Part 11 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 11 LOVE IN RAIN
Setelah selesai menyelesaikan semuanya, Viona langsung bergegas untuk segera pergi ke restoran, bekerja seperti biasanya. Namun langkahnya harus terhenti di parkiran, karena disana ada Dimas yang langsung menghampirinya.
"Viona." sapa Dimas lembut
"Mau ngapain kamu kesini?." tanya sinis Viona
"Ada yang mau aku bicarakan sama aku." jelas Dimas dengan tenang
"Maaf, aku lagi buru-buru." acuh Viona yang langsung beranjak pergi
"Viona, aku mohon." Dimas langsung menarik pergelangan tangan kanan Viona. "Biarkan aku menjelaskan semuanya." lanjutnya sambil menatap lurus gadis itu
Tanpa berkomentar, Viona langsung menepis pegangan lelaki itu dengan wajah kesal.
"Aku mau menjelaskan tentang alasan kenapa aku bisa semudah itu memutuskan kamu dan berpaling pada Feby. Dia yang menipu aku, dia bilang sama aku kalau kamu selingkuh dari aku, tapi ternyata semua itu bohong." Dimas mulai menjelaskan maksud kedatangannya. "Dan kamu tau, ternyata selama ini dia juga cuma manfaatin aku. Dia cuma menginginkan uang aku agar bisa memenuhi semua keinginannya, dia menipu aku Viona."
"Sudah ku duga dia datang untuk mengatakan hal ini." gumam Viona dalam hatinya
"Karena itu aku minta maaf sama kamu. Aku minta maaf karena malah percaya sama dia, padahal aku tau kalau kamu ga akan mungkin mengkhianati aku. Aku minta maaf Viona, aku benar-benar menyesal." Dimas langsung menggenggam kedua tangan gadis itu
"Udah bicaranya? kalau gitu biarkan aku pergi." Viona kembali menepis pegangannya Dimas
"Kamu koq biasa saja? adik kamu itu udah membohongi aku agar bisa menghancurkan hubungan kita." Dimas mengerutkan kening heran
"Lalu aku harus gimana? aku harus terkejut gitu?." Viona tersenyum sinis
"Ya iya seharusnya kamu kaget ngedenger ini. Tapi koq..."
"Ngapain aku kaget." sela Viona dengan acuh
Dimas terlihat sangat heran. "Kamu ga kaget, apa itu artinya kamu udah tau hal ini sebelumnya?." tanyanya lurus
"Iya. Aku emang udah tau hal ini, bahkan dari Feby langsung." Viona mengangguk santai. "Dan aku juga tau, beberapa hari yang lalu kamu memutuskan Feby di depan teman-temannya. Setelah kamu mengetahui bahwa Feby itu cuma memanfaatkan kamu."
"Apa? kamu udah tau? lalu kenapa kamu ga pernah mengangkat telepon dari aku? padahal aku berusaha terus menghubungi kamu untuk menjelaskan kesalahpahaman ini, tapi kamu malah santai dan seolah tidak peduli." Dimas nampak tak mengerti
"Untuk apa aku peduli? hubungan kita sudah berakhir dan aku tidak ingin mengingatnya lagi." tegas Viona
"Tapi Viona, aku masih cinta sama kamu. Aku menyesal, aku benar-benar minta maaf." sahut Dimas penuh harap
"Cinta kamu bilang? cinta itu dibangun dengan sebuah kepercayaan. Kalau kepercayaannya saja sudah hilang, apa itu masih pantas disebut dengan cinta?." Viona menatap tajam lelaki itu
"Tapi Viona..."
Gadis itu tidak menghiraukan pembelaan Dimas, dan langsung melangkah pergi.
"Viona, Viona." Dimas berusaha mengejar namun sia-sia. "Aku harus ikuti dia." sahutnya sambil melihat ke arah taxi yang pergi membawa gadis itu
Dimas langsung tancap gas dengan cepat agar tidak kehilangan jejak Viona. Hingga akhirnya gadis itu berhenti di sebuah restoran, dan tentu saja itu membuatnya kebingungan.
"Restoran? untuk apa Viona kesini? apa dia mau ketemuan sama seseorang, tapi siapa?." gumam Dimas sambil memperhatikan gadis itu dari dalam mobilnya
Melihat Viona yang sudah masuk ke dalam restoran, lelaki itu pun langsung keluar dari mobil dan berusaha mengikutinya. Namun keberadaannya tak ia temukan.
