Part 55 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 55 LOVE IN RAIN
Dion bersama yang lainnya tengah berada di ruang rawat Viona. Ya, semalam Viona langsung melakukan operasi matanya. Dan hari ini perban yang menutupi matanya akan dibuka. Tentu saja ini adalah moment penting yang sangat ditunggu-tunggu.
Meskipun rasa duka masih menyelimuti, karena mereka baru saja pulang dari pemakaman Dimas. Tapi mereka ingin menunjukkan kebahagiaan di depan Viona, setidaknya agar moment penting itu menjadi lebih berharga dengan menyembunyikan kepahitan yang tengah dirasa sejenak.
"Sudah siap untuk kembali melihat dunia?." tanya dokter Eros setelah membuka perban pada kedua mata Viona
"Sangat siap." Viona menjawab dengan mantap
"Yasudah, kalau begitu pelan-pelan aja ya buka matanya. Jangan dulu dipaksakan." suruh dokter Eros
"Iya dok." Viona mengangguk paham
Lalu ia pun mulai membuka matanya secara perlahan. Percobaan pertama masih cukup sulit, sehingga ia menutup matanya kembali dan terdiam beberapa saat. Hingga percobaan kedua, ia kembali membuka matanya perlahan demi perlahan. Melihat secara remang-remang, kemudian mulai terasa jelas dan semakin jelas lagi.
"Dion." sahut Viona ketika melihat kekasihnya yang berada tepat disamping ranjang tempatnya terbaring sekarang
"Iya sayang, aku disini." Dion langsung menggenggam erat tangan Viona dengan wajah penuh kebahagiaan
"Mama, papa." Viona mulai menoleh ke arah Marisa dan Anggara yang berdiri di sebelah Dion
"Akhirnya." Marisa langsung menghampiri dan memeluk erat putrinya itu. "Mama sangat bahagia kamu bisa melihat kembali."
"Viona juga bahagia Ma, karena sekarang Viona bisa melihat lagi semuanya. Terutama bisa melihat lagi mama, maafin Viona ya Ma karena Viona pernah membenci dan menjauh dari mama." Viona balas memeluk dengan lebih erat sambil meneteskan air matanya
"Ngga sayang, kamu ga perlu minta maaf. Yang terpenting sekarang semuanya sudah kembali membaik, dan mama janji mama ga akan membiarkan kamu mengalami penderitaan apapun lagi." Marisa melepaskan pelukannya lalu mengusap air mata Viona
"Papa juga janji, papa ga akan membiarkan badai sekecil apapun menghampiri hidup kamu lagi. Jika ada satupun badai yang datang, papa adalah orang pertama yang akan membantainya." Anggara mulai ikut menghampiri dan mengelus lembut wajah Viona
"Papa ini, kaya apa aja dibantai." Viona terkekeh kecil
"Ya apapun itulah istilahnya, pokoknya papa ga akan membiarkan air mata kesedihan membasahi wajah kamu lagi." Anggara menatap penuh arti sambil terkekeh kecil juga
Lalu Viona menoleh ke arah samping ranjang yang satunya, ia melihat ada Vina, Feby, Sarah dan juga Reza yang berdiri bersebelahan setelah dokter Eros yang berhadapan dengan Dion. Satu-persatu dari mereka ia sapa dengan penuh haru.
"Semoga setelah ini kamu akan mendapatkan pelangi kebahagiaan sesungguhnya ya sayang." Vina langsung memeluk erat Viona bersama dengan Feby
Lalu usai mereka berpelukan, gantian Sarah yang memeluk bersama dengan Reza yang ikut menghampiri lalu mengelus lembut kepala Viona.
"Terimakasih Tuhan untuk semuanya. Dan terimakasih Dimas, karena kamu aku bisa kembali melihat dunia. Aku bisa kembali melihat orang-orang terpenting yang sangat aku sayangi di dalam hidup ini." gumam Viona dalam hatinya sambil menatap satu-persatu orang yang berada bersamanya sekarang. "Aku janji, aku akan menjaga mata ini sebaik mungkin. Seperti aku menjaga sosok kamu yang akan selalu hidup disini, meski diri kamu sudah pergi untuk selama-lamanya."
"Oh iya dokter, Viona sudah bisa dibawa pulang ke rumah ga ya?." tanya Anggara
"Tentu saja sudah Pak, karena keadaannya juga baik-baik saja. Tidak perlu berlama-lama disini, kecuali kalau Viona sendiri yang menginginkannya." jelas dokter Eros dengan sedikit candaan
"Hah? Ngga, saya juga mau langsung pulang aja dok. Ga betah lama-lama disini." Viona menunjukkan wajah menggemaskan di depan mereka semua
"Yaudah kalau gitu lebih baik sekarang kita pergi, biar Viona bisa ganti baju dan siap-siap untuk pulang." sahut Anggara
"Mmm Pa, mama temenin Viona disini ya." pinta Marisa
Anggara pun langsung menyetujui sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya, kemudian keluar dari ruangan itu bersama dengan yang lain. Hingga tinggal Viona dan Marisa yang berada disana.
"Viona ganti baju dulu ya Ma." sahut Viona
"Iya sayang." Marisa mengangguk lembut
Viona langsung beranjak ke tolilet dengan membawa pakaian gantinya, lalu kembali beberapa saat kemudian. Namun ia dibuat terdiam kaku ketika melihat Marisa tengah menangis tersendu-sendu sambil membereskan barang-barangnya ke dalam sebuah tas selendang kecil.
Tanpa sadar air mata Viona pun mulai menetes, ia mengerti betul bagaimana perasaan Marisa sekarang. Kepergian Dimas yang begitu mendadak memang menyisakan duka mendalam. Hingga tiba-tiba ia berlari dan langsung memeluk erat mamanya itu dari belakang, dengan melingkarkan kedua tangannya di atas dada Marisa.
"Eh sayang." Marisa nampak terperanjat dan langsung mengusap air matanya
"Teruskan aja Ma, luapkan semua kesedihan mama." sahut Viona sambil menahan tangisnya yang sudah menyesakkan
Marisa pun langsung melepaskan pelukan Viona, lalu membalikkan badan dan memeluk erat putrinya itu dari depan sambil menangis sejadi-jadinya. "Mama masih ga menyangka kalau Dimas bisa pergi secepat ini, padahal sebelum kecelakaan itu kita masih bertemu. Sarapan bersama, dan di kantor juga mama sempat ngobrol dengan sedikit candaan sama dia." lirihnya dengan rasa sesak yang sangat menyakitkan
"Saat terakhir bertemu dia terlihat sangat bahagia, sampai mama ga merasa sedikitpun kalau dia akan pergi. Mama cuma berpikir kalau dia sama kamu sudah kembali berhubungan baik, makanya dia nampak bahagia. Karena sebelumnya dia selalu terlihat murung."
