang kamu dapatkan dari mantan kamu?." lanjutnya dengan wajah tak senang
"Emangnya kenapa? aku kan beli, lagipula sekarang dia itu udah jadi teman aku. Dan dia juga tau koq aku kesini sama kamu, calon istri aku." Dion menatap dengan lembut
"Mulai deh." sahut Viona
"Mulai apa? dari tadi ngomongnya mulai mulai mulu." tanya Dion santai
"Ngga ah." acuh Viona
"Cie cemburu ya." goda Dion
"Menurut kamu?." tanya lurus Viona
"Yaudah maaf, aku ga ada niat bikin kamu cemburu. Aku cuma mau kamu itu tau bagian dari masa lalu aku, biar ke depannya ga ada salah paham diantara kita." jelas Dion sambil mulai mendekat. "Dia juga udah punya pacar koq, jadi kamu ga usah takut kalau dia bakal merebut aku dari kamu. Lagipula aku ga bakal tergoda sama perempuan manapun selain kamu."
"Kenapa ya Dion selalu bisa menenangkan hati aku." gumam Viona dalam hatinya sambil terus menatap Dion
Melihat Viona yang hanya terdiam, Dion pun langsung membawa kekasihnya itu ke dalam bioskop. Memilih kursi yang berada di jajaran pertama dan berhadapan tepat dengan layar.
"Kita mau nonton film apa?." tanya Viona sambil memakan pop corn yang tadi dibeli oleh Dion
"Nanti juga tau sendiri, tapi yang jelas kamu pasti suka." jawab Dion yang juga sambil memakan pop corn miliknya
"Kayanya Dion mau ngajak aku nonton film romantis deh, dia kan sweet." gumam Viona dalam hatinya sambil menahan senyum
Namun ternyata di luar dugaan, film yang diputar bukanlah bergenre romantis seperti yang dibayangkan Viona tadi. Melainkan bergenre horor yang sontak saja membuat gadis itu langsung menjadi sangat ketakutan. Bahkan selama berada di dalam bioskop itu, ia terus saja menenggelamkan wajahnya ke bahu Dion dan tidak berani melihat ke layar yang berada di depannya barang sedikitpun.
"Filmnya udah selesai kali, jangan cemberut terus kaya gitu." sahut Dion saat mereka sudah keluar dari bioskop
"Abisan kamu nyebelin, malah ngajak aku nonton film ga jelas kaya tadi. Bukannya film romantis kek, komedi kek atau apa kek yang menghibur." gerutu Viona dengan sebalnya
"Eh justru film yang tadi itu film romantis yang sesungguhnya loh." Dion menatap dengan santai
"Romantis apanya?." Viona mengerutkan kening heran
"Romantis pelukannya." Dion tersenyum jail. "Selama nonton tadi kan kamu terus aja meluk aku. Kamu terus merasa ketakutan, dan aku terus menenangkan kamu dengan memberikan bahu aku agar kamu bisa bersandar sepuas kamu. Dan hal itu lebih romantis dari semua film romantis yang ada."
"Dion." sahut Viona dengan gemas. "Jadi kamu sengaja ya ngajak aku kesini biar kamu bisa cari kesempatan." lanjutnya yang langsung mencubit lengan Dion
"Mmm bisa jadi." Dion tersenyum jail
"Ih Dion." Viona kembali mencubit lengan kekasihnya itu
"Lagian masa cewe galak kaya kamu takut sih sama film horor." ledek Dion
"Ih rese banget sih." sebal Viona
"Bercanda koq." sahut Dion santai. "Eh iya selain petir dan film horor, hal apalagi yang kamu takuti?." tanyanya lembut
"Kenapa nanya-nanya? biar kamu bisa cari kesempatan lagi dan dipeluk-peluk sama aku gitu?." tanya balik Viona dengan sedikit sebal
"Sensi banget sih." goda Dion. "Bukan cari kesempatan, tapi biar aku tau hal apa aja yang kamu takuti. Jadi aku bisa melindungi kamu setiap kali kamu merasa ketakutan." lanjutnya dengan tatapan penuh arti
Viona pun balas menatap penuh arti dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya. Hatinya pun merasa sangat bahagia dan memang selalu merasa demikian jika berada bersama Dion.
***
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam, dan Viona tengah terlelap dalam tidurnya. Namun Vina dan Feby justru malah sedang sibuk mempersiapkan kejutan. Sebuah kejutan ulang tahun untuk gadis itu.
"Viona, bangun sayang." Vina mulai membangunkan Viona setelah semua persiapan selesai
Namun Viona begitu terlelap dan tidak bereaksi sedikitpun.