"Kemana Viona? bukannya tadi dia masuk kesini, tapi kenapa ga ada." pikir Dimas sambil menggerakkan matanya ke seluruh sudut
"Maaf mas, ada yang bisa saya bantu?." tiba-tiba seorang pelayan menghampirinya
"Hah? ngga mba, saya cuma lagi nyari teman saya. Tadi dia kesini soalnya." jelas Dimas dengan santai
"Oh ada janji ketemuan disini. Kalau begitu, lebih baik mas duduk aja dulu. Mungkin temannya lagi ke toilet." pelayan itu tersenyum dengan ramah
"Benar juga kata pelayan ini, mungkin Viona lagi ke toilet dulu." pikir Dimas sejenak. "Oh iya, kalau gitu saya duduk disini aja." sahutnya sambil mulai terduduk di salah satu kursi
"Silahkan mas. Ada yang mau dipesan atau mau menunggu dulu temannya datang?." pelayan itu mencoba menawarkan
"Pesan jus mangga aja 1 ya mba." Dimas menanggapi dengan santai
"Ada lagi?." tanya lurus pelayan itu
"Udah itu aja." Dimas tersenyum kecil
"Baik kalau begitu, saya permisi dulu." pelayan itu mulai pergi
"Viona kemana ya, koq dari tadi ga keluar-keluar dari tolet. Apa dia udah pulang? tapi ga mungkin, kalau dia pulang pasti aku lewat sini." gumam Dimas di tengah kegusarannya, hingga akhirnya ponselnya berdering
"Permisi mas, ini minumannya." seorang pelayan yang berbeda dari sebelumnya datang membawakan minuman
"Makasih mba, sebentar ya." sahut Dimas yang tengah fokus menatap layar ponselnya sambil merogoh saku kemejanya. "Ini mba." lanjutnya sambil memberikan sejumlah uang dan mulai mengangkat wajahnya
"Dimas." sahut pelayan itu yang tak lain adalah Viona, setelah menerima uangnya
"Viona." Dimas nampak begitu terkejut sambil mulai berdiri. "Kamu kerja disini?." lanjutnya sambil memperhatikan seragam kerja gadis itu
"Kamu ngapain disini?." Viona mengalihkan pembicaraan
"Aku..."
"Kamu ngikutin aku?." sela Viona dengan sinis
"Viona, aku minta maaf. Aku..."
"Pergi kamu dari sini." sela Viona lagi sambil mengarahkan wajahnya keluar restoran
"Tapi, aku mau bicara sama kamu." sahut Dimas
"Tapi aku ga mau, jadi mendingan kamu pergi. Aku harus kembali kerja lagi." tegas Viona sambil mulai beranjak pergi
Tapi Dimas langsung menarik tangan gadis itu. "Aku mohon, dengarkan penjelasan aku dulu." sahutnya lembut
"Penjelasan apa lagi? semuanya udah sangat jelas, jadi ga ada lagi penjelasan yang harus aku dengar." Viona bermaksud menepis pegangan lelaki itu, tapi pegangannya cukup kencang. "Lepasin ga." lanjutnya dengan tajam
"Ga, aku ga bakal lepasin. Sebelum kamu mau mendengarkan penjelasan aku." tegas Dimas
"Lepasin." Viona berusaha melepaskan tangannya tapi sia-sia
"Dengarkan aku dulu. Aku mohon, beri aku kesempatan." Dimas menatap dalam-dalam gadis itu
"Lepasin." sahut Viona dengan suara cukup keras sehingga membuat perhatian semua orang disana tertuju padanya dan juga Dimas
Lelaki itu mulai menyadari jika orang-orang disana tengah memperhatikannya, namun tetap saja ia tidak mau melepaskan pegangannya pada Viona. Ia tetap berusaha menahan gadis itu dan terus memaksa agar mau mendengarkan penjelasannya.
"Aku bilang lepasin ga." Viona mulai terlihat emosi
"Aku udah bilang aku ga akan ngelepasin kamu sebelum kamu mau mendengarkan penjelasan aku." tegas Dimas
"Mas, lepasin tangan mba itu dong."
"Iya kasar banget sih jadi cowo."
"Iya ih ga tau malu banget nyari ribut di tempat umum."
Beberapa orang disana mencoba membantu Viona, namun sama sekali tak dihiraukan oleh Dimas. Hingga akhirnya suara keributan itu terdengar sampai ke lantai atas, membuat Dion yang tengah menuruni tangga langsung segera menghampiri sumber suaranya.
"Viona." sahut Dion saat mengetahui bahwa sumber keributannya berasal dari Viona dan seorang lelaki yang berada dihadapan gadis itu. "Dimas? mau apa lelaki ini menemui Viona." geramnya dalam hati
Dengan emosi ia pun langsung melepaskan pegangannya Dimas, lalu menjauhkan lelaki itu dari Viona.
"Eh siapa lo, berani ikut campur urusan gue." sahut Dimas dengan emosi
"Gue adalah pemilik restoran ini, jadi sebaiknya lo pergi dan jangan menimbulkan keributan disini." tegas Dion
"Sial. Bisa ribet urusannya kalau gue tetep maksa untuk bicara sama Viona sekarang." kesal Dimas dalam hatinya
"Lo mau pergi sendiri, atau gue suruh satpam buat ngusir lo? atau mau gue langsung yang bawa lo keluar dan pergi dari sini?. Dion menatap dengan penuh amarah
"Oke, oke. Gue bakal pergi sekarang juga." sahut Dimas dengan nada kesal yang kemudian langsung pergi
"Mohon maaf semuanya untuk ketidaknyamanan ini." Dion memandangi semua pengunjung restorannya sambil tersenyum ramah
Sikap lelaki itu pun disambut dengan senyuman orang-orang disana. Ia mampu menenangkan kembali suasana yang tadi sudah memanas.