"Tapi ternyata kebahagiaan yang dia tunjukkan adalah sebagai tanda berpamitan sebelum dia pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan kita semua."
Viona tak mampu lagi menahan tangisnya, ia langsung memeluk balik Marisa dengan lebih erat. Ada rasa penyesalan mendalam dalam hatinya, karena apa yang sempat dipikirkan oleh mamanya itu tidaklah benar. Hubungannya dengan Dimas masih belum membaik, hingga akhirnya Dimas pergi dan tidak akan pernah kembali lagi ke dunia ini.
"Kebahagiaan yang ditunjukkan oleh Dimas kepada mama itu hanya karena dia ingin menutupi kepahitannya, karena kenyataannya hubungan kami belum membaik." lirih Viona. "Andai saja malam itu Viona memperbaiki hubungan Viona dengan Dimas, pasti Dimas akan benar-benar pergi dengan bahagia."
"Jangan menyesali apa yang telah terjadi." Marisa mengurai pelukannya. "Dimas sudah bahagia karena kamu memaafkan dia, meskipun kamu tidak pernah mengatakannya langsung. Bahkan setelah pergi dari kamar kamu malam itu, dia sempat bilang koq ke mama. Dia bahagia karena sudah meminta maaf kepada kamu dan kamu menerimanya dengan membiarkan dia mengatakan semua yang ingin dia katakan, bahkan kamu juga membiarkan dia memeluk kamu."
"Dia bilang itu sudah lebih dari cukup, dia bahagia. Jadi kamu ga perlu merasa bersalah atau menyesal lagi, karena hubungan kalian sudah membaik meski tak ada kata yang terucap dari mulut kamu saat malam itu."
"Tapi Ma, tetap saja seharusnya malam itu..."
Marisa langsung membungkam mulut putrinya itu. "Sudah sayang, justru dengan kamu terus seperti ini Dimas ga bahagia. Jadi berhentilah menyesali semuanya, dan tersenyumlah untuk Dimas."
"Mama juga tersenyum, jangan menangis seperti ini." Viona menurunkan tangan Marisa lalu menghapus air mata di wajah bidadari surganya itu
Marisa mulai memaksakan tersenyum di tengah kepahitannya. Lalu tiba-tiba ia menceritakan semua moment kebersamaannya bersama Dimas, dari mulai Dimas dilahirkan, masa kanak-kanaknya, masa remajanya hingga masa menuju dewasa sebelum Dimas pergi. Semua kenakalan yang pernah dilakukan oleh Dimas pun ia ceritakan, ada perasaan kesal tapi ia tetap menyayangi putranya itu. Meski pernah tinggal tak satu tempat karena ia dan Anggara sibuk bekerja sehingga Dimas lebih memilih tinggal di apartment, namun tetap saja ia dan suaminya tetap memberikan perhatiannya kepada Dimas. Sehingga Dimas tidak pernah merasa kurang perhatian.
Hingga akhirnya kebahagiaan bertambah lengkap ketika Viona ditemukan dan mereka hidup bersama. Meskipun Dimas dan Viona berulang kali tidak mempunyai hubungan yang baik, tapi disaat hubungan mereka membaik kebahagiaan Marisa dan Anggara tidak ternilai lagi harganya.
"Mama udah kembali tenang kan?." tanya Viona setelah cukup lama Marisa bercerita tanpa ada air mata lagi
"Udah koq, makasih ya sayang. Sudah mau mendengarkan cerita mama." Marisa mengelus lembut wajah Viona
"Mama apaan sih, udah seharusnya kali Viona menjadi tempat mama bercerita dan berkeluh kesah. Viona kan anak mama, jadi ga perlu berterimakasih kasih segala." Viona terkekeh kecil
"Iya juga ya." Marisa ikut terkekeh kecil. "Yaudah pakai tasnya, kita pulang sekarang." sahutnya sambil memaikan tas selendang kecil tadi kepada Viona
Lalu mereka pun keluar dari ruangan itu menemui yang lain.
"Baru beres ganti bajunya? Lama juga ya sampai sejam." jail Anggara sambil melirik ke arah jam tangannya
"Tadinya sih mau lebih lama lagi." balas Viona yang mengerti betul bahwa papanya itu sedang mencoba menghibur Marisa
"Yaudah biar ga kelamaan sedihnya, kita makan dulu yukk. Mama kan belum makan dari semalam." Anggara langsung menghampiri Marisa lalu merangkul lembut istrinya itu
"Ayo." Marisa mengangguk singkat sambil tersenyum, namun masih menahan kepahitan
Hingga mereka mulai beranjak pergi disusul dengan yang lain. Sementara Dion dan Viona masih berada di posisinya masing-masing, berdiri dengan jarak cukup jauh. Lalu Dion mulai menghampiri dan merangkul lembut kekasihnya itu.
"Mau makan juga?." tanya Dion lurus
"Pasti dong." Viona mengangguk cepat
"Yaudah kita susul yang lain." ajak Dion
Tak terlalu lama mereka pun sampai ke sebuah restoran yang berada tak jauh dari rumah sakit. Menikmati makan siang dengan cukup menegangkan, karena tak ada canda tawa sedikitpun. Sulit memang untuk bisa ceria di tengah rasa duka yang masih jauh dari kata mengering.
Hingga makan siang pun selesai, dan mereka mulai meninggalkan restoran menuju parkiran untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
"Mmm Pa, Ma kayanya Viona ga langsung pulang ya. Viona mau ke makam Dimas dulu." sahut Viona saat mereka sudah berada di parkiran
"Yaudah tapi pulangnya jangan terlalu sore ya, kamu kan perlu istirahat." balas Anggara
"Iya." Viona mengangguk singkat. "Papa dan mama juga istrihat ya. Jangan terlalu banyak pikiran, ga baik untuk kesehatan kalian." lanjutnya sambil menatap lembut Marisa dan Anggara
"Iya sayang." Marisa langsung mengelus lembut wajah Viona
Lalu mereka semua pun satu-persatu mulai pergi, hingga kembali hanya Viona dan Dion yang tersisa.