"Kayanya kak Viona kecapean deh Ma, jadi nyenyak banget tidurnya." sahut Feby yang tengah memegang kue ulang tahun untuk kakaknya itu
"Kayanya." balas Vina. "Tapi mama coba bangunin sekali lagi deh ya." lanjutnya sambil tersenyum singkat
Lalu mencoba membangunkan Viona kembali sambil terus mengelus kepalanya, dan memanggil namanya dengan lembut. Dan kali ini usahanya berhasil, karena anak pertamanya itu mulai membuka matanya secara perlahan.
"Surprise." teriak Feby diikuti oleh Vina
Viona pun langsung membangkitkan tubuhnya dan menatap haru ke arah kue ulang tahun yang dipegang oleh Feby. Sebuah kue yang bertuliskan 'Happy Birthday Viona' lengkap dengan lilin berbentuk angka 20.
"Selamat ulang tahun sayang." Vina langsung memeluk erat Viona. "Mama akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu, terutama untuk kebahagiaan kamu." sahutnya setelah melepas pelukannya lalu mengecup hangat kening anak pertamanya itu
"Makasih Ma." Viona tak mampu menahan air mata harunya
"Happy sweet 20 kak Viona." Feby menunjukkan wajah ceria sambil mengangkat kue yang dipegangnya. "Semoga kakak tambah cantik, tambah pinter, tambah banyak orang-orang yang menyayangi kakak, selalu bisa menjadi kebanggaan aku dan mama, dan semoga kakak selalu bahagia. Dan ga lupa juga semoga kakak makin langgeng sama kak Dionnya sampai ke pelaminan." lanjutnya dengan tatapan penuh arti
"Aamiin." Viona tersenyum haru. "Makasih sayang, kakak janji kakak akan selalu berusaha untuk membahagiakan kamu dan juga mama." lanjutnya sambil memegang lembut pipi adiknya itu
"Iya." Feby mengangguk singkat. "Tapi sekarang, tiup dulu dong lilinnya. Masa kuenya dianggurin sih." sahutnya dengan wajah so sebal
"Yaudah ini mau kakak tiup..."
"Eh nanti dulu, make a wise nya dulu dong." sela Feby saat Viona hampir meniup lilinnya begitu saja
"Oh iya." Viona tersenyum kecil. "Semoga aku bisa terus menjadi alasan dari kebahagiaan orang-orang yang aku sayangi, dan semoga juga Dion selalu menjadi alasan dari kebahagiaanku. Hingga nanti tercipta kebahagiaan yang sesungguhnya." harapnya dalam hati sambil memejamkan mata lalu langsung meniup lilinnya
Kemudian mulai memotong kuenya, dan memberikan potongan pertama pada Vina dan potongan selanjutnya pada Feby. Saling menyuapi dan berpelukan satu sama lain. Membuat kebahagiaan yang dirasakan oleh Viona di hari istimewanya begitu bermakna. Terlebih ketika ketiganya saling mengotori wajah dengan cream kue dengan begitu cerianya, membuat kejutan yang sederhana itu menjadi sangat tinggi nilainya.
"Oh iya sayang, ini kado buat kamu." sahut Vina sambil mengambil sebuah kotak berukuran sedang yang tadi disimpannya di meja belajar Viona. "Mungkin ini ga mahal, tapi mama harap kamu suka ya." lanjutnya sambil memberikan kotak itu dan tersenyum begitu hangat
"Ma, Viona ga butuh hadiah yang mahal. Karena mempunyai mama dan Feby dalam hidup Viona aja itu udah sangat membuat Viona bahagia." Viona langsung menggenggam erat tangan kanan Vina. "Dan apapun hadiah yang mama berikan untuk Viona, pasti Viona suka. Karena mama memberikannya dengan cinta."
"Makasih sayang." Vina langsung mengecup hangat kening anak pertamanya itu
"Aku juga punya hadiah buat kakak, tapi maaf ya cuma ini yang aku bisa kasih sama kakak." sahut Feby sambil memberikan sebuah kotak kecil. "Tapi aku memberikannya pakai cinta koq." lanjutnya sambil tersenyum lembut
"Makasih ya adiknya kakak yang paling cantik." Viona langsung mencubit gemas kedua pipi adiknya itu. "Kalian adalah anugerah terindah yang Viona miliki di dunia ini." sahutnya sambil menatap Feby dan Vina secara bergantian dengan penuh arti
Lalu ketiganya saling berpelukan dan mencurahkan kasih sayangnya masing-masing. Dan di tengah kehangatan itu, Viona mulai membuka kedua kado yang telah didapatkannya. Sebuah sweater berwarna pink dan gelang bertuliskan nama 'VIONA' dari Vina, serta sebuah jam tangan berwarna biru dari Feby.
Bukan hadiahnya yang membuat hati Viona begitu terenyuh, tapi cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari mereka selama 20 tahun ini. Dan tak akan mungkin bisa ia balas dengan barang semahal apapun atau uang sebanyak apapun.