"Dion, makasih ya." sahut Viona sambil tersenyum hangat
"Iya sama-sama." Dion membalas dengan senyuman yang tak kalah hangat. "Kalau gitu, kita balik kerja lagi yu." ajaknya sambil memegang bahunya Viona
"I-iya." Viona nampak gugup
Menyadari alasan dari kegugupan Viona, Dion pun langsung menurunkan tangannya. "Sorry." sahutnya tersenyum polos dan mulai melangkah pergi yang kemudian diikuti oleh gadis itu
"Viona, tadi ada apa sih koq kaya ngedenger suara orang ribut gitu?." tanya Dila yang tiba-tiba menghalangi jalan mereka saat hendak memasuki dapur restoran
"Biasa ada orang gila." jawab Dion dengan wajah kesal
"Hah?." Viona menatap lelaki itu dengan terkejut
"Orang gila? tapi tunggu deh tadi ada yang bilang sumber keributannya itu dari orang yang bareng sama lo, emang lo kenal sama orang itu?." Dila menatap dengan serius
"Iya orang gilanya itu emang kenal sama Viona. Bahkan bukan cuma kenal, dia pernah jadi orang yang paling terpenting lalu jadi jadi orang yang paling nyakitin buat Viona." Dion mengambil alih tugas Viona untuk menjawab
"Lo kenapa sih, malah jadi lo yang sewot kaya gitu." Viona mengerutkan kening heran
"Pa Dion kayanya cemburu ya sama mantannya Viona itu, siapa namanya, oh iya Dimas." Dila tersenyum dengan sikap jail
"Cemburu? bicara apa sih kamu. Orang saya cuma kesel aja sama cowo yang suka bersikap kasar sama cewenya." elak Dion masih dengan wajah kesal. "Udahlah mending kamu balik kerja aja sana, karena saya sama Viona juga harus balik kerja." suruhnya sedikit ketus
"Oke deh, kalau gitu gue balik kerja dulu. Nanti kita cerita-cerita ya Viona." sahut Dila sambil tersenyum jail yang kemudian pergi
"Lo kenapa sih sebenernya?." tanya Viona pada Dion yang merasa sangat penasaran
"Kan udah gue jelasin tadi apa alasannya." jawab datar Dion sambil mulai berjalan memasuki dapur
"Dion kenapa sih, aneh banget." gumam Viona sambil berjalan mengikuti lelaki itu
"Seharusnya gue ga bersikap kaya tadi sama Viona. Tapi mau gimana, gue terlanjur terpancing emosi sama si pengecut itu." kesal Dion dalam hatinya sambil membersihkan sayuran di wastafel tanpa menyadari jika Viona ada disebelahnya dan tengah memperhatikannya
"Dion sebenernya kenapa sih, ga biasanya kaya gini." pikir Viona dalam diamnya
"Kayanya gue harus segera minta maaf deh sama Viona." pikir Dion sambil menaruh sayuran yang sudah dibersihkannya ke dalam sebuah wadah yang tersimpan di dekat wastafel. "Iya, gue harus minta maaf sama Viona." gumamnya dengan cukup keras
"Minta maaf kenapa?." tanya lurus Viona
"Viona." Dion langsung terperanjat. "Lo ngapain disini?." tanyanya gugup
"Mau ngebersihin daging ayam ini." jawab Viona santai sambil menunjukkan wadah yang dibawanya
"Oh." sahut Dion singkat sambil menunduk
"Lo belum jawab pertanyaan gue." sahut Viona yang langsung membuat Dion kembai mengangkat wajahnya. "Kenapa lo mau minta maaf sama gue?." tanyanya lurus
"Gue, gue mau minta maaf karena tadi udah bersikap dengan nada emosi sama lo. Pasti lo kesel, tapi gue beneran ga ada niat untuk ngomong kaya gitu." jelas Dion sambil menatap lembut gadis itu
"Bukannya lo udah biasa ya bikin gue kesel, tumben banget minta maaf." sindir Viona sambil menahan senyum
"Ya kalau yang ini kan beda, ga seharusnya gue ngomong kaya tadi. Lagian sebenernya selama ini juga gue ga mau koq selalu bikin lo kesel, tapi lo nya aja yang gampang emosian." jelas Dion lagi
"Bener juga kata Dion, mungkin selama ini gue yang selalu gampang emosian. Padahal dia baik banget, sering ngebantuin gue lagi." gumam Viona dalam hatinya
"Kenapa diem? lo ga mau ya maafin gue?." tanya lurus Dion
"Gue udah maafin lo koq. Lagian yang seharusnya minta maaf itu gue, karena selama ini sikap gue selalu ga baik sama lo. Maafin gue ya." Viona menatap lembut lelaki itu
"Berarti mulai sekarang kita baikan ya, ga ada ribut-ributan lagi." Dion menatap penuh harap
Viona langsung mengangguk sambil tersenyum sangat manis di mata lelaki itu. "Yaudah sekarang, lo cepet masak sana. Gue mau ngebersihin daging ayam ini." suruhnya lembut
"Oke. Eh tapi tunggu deh ini ayamnya masih kebesaran, potong lagi bagi dua." Dion melihat ke arah salah satu potongan ayam yang berada di wadah yang tengah dipegang oleh Viona