"Pergi sekarang?." Dion langsung membukakan pintu depan mobilnya
"Iya." Viona mengangguk lembut lalu memasuki mobil kekasihnya itu
Tanpa ada kata yang keluar lagi, Dion mulai mengemudikan mobilnya setelah baru saja masuk. Ia hanya mengembangkan senyuman di wajahnya sambil terus menatap Viona.
"Kamu kenapa sih dari tadi ngeliatin aku terus?." tanya Viona yang menyadari itu
"Gapapa, seneng aja karena sekarang kalau aku natap kamu, kamu natap aku balik. Ga seperti dua bulan kemarin." Dion tersenyum santai
"Cieee yang kangen tatapan aku." ledek Viona jail
Dion kembali hanya tersenyum dan menatap Viona. Semakin dalam dan semakin dalam lagi.
"Jangan ngeliatin aku terus, kamu kan lagi nyetir." sahut Viona saat hampir terhanyut oleh tatapan Dion
"Eh iya, maaf maaf." Dion mulai menyadari lalu langsung fokus mengemudikan mobilnya
Hingga akhirnya mereka pun sampai di sebuah TPU, tempat dimana Dimas dimakamkan tadi pagi. Berjalan menuju tempat peristirahatan terakhir Dimas, setelah membeli satu buket bunga yang ada di depan TPU itu.
"Hai Dimas. Apa kabar?." Viona langsung terduduk di samping nisan Dimas diikuti oleh Dion, sambil menyimpan buket bunga yang tadi dibelinya. "Serasa udah lama banget ya kita ga ketemu. Padahal baru kemarin pagi kita sarapan bersama, meski tak saling sapa."
"Jujur aku masih belum percaya kamu pergi secepat ini. Kalau boleh meminta, aku ingin kamu masih tetap hidup agar kita bisa memperbaiki hubungan menjadi adik kakak yang seharusnya. Tanpa ada kebencian lagi. Tapi aku sadar, Tuhan lebih sayang sama kamu makanya kamu pergi sekarang."
"Sempat aku menyesali kenapa aku tidak memperbaiki hubungan kita sebelum kamu pergi. Tapi mama menyadarkan aku kalau aku ga boleh menyesali apa yang telah terjadi, yang terpenting aku sudah memaafkan kamu dan hubungan kita sudah membaik meski tak ada kata yang aku ucapkan saat kamu berpamitan."
"Aku sayang kamu, Dimas Adi Anggara."
Viona tak mampu menahan tangisnya, air matanya pun turun dengan cukup deras. Membasahi kedua sisi wajahnya.
"Lo bahagia ya disana. Gue janji, gue disini juga akan selalu membahagiakan orang-orang yang lo sayang. Seperti yang lo minta." Dion langsung merangkul Viona sambil menatap sendu ke nisan Dimas
"Seperti yang Dimas minta? Maksud kamu?." Viona mengerutkan kening heran
"Jadi sebelum kecelakaan itu, siangnya Dimas datang ke restoran. Dia minta maaf atas semua kesalahan yang pernah dia lakukan, dan dia juga meminta aku untuk selalu bisa membahagiakan kamu dan orang tua kamu. Orang-orang yang sangat dia sayangi." jelas Dion
"Dimas meminta hal itu?." Viona nampak tak percaya
"Iya." Dion mengangguk singkat
"Makasih kakakku tersayang. Karena kamu masih memikirkan kebahagiaan aku dan orang tua kita. Terlebih kebahagiaan aku, orang yang selama ini sudah terlalu jahat karena sudah menyakiti kamu dengan semua perkataan aku disaat aku kesal sama kamu. Aku juga janji, aku akan selalu bahagia dan aku akan selalu berusaha membuat orang tua kita bahagia. Tanpa membuat mereka melupakan kamu." Viona langsung menatap ke arah nisan Dimas dengan air mata yang belum juga berhenti mengalir
"Kita pulang sekarang yukk, biar ga terlalu sore. Kamu kan harus istirahat." ajak Dion
"Ayo." Viona langsung menyetujui
Lalu Dion menghapus air mata di wajah kekasihnya itu, sebelum akhirnya mereka pergi setelah memberikan senyuman ke arah nisan Dimas.
***
Sebulan sudah berlalu. Meski duka masih terasa, namun Viona selalu berusaha untuk menciptakan kebahagiaan di rumahnya. Ia tak ingin jika orang tuanya terus-menerus bersedih, karena Dimas pasti tidak akan suka. Meskipun sebenarnya ia juga selalu merasa sedih setiap kali teringat dengan kakaknya itu, tapi ia mencoba kuat dan mengingat janjinya untuk selalu bahagia.
"Selamat pagi kakak terhebat dan kekasih terhebat." sapa Viona sambil menatap ke arah foto Dimas dan Dion yang ditempel bersebelahan di dinding kamarnya dalam sebuah figura besar
Sapaan itu selalu ia berikan setiap pagi selama sebulan terakhir ini. Ya tepatnya setelah kepergian Dimas.
Lalu ia pun keluar dari kamarnya dengan pakaian santai untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Namun saat sampai di ruang makan, orang tuanya itu tidak berada disana. Entah kemana mereka, biasanya setiap pagi seperti ini mereka sudah berada disana.
"Selamat pagi Non." sapa salah seorang pelayan yang tiba-tiba datang
"Pagi." sapa balik Viona. "Papa dan mama mana ya? Koq tumben belum kesini, makanannya kan udah siap." tanyanya sambil melirik sekilas ke arah meja makan yang sudah dipenuhi makanan dan beberapa gelas minuman
"Tuan dan Nyonya sudah pergi dari pagi-pagi sekali, katanya ada meeting dadakan." jelas pelayan itu
"Meeting dadakan? Koq tumben ya mereka ga ngasih tau aku dan langsung pergi gitu aja." gumam Viona yang merasa aneh
"Mau sarapan sekarang Non? Biar saya siapkan dulu." Pelayan itu mencoba menawarkan
"Oh ga usah, saya bisa siapkan sendiri. Kamu bisa kembali bekerja."
Viona pun langsung terduduk di meja makan menikmati sarapannya sendirian setelah pelayan itu pergi. Lalu ia menatap ke layar ponsel yang ia letakkan di atas meja saat baru memulai sarapan tadi, tak ada pemberitahuan satupun. Entah kenapa sejak kemarin ponselnya selalu sepi, tak ada pesan ataupun panggilan masuk. Padahal biasanya Dion, Vina atau Feby selalu memenuhi pemberitahuan ponselnya. Sarah pun terkadang ikut memenuhi. Bahkan Marisa dan Anggara pun biasanya langsung memenuhi ketika harus pergi mendadak seperti hari ini.
Tapi sekarang, entah kenapa mereka tidak memberi kabar sedikitpun. Terlebih lagi Dion, sudah sejak dua hari yang lalu sampai hari ini menghilang begitu saja. Bahkan setiap kali mencoba ditelepon nomornya selalu tidak aktif. Terkadang ada kekhawatiran dan kecurigaan, namun ia mencoba berpikir positif mungkin saja kekasihnya itu tengak sibuk. Karena selama ia buta, Dion kan selalu lebih mengutamakannya. Dan sekarang ketika ia sudah kembali seperti sedia kala, saatnya Dion lebih mengutamakan pekerjaannya.
"Permisi Non." tiba-tiba pelayan yang lain datang. "Diluar ada perempuan yang ingin bertemu dengan Non."
"Perempuan siapa?." tanya Viona lurus
"Katanya sih namanya Putri. Saya suruh masuk atau suruh pergi lagi aja?." tanya pelayan itu
"Putri? Putri yang pernah dijodohkan sama Dion waktu itu? Dia ngapain disini?." Viona mencoba berpikir sejenak
"Sepertinya Non Viona tidak mengenal orang itu ya, yaudah kalau begitu sebaiknya saya suruh dia pergi aja ya Non." sahut pelayan tadi
"Eh ngga, ngga. Saya kenal koq, kamu suruh dia kesini aja." suruh Viona
Pelayan itu pergi, dan beberapa lama kemudian Putri datang bersama beberapa orang perempuan yang berseragam sama. Nampak seperti seragam karyawan salon langganan Marisa.
"Hallo Viona. Apa kabar?." Putri langsung menghampiri dan cipika cipiki dengan Viona
"Hallo. Kamu Putri yang..."
"Iya aku Putri teman Dion sejak SMA." Putri menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Oke. Kamu koq bisa tau rumah aku? Dan tumben juga nemuin aku, ada apa?." Viona mengerutkan kening heran
"Aku tau dari Dion dan aku kesini juga atas perintah dari dia." jelas Putri dengan santai
"Perintah? Perintah untuk apa?." Viona kembali mengerutkan kening heran
"Ya untuk make over kamu." Putri kembali bersikap dengan santai
"Make over? Emangnya mau ada acara apa koq aku sampai harus di make over segala?." Viona semakin tak mengerti
"Ga tau juga deh ya, mungkin Dion mau ngasih kejutan buat kamu." sahut Putri. "Yaudah deh daripada buang-buang waktu mendingan sekarang kamu tunjukkin tempat untuk mereka melakukan tugasnya. Atau sarapan kamu belum selesai?." tanyanya lurus
"Udah koq, atau mungkin kamu yang mau sarapan dulu?." Viona mencoba menawarkan
"Ga usah, aku udah sarapan koq. Lebih baik langsung tunjukkin aja tempatnya karena kita dikejar waktu juga." pinta Putri
"Oh yaudah kita ke kamar aku aja." ajak Viona yang langsung berjalan meninggalkan ruang makan
Menuju lift, lalu naik ke lantai 2. Kembali ke kamarnya lagi bersama mereka semua.
"Oke langsung aja, silahkan kamu duduk di sofa." suruh Putri saat sudah berada di kamar Viona, di ruangan sebelum tempat tidur
"Tunggu deh, perasaan Mba Mba ini karyawan salon langganan mama saya kan? Memang sih kalian belum pernah kesini, tapi seragamnya sama seperti karyawan salon yang sering kesini." tanya Viona saat sudah tertuduk di sofanya
"Memang benar Non, kami dari salon langganan Ibu Marisa. Karena Den Dion yang meminta saran kepada beliau untuk mencarikan salon terbaik agar bisa memberikan treatment terbaik juga untuk Non Viona." jelas salah seorang dari karyawan salon itu
Karena Viona tidak mengeluarkan pertanyaan lagi, mereka pun mulai melakukan tugasnya. Melalukan seluruh treatment kepada Viona dari ujung kaki sampai ujung kepala, dan terakhir merias wajah gadis itu.
"Sekarang kamu pake ini." Putri memberikan sebuah kotak besar setelah Viona selesai dirias
"Gaun dan high heels?." tanya Viona setelah mengetahui isi kotak itu
"Iya." Putri mengangguk singkat. "Cepet pake gih, biar kita bisa segera temuin Dion." suruhnya sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Jadi ini alasan Dion tiba-tiba menghilang. Tapi kejutan apa yang ingin dia berikan sampai aku harus di make over secara khusus seperti ini." pikir Viona sambil berjalan menuju toilet yang berada di kamarnya sambil membawa kotak besar tadi
Lalu akhirnya Viona pun keluar dari toilet dengan menggunakan sebuah gaun biru model sabrina yang begitu panjang sampai menyapu lantai, nampak begitu mewah dan glamour dengan taburan berlian beserta permata. High heels nya juga tak kalah mewah, namun tertutupi oleh gaun itu. Hingga ia dibuat semakin takjub dengan penampilannya sekarang ketika bercermin. Tatanan rambut yang tetap dibiarkan tergerai dan menumpuk di sebelah kanan seperti andalan biasanya. Namun ada kepangan di atasnya serta beberapa accessories yang menambah keindahannya, dilengkapi dengan riasan yang membuatnya tampak 360° berbeda dari sebelumnya.
"Puas dengan hasil make overnya?." tanya Putri yang tiba-tiba datang memasuki kamar tidur Viona
"Bukan puas lagi sih ini namanya, it's very beautiful." Viona nampak masih tak percaya dengan penampilannya sekarang
"Baguslah kalau kamu puas, kita pergi sekarang yukkk." ajak Putri
"Tunggu dulu deh sebenarnya kejutan apa sih yang ingin diberikan oleh Dion? Kenapa aku sampai di make over segininya, kaya orang mau nikah." Viona tersenyum heran
"I don't know." sahut Putri. "Yaudah yukk pergi sekarang, kasian Dion nunggu terlalu lama." ajaknya lagi
Viona pun langsung menyetujui, lalu Putri membantunya berjalan dengan memegangi ekor gaun mewah itu. Kemudian mereka menaiki mobil dan Putri yang menyetirnya. Sementara para karyawan salon tadi pulang dengan mobil yang lain. Hingga mereka tiba di sebuah lapangan rumput di pesisir kota.