"Yaelah biarin aja kali, biar gede-gede ayamnya. Nanti tinggal naikin aja harganya." sahut Viona sambil tersenyum santai
"Seenaknya naikin harga, nanti kalau para pembelinya komplen gimana?." Dion menatap gadis itu sambil tersenyum juga
"Ya biarin, paling komplennya juga sama lo." acuh Viona dengan senyum jail
"Lo tuh ya." Dion menatap lembut gadis itu
"Yaudah biar gue potong ayamnya, dibagi dua kan." sahut Viona sambil mengambil potongan ayam itu dan mulai menggerakkan pisau yang dipegangnya
"Eh eh, salah itu arah potongannya." tahan Dion. "Harusnya kaya gini, biar empuk dagingnya." lanjutnya sambil mengganti posisi ayam yang hendak dipotong oleh Viona
"Oke." Viona mulai memotongnya namun mendadak gugup karena lelaki itu terus menatapnya. "Aww." teriaknya ketika ternyata pisau itu malah melukai jari telunjuknya sendiri
"Viona." Dion langsung begitu khawatir dan menarik jari Viona yang terluka, lalu mengisap darahnya dengan lembut
Deg. Tiba-tiba jantung Viona berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Entah apa yang dirasakannya, yang pasti gadis itu merasa sangat gugup. Tatapannya pun terus tertuju pada Dion, hingga tiba-tiba lelaki itu balik menatapnya, dan mereka saling bertatapan cukup dalam.
"Ehm pembelinya keburu pergi tuh, masakannya belum mateng." sahut chef Maya mengagetkan mereka
"Gimana mau mateng, orang bahannya aja diabaikan kaya gitu." tambah chef Roy
"Iya tuh bener, bukannya cepet-cepet dibersihin." susul chef Andi
Seketika Dion dan Viona pun langsung bersikap salah tingkah dan gelalagapan tak jelas.
"Jari lo bersihin dulu ya pake air, biar gue ambilin obat merah sama..."
"Ga usah, dibersihin doang juga udah cukup koq. Lagian cuma kegores dikit." sela Viona yang langsung membersihkan luka di jarinya
"Yaudah." sahut Dion sambil mulai beranjak pergi setelah menatap ketiga chef tadi dengan kesal. "Ganggu aja." lanjutnya pelan yang kemudian langsung disambut oleh tawa kecil mereka
"Chef, ini ayamnya." Viona langsung menghampiri chef Andi setelah membersihkan ayam itu
"Oke. Jari kamu gimana? perlu diobatin?." tanya lurus chef Andi
"Gapapa koq, luka kecil doang nanti juga sembuh sendiri." jawab Viona sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Yaudah kalau gitu, kamu bisa kan bantuin saya masak ayam ini?." Chef Andi balas tersenyum pada gadis itu
"Bisa dong." sahut Viona kembali lagi tersenyum
"Chef Andi apa-apaan sih, dia kan tau kalau gue suka sama Viona. Kenapa dia malah so perhatian kaya gitu." kesal Dion dalam hatinya yang langsung menghampiri mereka. "Chef Andi biar saya dan Viona aja ya yang masak ayamnya, mendingan chef tumis sayur yang udah saya bersihin tadi aja." suruhnya saat sudah berada di sebelah Viona sambil mengarahkan matanya ke tempat masaknya tadi
"Harus ya dipanas-panasin dulu, baru mau memanfaatkan kesempatan ini." bisik chef Andi yang kemudian pergi menuruti bosnya itu
"Oh jadi dia mau ngebantuin gue, kirain dia juga suka Viona. Syukurlah." lega Dion dalam hatinya
"Dion." panggil Viona membuyarkan lamunan lelaki itu
"Hah iya." Dion langsung mengerjapkan mata
"Katanya mau masak, malah ngelamun." sahut Viona dengan santai
"Eh iya." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya lalu mulai melakukan pekerjaannya
Sementara Viona, membantu lelaki itu sebisanya. Memberikan bahan-bahan yang diperlukan sambil terlibat candaan, hingga ikut menata hasil masakannya di piring.
"Yee selesai, ayam blackpepper ala chef Dion dan Viona." sahut Viona dengan ceria sambil mengangkat hasil masakannya
"Gaya banget sih lo." ejek Dion sambil terkekeh kecil. "Yaudah sekarang lo cobain hasil masakan kita." lanjutnya setelah mengambil sedikit daging ayamnya dengan garpu dari wajan
"Oke, sini." Viona bermaksud mengambil garpu yang di pegang oleh Dion
"Biar gue aja." Dion langsung mengarahkan garpunya untuk menyuapi gadis itu
"Apaan sih, gue bisa sendiri kali." tolak Viona sambil berusaha mengambil garpunya
"Udah, buka aja mulutnya." Dion tetap memaksa hingga gadis itu tak bisa menolak lagi
Viona mendadak gugup ketika Dion menyuapinya. Matanya pun tak bisa berhenti menatap balik lelaki itu. Semuanya terasa aneh baginya.