"Temuin Dion gih." suruh Putri sambil menatap ke arah tengah lapangan tempat dimana Dion tengah berdiri membelakangi mereka, ketika mereka baru saja turun dari mobil
Ya, Dion sudah berada disana. Ia menggunakan setelan jas berwarna biru, senada dengan gaun yang dipakai oleh Viona.
"Kamu ga ikut?." tanya Viona lurus
"Ya ngga lah, ini kan acara kalian berdua. Aku cuma sekedar membantu Dion untuk make over kamu, dan sekarang tugas aku udah selesai. Jadi aku pergi ya karena ada urusan lain juga, good luck." pamit Putri
"Makasih ya." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Sama-sama." Putri balas tersenyum sebelum akhirnya pergi
"Sebenarnya Dion nyiapin kejutan apa sih sampai aku harus pake gaun kaya gini segala." Viona mulai melangkah menghampiri Dion sambil memegangi kedua sisi gaunnya dengan cukup kerepotan. "Aww." sahutnya yang nyaris tersandung ketika sudah berada di belakang kekasihnya itu
Namun untungnya dengan sigap Dion langsung membalikkan badan dan menangkap Viona. Hingga keduanya saling bertatapan, semakin dalam dan semakin dalam lagi. Cukup lama dan semakin lama lagi.
"Kamu ngapain sih nyuruh aku pake gaun kaya gini segala, kan ribet tau." gerutu Viona masih dalam pegangan Dion
"Jangan bicara dulu, biarkan aku menikmati keindahan Tuhan yang tak ternilai harganya ini." sahut Dion yang semakin dalam lagi menatap Viona. "Sekali lagi aku mengatakan jika aku sangat sangat beruntung bisa memiliki gadis cantik seperti kamu."
Perkataan Dion langsung membuat Viona membeku, pipinya mulai memerah dan tubuhnya seakan enggan untuk menjauh dari kekasih terhebatnya itu.
Hingga akhirnya tatapan mereka terhenti ketika ada sesuatu yang menghampiri dengan suara yang cukup bising.
"Akhirnya datang juga." Dion tersenyum senang melihat ke arah sesuatu itu, lalu melepas pegangannya pada Viona hingga gadis cantiknya kembali berdiri dengan tegak
"Helikopter?." Viona nampak tercengang ketika mengetahui apa sebenarnya yang menghampirinya tadi
"Iya helikopter." Dion tersenyum santai. "Ayo naik." ajaknya yang langsung memegangi ekor gaun Viona
"Emangnya mau kemana?." Viona mengerutkan kening heran
"Udah naik aja dulu, nanti juga kamu tau." ajak Dion lagi
Hingga mereka pun berjalan menaiki helikopter itu bersama seorang pilot dan seorang lainnya yang sudah siap mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tempat yang hanya diketahui oleh Dion dan kedua pengendali helikopter itu.
"Kita sebenarnya mau kemana sih?." tanya Viona lagi saat helikopter itu mulai terbang
"Kejutan dong, jadi kamu ga usah banyak nanya lagi. Tinggal ikutin aja." Dion kembali tersenyum santai
"Ga mau ngasih clue gitu?." Viona menunjukkan wajah gemas
"Pokoknya kejutannya itu akan membuat hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan untuk kamu, untuk aku dan untuk kita." Dion menatap dengan sangat lembut
"Apa maksudnya? Apa jangan-jangan Dion mau melamar aku ya." pikir Viona sambil menahan senyum kebahagiaannya
"Kalau mau senyum, senyum aja kali ga usah ditahan gitu." jail Dion
"Apaan sih, siapa juga yang mau senyum." Viona langsung mengalihkan pandangan dengan salah tingkah
Ia menatap ke arah jendela, menikmati pemandangan dari atas udara. Lalu Dion menggenggam erat tangannya, hingga keduanya saling menggenggam dengan sangat erat. Dan setelah cukup lama melakukan perjalanan, helikopter itu pun mulai mendarat.
Baru juga Viona mau melihat ke luar dari balik jendela untuk mengetahui dimana sebenarnya mereka berada sekarang, Dion langsung mengeluarkan sebuah kain kecil dari saku celananya dan menutupi mata Viona.
"Koq mata aku ditutup sih?." tanya Viona dengan sedikit kesal
"Ga asyik dong kalau kamu ngeliat kejutannya duluan." Dion menanggapi dengan santai
"Iya sih, tapi nanti rambut aku bisa rusak kalau diiket sama kain kaya gini." gerutu Viona
"Ngga akan rusak koq, diiketnya juga ga kenceng." jelas Dion. "Udah yukk kita turun sekarang, hati-hati." ajaknya sambil mulai membantu Viona turun dari helikopter itu
Lalu membawanya berjalan tak terlalu jauh, hanya sekitar belasan langkah dengan tetap memegangi ekor gaun Viona. Hingga akhirnya berhenti di sebuah tempat yang sudah disiapkan oleh Dion.
"Sudah siap?." tanya Dion kepada Viona yang berada dihadapannya sekarang
"Udah dari tadi malah." jawab Viona
Sejenak Dion tersenyum. "Yaudah kalau udah siap, aku buka penutup matanya ya." sahutnya sambil mulai membuka kain yang sejak tadi menutupi mata Viona
"Surprise." teriak Dion dengan sangat ceria
Seketika Viona dibuat takjub dengan apa yang tengah dilihatnya sekarang. Ya, saat ini mereka berada di tengah-tengah sebuah altar dengan nuansa berwarna putih dihiasi banyak sekali bunga mawar merah. Simple tapi tetap terlihat mewah dan begitu romantis.
"Kamu suka?." tanya Dion lurus
"Kamu nyiapin semua ini?." Viona merasa tak percaya
"Iya." Dion mengangguk singkat. "Dan aku sengaja membuatnya di pulau ini agar lebih romantis." jelasnya tersenyum lembut
"Pulau?." Viona langsung menggerakkan matanya ke seluruh sudut
Dan akhirnya ia menyadari bahwa saat ini ia berada di sebuah pulau yang sangat sangat indah.
"Kita sudah melewati banyak sekali badai dalam kehidupan maupun hubungan ini. Kita pernah terpisahkan namun akhirnya kembali bersatu. Kita sempat membenci namun akhirnya kembali pada satu rasa yaitu cinta." Dion langsung menggenggam erat tangan Viona. "Dari semua hal itu, aku semakin yakin bahwa kamu adalah keindahan yang dititipkan oleh Tuhan untuk selalu aku jaga. Kamu adalah gadis cantik yang memang ditakdirkan untuk aku miliki. Dan kamu adalah permaisuri yang sudah disiapkan untuk mendampingi aku selamanya."
"Di moment indah ini, aku ingin mengatakan hal yang sangat penting. Yang sebenarnya sudah ingin aku katakan sejak lama, tapi karena takdir berkata lain aku baru bisa mengatakannya sekarang." Dion mulai bertekuk lutut dan hanya menggenggam tangan kiri Viona. "Viona Dwi Anggara, will you marry me?." sahutnya dengan tatapan sangat dalam
"Maukah kamu menemani setiap langkah kehidupanku, melewati setiap suka duka bersama untuk selamanya, serta saling menjaga cinta kita di setiap hembusan nafas?."
Mendengar semua itu, membuat Viona semakin membeku. Karena sejak Dion mulai berbicara tadi, ia memang hanya bisa terdiam dan tak mampu untuk mengeluarkan sepatah katapun lagi. Ia pun langsung membungkam mulutnya dengan tangan kanannya, sambil menahan tangis penuh haru dan bahagianya.
Kemudian ia mulai menurunkan tangannya, menatap Dion tak kalah dalam. Dan mengatur nafasnya yang menjadi hilang kendali. "I will marry you, Dion Abimana Prasetya." sahutnya dengan lantang
Dion pun tak mampu menyembunyikan wajah bahagianya, air matanya nyaris saja terjatuh. "Kamu serius? Siap mengarungi kisah ini lebih dalam lagi bersama aku?." tanyanya menegaskan
"Iya." Viona mengangguk mantap. "Aku siap mendampingi kamu dalam setiap keadaan. Dan aku siap mengarungi kisah sesungguhnya bersama kamu, pelangi hidupku."
Sejenak Dion mengatur nafasnya yang menjadi hilang kendali juga, lalu ia mengeluarkan sebuah mahkota bunga dari balik jasnya dan kembali berdiri serta memakaikannya kepada Viona.
"Cincinnya nyusul ya." sahut Dion dengan candaan
"Ini sudah lebih dari cukup koq, aku ga butuh apa-apa lagi." balas Viona dengan tatapan haru
Lalu keduanya langsung saling berpelukan dengan sangat erat, bersamaan dengan turunnya hujan. Bukan hujan air dari langit, melainkan hujan kepingan mawar merah dari udara yang ditaburi oleh seseorang yang berada di dalam helikopter tadi.
"Dion, ini?." Viona mengurai pelukannya sambil menikmati hujan itu
"Aku kan pernah bilang kalau aku akan membuktikan ke kamu bahwa hujan tidak selalu berarti kesedihan. Tapi bisa juga berarti kebahagiaan, seperti hujan kepingan mawar ini. Bahkan hujan ini dipenuhi oleh cinta." Dion menatap penuh arti
Keduanya kembali berpelukan dengan sangat erat, hingga akhirnya terlepas karena Dion ingin mengajak Viona ke tempat kejutan selanjutnya.
"Kejutan apa lagi?." tanya Viona yang masih merasakan kebahagiaan atas kejutan tadi
"Ini kejutan yang akan membuat kamu lebih bahagia lagi." jelas Dion sambil kembali memegangi ekor gaun Viona saat mereka mulai berjalan meninggalkan altar tadi
Berjalan cukup jauh dari sebelumnya, namun kali ini mata Viona tidak ditutup lagi. Hingga mereka memasuki pulau lebih dalam lagi dan sampailah kepada tempat kejutan selanjutnya.
"Surprise." teriak Marisa bersama dengan yang lainnya saat sepasang kekasih itu baru saja sampai
"Mama? Dan..."
Viona nampak terkejut ketika mengetahui bahwa Marisa, Anggara, Vina, Feby, Sarah dan Reza berada disana. Feby pun sampai membawa kekasihnya yang memang sudah pernah dikenalkan saat dulu. Bahkan Putri yang tadi ditugaskan untuk melakukan make over terhadap dirinya pun ada disana, bersama dengan papanya. Serta para karyawan restoran Dion, dari mulai Dila, chef Maya, chef Andi dan chef Roy pun berada disana. Serta karyawan yang lainnya lagi.
Para staff dan petinggi perusahaan papanya serta beberapa dari perusahaan Reza pun berada disana. Termasuk Vano, yang memang sudah bekerja di perusahaan Anggara tak lama setelah dipecat oleh Reza karena kejadian balas dendam waktu itu. Ada beberapa teman kuliah Viona juga, serta yang lainnya lagi yang entah siapa. Viona tidak mengenalnya.
"Kamu kenapa sayang?." tanya Marisa kepada Viona yang terdiam kaku dengan keringat dingin di keningnya
"Tunggu deh, ini kejutan apa sih? Koq semua pada kumpul disini dan banyak yang lainnya juga." Viona menatap lurus Dion sambil mengatur nafasnya yang semakin tak terkendali lagi
"Mereka memang sengaja kesini untuk menghadiri moment penting kita." Dion langsung mengusap keringat di kening Viona. "Kita masuk masuk dulu biar kamu tau apa yang aku maksud ini." ajaknya sambil menggenggam erat tangan kekasihnya itu
Seketika semua orang yang tadi pun langsung berpencaran, karena sebelumnya menumpuk menghalangi jalan menuju kejutan yang telah disiapkan oleh Dion.
"Pelaminan?." Viona nampak sangat tercengang setelah melihat kejutan yang dimaksud oleh Dion
Ya, pelaminan. Disana ada sebuah pelaminan bertema outdoor, dan lagi lagi dengan dekorasi yang begitu mewah serta romantis.
"Maksudnya?." Viona masih belum mengerti
"Hari ini kita akan menikah." jelas Dion dengan mantap
"Hah? Nikah?." Viona semakin tercengang dengan suara cukup keras, hingga menjadi pusat perhatian
Lalu dengan cepat ia langsung membungkam mulutnya karena menyadari hal itu.