"Gue, gue anterin pesanannya dulu ya." sahut Viona yang langsung beranjak pergi menghilangkan kegugupannya
"Viona kenapa koq jadi gugup gitu." pikir Dion yang kemudian tersenyum simpul
***
"Viona." panggil Dion sambil menghampiri Viona yang tengah menutup pintu loker
"Iya. Kenapa?." Viona langsung menoleh dengan santai
"Lo mau pulang ya?." tanya lurus Dion
"Iyalah, kan ini udah malem. Gimana sih lo." Viona tersenyum heran
"Biar gue anterin ya." sahut Dion
"Hah?." Viona mengerutkan kening heran
"Kenapa? lo ga mau ya?." Dion terlihat sedikit muram
"Bukan gitu, tapi kan..."
"Udah ayo, ga usah pake nolak." sela Dion yang langsung menarik tangan gadis itu
"Gue bisa jalan sendiri." Viona melepaskan tangannya dari pegangan Dion saat mereka sudah mulai berjalan
"Oke." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Mmm Viona." panggilnya saat sudah berada di samping mobil
"Apa?." Viona mengangkat kedua alisnya
"Tadi kenapa Dimas datang kesini buat nemuin lo?." tanya Dion dengan terbata-bata
"Oh itu. Dia mau minta maaf." Viona menanggapi dengan santai
"Minta maaf?." Dion mengerutkan kening heran
"Iya minta maaf, karena dia udah tau kalau tenyata selama ini Feby tuh bohong dengan mengatakan kalau gue selingkuh di belakang dia." jelas Viona dengan tenang. "Dan dia juga udah mutusin Feby karena dia juga tau bahwa Feby itu cuma memanfaatkan uangnya. Jadi ya setelah itu dia selalu berusaha ngebuhungin gue, tapi karena ga pernah gue tanggepin makanya tadi siang dia datang ke kampus dan sampai ngikutin gue kesini."
"Lo maafin dia?." Dion menatap dengan gusar
"Ya ngga lah, kalau gue udah maafin dia ga mungkin sampe terjadi keributan kaya yang lo liat tadi siang." Viona memaksakan seulas senyum di bibirnya
"Oh jadi intinya sekarang Dimas sedang berusaha mendapatkan Viona kembali. Oke, berarti gue harus mulai bertindak. Gue ga akan biarkan Viona disakiti lagi oleh lelaki itu." gumam Dion dalam hatinya
"Malah diem." sindir Viona yang langsung mengagetkan lelaki itu
"Eh sorry." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. "Gue cuma heran aja, koq ada ya lelaki sepengecut itu." lanjutnya dengan wajah kesal
"Pengecut?." Viona mengerutkan kening heran
"Iya pengecut. Dia semudah itu percaya sama orang yang mengatakan hal-hal ga baik soal lo, tanpa membuktikan dulu kebenarannya, lalu setelah tau apa yang sebenarnya terjadi dia ngejar-ngejar lo lagi. Dia bertindak seenaknya tanpa memikirkan perasaan lo. Apa itu bukan pengecut namanya?." Dion menatap dengan tegas
"Mungkin lo bener. Tapi udahlah gue udah ga mau ngebahas soal dia lagi." acuh Viona
"Sorry gue ga bermaksud untuk membuat lo mengingat hal itu lagi." Dion terlihat merasa bersalah. "Tapi Viona, kalau mereka udah putus, berarti hubungan lo sama adik lo udah kembali membaik?." lanjutnya dengan tenang
"Iya, bahkan hubungan antara gue, Feby dan mama udah kembali seperti dulu lagi." Viona tersenyum dengan begitu tenang
"Syukurlah." lega Dion. "Yaudah kalau gitu kita pulang sekarang, jadi kelamaan ngobrol disini." ajaknya sambil mulai membukakan pintu mobilnya untuk Viona
"Ga usah lo yang bukain kali, gue juga bisa lo sendiri." sahut Viona
"Ya gapapa, takut pintunya rusak kalau lo yang buka." Dion terkekeh sambil menutup kembali pintu mobilnya setelah gadis itu masuk
"Tuh cowo bener-bener ya." kesal Viona namun sambil menahan senyum. "Rese lo." lanjutnya saat Dion sudah masuk ke dalam mobil juga
"Gue cuma bercanda kali." Dion tersenyum santai. "Mmm Viona." panggilnya saat sudah mulai mengemudikan mobilnya
"Lo kenapa sih dari tadi manggil-manggil nama gue terus." Viona tersenyum heran
"Ya gapapa, gue cuma pengen ngomong aja sama lo." sahut Dion
"Ya kalau mau ngomong tinggal ngomong aja, ga usah manggil Viona, Viona. Aneh tau ngedengernya." ketus Viona
"O-oke. Yaudah langsung aja, besok lo kuliah ga?." tanya Dion lurus
"Ngga, gue kan udah selesai UAS jadi mulai besok gue libur panjang." jawab Viona dengan ceria
"Libur panjang? berarti selama liburan itu Viona kerjanya full dan gue bisa tiap hari ketemu sama dia." gumam Dion sambil tersenyum simpul. "Berarti lo bisa dong besok jalan sama gue." sahutnya dengan begitu semangat
"Jalan?." Viona nampak tercengang
"Iya jalan, jalan berdua sama gue. Anggap aja refreshing setelah ujian gitu." Dion menatap dengan tenang
"Bener juga, lagian udah lama banget gue ga pernah refreshing atau jalan-jalan gitu." Viona menanggapi dengan wajah senang
"Jadi lo nerima ajakan gue?." tanya lurus Dion
"Hah?." Viona menjadi gugup tak jelas
"Kenapa? lo ga mau ya?." Dion nampak kecewa
"Bukan gitu, tapi besok kan gue mesti kerja." jelas Viona tak enak hati
"Yaelah kirain apaan. Kalau soal itu tenang aja kali, kan yang ngajak lo jalan itu gue. Jadi lo ga usah khawatir, lagian gaji lo ga bakal gue potong koq." Dion menatap dengan sangat tenang
"Mmm tapi." Viona nampak ragu
"Apa lagi?." tanya lurus Dion
"Duh gimana ya, sebenarnya gue ga enak kalau nolak. Tapi apa wajar gue jalan berdua sama bos gue sendiri." pikir Viona dalam diamnya
"Viona." panggil Dion mengagetkan
"Hah? iya iya gue mau." sahut Viona tanpa sadar
"Beneran? lo mau jalan berdua sama gue?." Dion nampak begitu sumringah
"Hah? emang tadi gue bilang iya. Duh kenapa sih gue selalu ga bisa nolak permintaan cowo ini." pikir Viona yang kembali diam. "Iya gue mau." sahutnya sambil memaksakan seulas senyum di bibirnya
"Yaudah kalau gitu gue jemput lo besok pagi ya." balas Dion dengan senyum ceria
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Eh tapi lo mau ngajak gue kemana?." lanjutnya sambil menatap lurus lelaki itu
"Terserah. Lo mau kita pergi kemana?." Dion menatap dengan santai
"Mmm kalau gue sih pengen pergi ke tempat yang bisa membuat pikiran gue tenang dan fresh lagi. Tapi, jangan jembatan dan sungat kaya waktu itu." jelas Viona
"Oke. Kalau gitu, lo serahin aja sama gue, dijamin lo pasti akan terkesan dengan tempatnya." Dion tersenyum santai
"Oke." Viona mengangguk sambil balas tersenyum
Suasana menjadi hening seketika, hingga akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Namun ada hal yang membuat mereka kebingungan, karena di jalan dekat rumahnya Viona terparkir sebuah mobil yang membuat mobil Dion terhalangi tidak bisa parkir di tempat biasanya.
"Itu mobil siapa sih ngehalangin." sahut Viona dengan sebal
"Ada tamu kali di rumah lo." Dion menanggapi dengan santai
"Iya tapi kan mobilnya bisa dimajuin dikit ke halaman rumah gue, biar ga ngehalangin jalan. Udah tau jalannya kecil gini." Viona kembali terlihat sebal
"Udah ga usah marah-marah gitu. Ayo turun." ajak Dion
"Yaudahlah. Tapi biar gue aja ya yang bukain pintunya, janji koq ga bakal rusak." Viona mulai kembali santai
"Siapa juga yang mau bukain pintu buat lo." Dion tersenyum kecil
"Ih lo nyebelin ya." Viona menunjuk dengan senyum gemas
"Apa?." Dion mengangkat kedua alisnya
"Tau ah." acuh Viona yang langsung keluar dari mobil
"Eh Viona." panggil Dion. "Gitu aja ngambek." sahutnya yang langsung menyusul gadis itu
Berniat berpura-pura untuk terlihat kesal di depan Dion, nyatanya Viona malah benar-benar menjadi kesal ketika melihat Dimas tengah berdiri di teras rumahnya.
"Ngapain dia disini?." tanya Dion saat sudah mulai berjalan menuju rumah Viona
"Gue juga ga tau." jawab Viona datar
"Viona." Dimas langsung tersenyum lalu menghampiri gadis itu. "Lo ngapain kesini?." lanjutnya sambil menatap sinis Dion
"Dia nganterin aku pulang. Kamu sendiri ngapain disini?." Viona menatap dengan kesal. "Bukannya udah aku bilang, ga ada lagi yang perlu dijelasin."
"Aku tau Viona, tapi aku kesini mau minta maaf sama kamu." Dimas menatap dengan penuh harap
"Udah malem, mendingan kamu pulang aja." usir Viona dengan lembut
"Ga Viona, aku ga bakal pulang sebelum kamu mau memaafkan aku." tegas Dimas
"Yaudah terserah." acuh Viona yang mulai beranjak pergi
Namun Dimas langsung menghalangi jalan gadis itu. "Viona, aku mohon. Aku benar-benar menyesal." sahutnya penuh harap
"Dan aku juga mohon dengan sangat, kamu pergi dari sini karena aku ga mau berurusan apa-apa lagi sama kamu." tegas Viona
"Tapi aku tetap ga akan pergi sebelum kamu mau memaafkan aku." Dimas tetap pada pendiriannya
Viona tak menghiraukan Dimas sedikitpun dan kembali mulai beranjak pergi, namun lelaki itu kembali menahannya lagi.