"Iya nikah, kamu kan sudah menerima lamaran aku. Jadi kita akan langsung menikah sekarang." jelas Dion lagi
"Kamu bercanda ya?." Viona tersenyum tak percaya
"Loh siapa yang bercanda? Aku serius, kita akan menikah sekarang." tegas Dion
"Ini pernikahan Dion, bukan mainan. Ga bisa mendadak kaya gini." Viona mencoba membuat kekasihnya itu mengerti
"Kata siapa mendadak? Aku sudah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari koq." sahut Dion
"Iya kamu, tapi aku? Aku sama sekali ga tau apa-apa." Viona membuat suasana menjadi tegang
"Viona, Viona kamu tenang dulu." Sarah langsung menghampiri bersama dengan Marisa dan juga Vina
"Tunggu deh, berarti kalian sudah mengetahui hal ini?." tanya Viona kepada ketiga perempuan itu
"Tentu saja, bahkan kami juga membantu mempersiapkan semuanya. Maka dari itu mama dan papa pergi begitu aja tanpa mengabari kamu secara langsung, bahkan Dion yang lainnya pun ga ada yang berkomunikasi dengan kamu kan sejak kemarin, ya karena semuanya sibuk mempersiapkan ini." jelas Marisa yang langsung merangkul putrinya itu
"Semua orang tau hal ini, sedangkan aku ngga? Sebenarnya kamu mau nikah sama siapa sih, koq aku ga dianggap gini." Viona merasa tak habis pikir
"Loh koq kamu ngomong gitu sih." Dion langsung mendekat dan terkekeh kecil. "Ya nikah sama kamu lah, tapi aku ingin pernikahan kita itu berbeda dari yang lain. Makanya aku menjadikan pernikahan ini sebagai kejutan." sahutnya dengan lembut
"Konyol sih, hari ini aku nikah tapi aku ga tau apa-apa." gerutu Viona yang malah menjadi berbica sendiri
"Udah ga usah bingung gitu, langsung aja jawab iya biar Dion ga nunggu terlalu lama." Vina mencoba menggoda
"Iya tuh bener, jangan sampai ada penolakan pokoknya. Kasian loh Dion udah mempersiapkan semuanya." sambung Sarah
"Dan malu juga sama para tamu undangan yang udah datang kalau sampai pernikahannya batal." tambah Marisa
"Koq jadi pemaksaan gini ya." gerutu Viona lagi
"Oh jadi kamu ngerasa dipaksa? Berarti kamu ga mau nikah sama aku?." Dion menatap lurus kekasihnya itu
"Eh bukan gitu." Viona merasa salah bicara
"Kalau bukan gitu, berarti kamu mau dong nikah sama Dion sekarang." goda Marisa lagi sambil menyenggol lengan Viona. "Yaudah langsung akad nikah aja Dion, Vionanya juga udah siap koq."
"Mama." Viona langsung menatap mamanya itu
"Udah ayo." Marisa langsung membawa Viona menuju pelaminan bersama dengan Vina
Kemudian Sarah mengikuti dari belakang bersama dengan semua yang hadir mengiringi Dion.
Rangkaian demi rangkaian acara dilakukan hingga akhirnya Dion dan Viona SAH menjadi sepasang suami istri. Tangis haru penuh bahagia pun terus saja terpancar dari keduanya. Karena akhirnya setelah melewati banyak sekali rintangan, cinta mereka bisa bersatu dalam ikatan yang suci.
Terlebih Viona, ia tiada hentinya menangis sekaligus merasa benar-benar konyol. Karena ia menikah secara mendadak tanpa mengetahui dulu rencananya. Bukankah ini pernikahan paling konyol? Dimana mempelai wanita tidak tahu jika hari ini adalah hari pernikahannya. Tapi meskipun begitu ia merasa sangat bahagia karena bisa menjadi istri dari lelaki hebat yang begitu dicintai dan disayanginya. Walau tetap saja konyol.
Air mata Dion dan Viona mulai terhenti ketika keduanya bergantian saling memakaikan cincin pernikahan. Lalu Dion mengecup manis kening Viona, dan Viona mengecup manis punggung tangan kanan Dion. Seperti pengantin pada umumnya.
Kemudian dilanjutkan dengan sungkeman dan memeluk orang tua dari kedua mempelai, tak lupa kepada Vina yang juga merupakan mama kedua Viona. Air mata kembali tumpah pada moment ini, dimana mereka semua yang menjadi saksi cinta Dion dan Viona menangis penuh haru dan bahagia.
Hingga suasana kembali ceria setelah acara sungkeman selesai. Dilanjutkan dengan ucapan selamat dari para tamu undangan, lalu saling menyuapi kue pengantin serta melempar bunga kepada para tamu tersebut yang berkumpul dulu sebelumnya. Canda tawa sempat terjadi ketika yang mendapatkan bunga itu adalah Putri dan Vano yang mengambil secara berbarengan. Tidak ada yang tidak mungkin, bisa saja mereka nantinya berjodoh serta menyusul Dion dan Viona ke pelaminan.
Acara ditutup dengan pesta dansa, dan tentu saja pengantin berada paling tengah dari yang lain. Keduanya nampak sangat serasi dan bahagia.
"Gimana perasaan kamu sekarang?." tanya Dion sambil melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Viona, sementara istrinya itu melingkarkan kedua tangan pada lehernya
"Masih merasa konyol sih, tapi aku sangat sangat bahagia." Viona tersenyum lembut
"Dan aku jauh lebih bahagia lagi." Dion balas tersenyum tak kalah lembut
"Makasih ya sayang." Viona mempererat lingkaran tangannya
"Serasa udah lama banget ya baru ngedenger kamu manggil sayang lagi, biasanya juga manggil nama doang." jail Dion
"Maaf deh, meski pun cuma manggil nama aku kan tetep sayang sama kamu." balas Viona dengan manja
Seketika Dion pun langsung mencubit gemas hidung istrinya itu. Status kekasih berubah dengan cepat menjadi istri. Kemudian ia kembali melingkarkan kedua tangannya.
"Emangnya kamu sama sekali ga kepikiran ya kalau kejutan yang mau aku kasih itu berupa pernikahan?." tanya Dion sambil terus bergerak mengikuti alunan musik yang ada
"Sempet sih kepikiran dari gaun yang kamu berikan dan riasan wajahnya. Cuma karena warna gaunnya biru jadi ga berpikir lebih dalam lagi, biasanya juga kan kalau orang nikah gaunnya putih bukan berwarna seperti ini." jelas Viona yang juga mengikuti alunan musik yang ada
"Warna putih mah udah ga aneh." Dion tersenyum santai
"Mau bikin yang beda lagi?." tanya Viona lurus
"Pastinya. Karena arti warna biru itu kan tenang, jadi semoga aja dengan ini perjalanan cinta kita selalu tenang. Sedangkan warna putih artinya suci, dan cinta sudah jelas suci jadi ga perlu digambarin lagi." Dion kembali tersenyum santai
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun lagi, Viona langsung memeluk suaminya itu. Hingga keduanya berdansa sambil saling berpelukan.