"Kamu bisa ga sih ga usah maksa aku kaya gini." sahut Viona dengan kesal. "Emangnya kamu pikir dengan minta maaf sakit hati yang aku rasakan karena semua yang udah kamu lakukan bisa hilang begitu aja?." lanjutnya dengan tajam
"Aku tau maaf aja ga cukup, tapi setidaknya ini adalah awal dari niat aku untuk bisa memperbaiki semuanya lagi." Dimas menatap dengan rasa penyesalan. "Aku mohon Viona, maafin aku. Beri aku kesempatan sekali lagi." lanjutnya sambil menggenggam kedua tangan gadis itu
Namun Viona langsung menepis pegangan Dimas. "Pergi ga kamu dari sini." sahutnya dengan kesal
"Tapi Viona." Dimas tetap tak mau mengalah
"Lo budeg ya, apa perlu gue ulangi perkataan Viona tadi." Dion mulai ikut berbicara
"Eh lo diem ya, ga usah ikut campur. Karena ini bukan di restoran lo." Dimas langsung menoleh dengan kesal. "Lagipula ngapain lo masih disini? mendingan lo pergi sana."
Dion langsung tersenyum sinis, lalu mulai berjalan mendekati Dimas yang berada di hadapan Viona. "Ini emang bukan di restoran gue. Tapi gue ga akan ngebiarin orang kaya lo bersikap seenaknya sama Viona." sahutnya dengan tajam
"Maksud lo apa?." Dimas langsung mendorong Dion dengan kesal
"Lo ga sadar ya? lo itu udah ninggalin Viona gitu aja, lalu sekarang lo datang lagi mohon-mohon untuk kembali sama dia." Dion menatap dengan penuh penegasan. "Viona itu bukan barang yang bisa lo ambil dan lo buang seenaknya."
"Lo ga tau apa-apa ya, jadi mendingan lo diem aja." sinis Dimas yang tak terima
"Kata siapa gue ga tau? gue tau semuanya. Dan gue ga akan ngebiarin lo nyakitin Viona lagi." tegas Dion dengan tajam
"Lo tuh sebenernya siapa sih? cuma bos nya Viona di restoran kan? jadi mendingan lo diem, ga usah banyak ngomong lagi, sebelum kesabaran gue habis." tegas Dimas tak kalah tajam
"Gue ga bakal diem sebelum lo pergi dari sini dan berhenti gangguin Viona lagi." tegas Dion kembali
"Lo." Dimas nampak begitu emosi
"Udah Dion, mendingan lo pulang aja. Ga usah ngeladenin orang kaya dia." Viona langsung menoleh ke arah Dion dengan tenang
"Oke. Kalau gitu gue pulang." Dion menuruti dengan tenang juga
"Dari tadi kek pulangnya." Dimas langsung tersenyum puas
"Kamu juga pergi dan jangan pernah gangguin aku lagi." tegas Viona yang kemudian langsung pergi memasuki rumah
"Tapi Viona." Dimas kembali mencoba menahan. "Arghh sial." kesalnya yang langsung pergi pulang
"Hai Ma." sapa Viona dengan wajah murung sambil mengecup hangat punggung tangan kanannya Vina yang tengah berada di dapur
"Hai sayang. Loh koq datang-datang mukanya ditekuk gitu?." Vina mengerutkan kening heran
"Kesel Ma, ada Dimas di depan." jelas Viona dengan tak bersemangat
"Dimas? ngapain dia kesini?." Vina nampak mulai kesal
"Ga tau Ma, dari tadi siang dia ngikutin Viona terus. Udah datang ke kampus, nyari ribut di restoran, terus ribut sama Dion di depan rumah." Viona langsung terduduk di kursi
"Ada Dion juga? biar mama samperin dia." Vina mulai beranjak pergi
"Ga usah Ma, mereka udah Viona suruh pulang koq." tahan Viona
"Mama benar-benar ga ngerti. Apa sih maunya dia, udah pergi ninggalin kamu terus sekarang malah datang lagi seenaknya." Vina kembali mendekati anaknya itu. "Tapi sayang, jangan sampai kamu luluh lagi ya sama dia. Pokoknya sampai kapanpun juga mama ga akan pernah setuju kalau kamu menerima dia kembali."
"Iya, mama tenang aja. Viona juga emang udah bertekad untuk ga akan pernah menerima dia kembali koq." Viona mencoba tersenyum tenang
"Baguslah. Janji ya sama mama?." Vina menatap dengan tegas
"Iya." Viona mengangguk lembut
"Emang apa salahnya sih Ma, kalau kak Viona kembali lagi sama Dimas?." tanya Feby yang tiba-tiba datang. "Lagipula putusnya hubungan mereka kan karena aku, dan sekarang Dimas ingin memperbaiki semuanya."