"Oh iya ada satu lagi yang mau aku tunjukkan ke kamu." sahut Dion
"Apa?." Viona mengurai pelukannya
"Kamu pernah denger kan sebuah kalimat dimana setelah badai pergi, maka akan ada pelangi." Dion menatap dengan lembut
"Iya pernah, dan perasaan kamu juga pernah bilang deh." Viona menanggapi dengan santai
"Dan hari ini aku akan tunjukkan pelangi itu." Dion tersenyum penuh arti
"Maksud kamu?." Viona mengerutkan kening heran
Dion mengalihkan pandangannya ke arah kiri. Disana nampak sebuah pelangi yang begitu jelas dan indah, bahkan pemandangan itu menjadi tontonan semua orang yang berada disana tak terkecuali dengan Viona.
"Pelangi sungguhan? Udah lama banget loh aku ga melihat pelangi, dan sekarang pelangi itu muncul di hari pernikahan kita." Viona nampak tak percaya
"Kamu tau kan di dunia ini ga ada yang kebetulan, seperti pelangi itu. Dan aku yakin ini adalah pertanda bahwa pernikahan kita akan selalu dihiasi dengan pelangi kebahagiaan." Dion kembali menatap dengan lembut
"Bisa jadi. Tapi perasaan pelangi muncul setelah hujan deh, dan dari tadi kan ga ada hujan koq bisa muncul?." tanya Viona lurus
"Siapa bilang ga ada? Orang tadi pas kita akad ada gerimis koq dikit." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
"Masa sih? Koq aku ga sadar?." Viona nampak tak percaya
"Pasti karena kamu terlalu bahagia ya sampai ga menyadari tadi ada hujan? Padahal biasanya selalu paling pertama menyadari dan selalu berasumsi akan ada masalah setelahnya." goda Dion
"Iya juga ya, mungkin karena sekarang aku sudah benar-benar memiliki pelangi hidup aku seutuhnya jadi aku ga menyadari lagi jika ada hujan turun dan ga merasa takut juga dengan masalah apapun yang akan datang. Karena pelangi itu akan selalu ada bersama aku." Viona menatap penuh arti
"Makin pinter ya sekarang ngegombalnya. Istri siapa sih? Makin sayang deh aku sama kamu." goda Dion lagi
"Apaan sih." Viona menjadi salah tingkah tingkah dan langsung menundukkan wajahnya
Sementara Dion terus tersenyum sambil menatap permaisurinya itu. Lalu ia mulai mendekatkan wajahnya, semakin dekat dan semakin dekat lagi. Bahkan nyaris saja menyentuh bibir indah Viona, namun disaat itu Viona malah mengangkat kembali wajahnya sehingga menjadi hidung mereka yang saling bersentuhan.
"Kamu mau ngapain?." Viona langsung menjauhkan wajahnya dari Dion
"Ng-gapapa." elak Dion yang menjadi gelagapan
"Yakin?." goda Viona
"Aku rasa kamu juga udah tau koq." Dion langsung menarik Viona sehingga tubuh mereka tak ada jarak lagi. "Padahal tadi aku hampir berhasil loh, tapi kamu malah ngerusak moment."
Masih dengan posisi tadi dimana Viona melingkarkan kedua tangannya pada leher Dion, dan Dion melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Viona.
"Ngomong apa sih aku ga ngerti." jail Viona sambil terkekeh kecil
"Kamu nih ya masih aja pura-pura ga tau, udah sah juga." Dion langsung menyentil pinggang Viona
"Ih Dion, geli tau." sahut Viona dengan cukup keras sehingga menjadi bahan tertawaan semua orang, bukan meledek melainkan memahami bagaimana romansa pengantin baru
Seketika Viona pun tak berkutik lagi, ia benar-benar merasa malu. Sementara Dion terus aja tersenyum memperhatikan tingkah gemas istrinya itu.
"I will always love you, Viona." bisik Dion dengan sangat lembut hingga membuat Viona membeku
"I will always love you too, Dion." sahut Viona pelan sambil mengatur nafasnya yang benar-benar tak terkendali ditambah dengan debaran jantung yang lebih cepat ribuan kali dari biasanya
Lalu Dion menempelkan wajahnya pada Viona, sehingga bukan hanya tubuh tapi wajah mereka pun kini tak ada jarak lagi. Mata mereka bertemu dan terhanyut dalam tatapan yang sangat dalam. Mereka juga bisa saling merasakan hembusan nafas satu sama lain serta debaran jantung yang sama-sama tak terkendali. Kemudian mereka melirik ke arah pelangi tadi, dengan posisi yang tidak berubah sedikitpun. Mereka tersenyum ke arah sana dengan pancaran kebahagiaan.
Sekarang aku sangat yakin bahwa akan selalu ada pelangi setelah hujan, bahkan akan selalu ada pelangi setelah badai. Kebahagiaan pasti akan datang, meski kepahitan tiada henti menghampiri. Dan Dion adalah pelangiku, dia kebahagiaanku yang sesungguhnya.
Aku pernah mengatakan bahwa dia satu untuk selamanya. Dia terbaik dan takkan pernah tergantikan. Dan sebagai lelaki sejati aku membuktikan perkataanku itu. Aku selalu bertahan dan akan selalu bertahan bersamanya. Viona, bukan hanya aku yang menjadi pelangimu. Tapi kamu pun menjadi pelangiku, pelangi yang akan selalu aku jaga hingga ajal menjemputku dan menjemputmu juga. Agar kisah ini hanya menjadi milik kita berdua, hanya kita, aku dan kamu.
~ The End ~
Terimakasih untuk semua yang sudah setia membaca cerita ini dari awal, yang selalu memberikan komentar karena tidak sabar menunggu kelanjutannya dan selalu saja menyemangati, yang selalu memberikan vote untuk menghargai cerita ini, serta yang menambahkan cerita ini ke daftar bacaan kalian. Dukungan dari kalian amat sangat berarti. Terimakasih, terimakasih dan terimakasih sebanyak-banyaknya. Tunggu karyaku selanjutnya ya😍