"Ngga, sekali mama bilang ngga ya ngga." sahut Vina dengan tegas. "Kamu denger mama ya Feby, dengan dia meninggalkan kakak kamu begitu aja, itu udah menunjukkan bahwa dia bukan lelaki yang baik."
"Tapi kan Ma, aku yang membuat Dimas meninggalkan kak Viona. Jadi Dimas ga sepenuhnya salah." Feby mencoba membela
"Kamu itu cuma halangan bagi cinta mereka. Kalau emang Dimas benar-benar mencintai kakak kamu, dia ga akan mungkin berpaling. Dia akan mencari tau dulu kebenarannya jika ada orang yang menjelek-jelekkan orang yang dicintainya, bukan malah pergi begitu saja." tegas Vina kembali
"Udah, udah. Tuh kan mama sama Feby jadi berantem lagi hanya karena Dimas." Viona berusaha menenangkan suasana
"Yaudah deh maafin aku ya Ma. Aku ga bakal ngomongin tentang dia lagi." Feby langsung memeluk mamanya itu dari samping dengan begitu hangat
"Iya maafin mama juga ya sayang. Mama suka kepancing emosi kalau udah ngebahas tentang lelaki itu." Vina memegang lembut sebelah pipinya Feby
"Nah gini dong. Kan adem ngeliatnya." Viona langsung berdiri lalu memeluk mamanya itu dari sisi yang lain
"Oh iya kak, kakak besok pulang kerja jam berapa? bisa lebih awal ga pulangnya?." tanya Feby setelah mereka sudah tidak lagi berpelukan
"Besok kakak ga kerja. Emangnya kenapa?." Viona menatap lurus adiknya itu
"Kakak ga kerja?." Feby nampak ceria
"Loh kenapa kamu besok ga kerja? emangnya libur ya?." tanya Vina sambil melanjutkan lagi membuat adonan kue yang tadi sempat tertunda
"Ga sih Ma, cuma..."
"Cuma apa?." sela Feby
"Cuma besok Dion ngajak kakak jalan." jelas Viona dengan gugup
"Apa? Dion ngajak kamu jalan?." Vina langsung mendekati anak pertamanya itu. "Jalan berdua gitu maksudnya?." lanjutnya dengan semangat
"Iya." Viona mengangguk singkat
"Dion? Dion siapa?." Feby mengerutkan kening heran
"Itu loh Dion bos nya kakak kamu yang pernah mama ceritain." Vina menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oh cowo yang bareng sama kakak di mall waktu itu?." tanya lurus Feby
"Iya." Viona kembali mengangguk singkat. "Eh tapi tunggu deh, tadi kamu nyuruh kakak buat pulang kerja lebih awal besok. Emangnya ada apa?."
"Mmm itu tadi siang mama dapet pesanan banyak banget, terus dapet bonus juga. Rencananya besok mama mau ngajak kita jalan-jalan dan belanja bareng, tapi..."
"Mama serius? yaudah kita pergi aja, soal Dion gampang koq tinggal Viona batalin aja." sela Viona dengan sangat antusias
"Eh ngga, ngga. Kamu harus tetep pergi sama Dion." sahut Vina
"Loh koq gitu sih Ma." Feby nampak kecewa
"Feby, Dion itu udah baik banget sama kakak kamu. Masa iya ajakannya mesti di tolak." jelas Vina dengan tenang
"Ya gapapa dong Ma, Viona kan bisa jalan sama Dion nanti. Lagian itu ga terlalu penting." sahut Viona santai
"Ngga sayang, kamu ga boleh ngebatalin janji kamu sama Dion. Kita kan bisa pergi setelah kamu pulang nanti." Vina tersenyum dengan tenang
"Mama kenapa ya, koq ngotot banget nyuruh kak Viona untuk tetap pergi sama bos nya itu." pikir Feby dalam diamnya
"Yaudah kalau gitu, Viona jalan sama Dion nya sampai sore aja. Biar setelah itu kita pergi." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Nah itu lebih baik. Biar nanti setelah belanja, kita sekalian makan malam di luar." Vina menatap dengan begitu hangat
"Setuju. Kita kan belum pernah makan malam di luar kaya gitu." Feby nampak langsung bersemangat
"Iyalah. Orang kamu makan malam di luarnya sama teman-teman kamu terus." sindir Viona dengan candaan
"Ih kakak." Feby langsung menunjukkan wajah kesal namun dengan senyum gemas
"Udah, udah. Mending bantuin mama ngelanjutin bikin ku yu." ajak Vina dengan lembut
"Ayo." Feby langsung menanggapi dengan semangat
Viona pun langsung menaruh tas kecil yang sejak tadi dipakainya di atas meja, lalu kemudian membantu mamanya itu bersama dengan Feby. Membuat adonan kue dengan begitu ceria, saling menjaili satu sama lain dengan melodeti adonan itu ke wajah masing-masing, saling bercanda ria saat kuenya di panggang, hingga saling menyuapi setelah kuenya matang.
Rona bahagia terus menghiasi wajah ketiganya. Rupanya kehangatan keluarga memang telah benar-benar kembali lagi pada mereka. Hujan itu telah mereda. Kepahitan pun telah berlalu.