Part 4 LOVE IN RAIN
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 4 LOVE IN RAIN
Pantang menyerah sebelum tercapai. Hal itulah yang selalu menjadi prinsip hidupnya. Begitupun dengan sekarang. Viona terus berusaha melamar pekerjaan agar bisa membantu meringankan beban mamanya. Meskipun selama beberapa hari ini, belum juga ada perusahaan ataupun tempat lainnya yang bersedia menerimanya bekerja disana. Lagi lagi karena alasan tidak menerima karyawan yang bekerja paruh waktu. Sekalipun ada perusahaan yang menerimanya, banyak peraturan yang terlalu memaksakan kehendak. Tentu saja itu sangat tidak disukai oleh Viona.
Kini langkah kakinya tak terarah. Uangnya pun hanya tersisa sedikit karena sudah dipakai naik taxi beberapa kali, pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Duh susah banget sih nyari kerja. Coba aja kalau sekarang kuliah gue udah tingkat akhir, pasti gue bisa kerja di perusahaan yang tadi." keluh Viona sambil berdiri di pinggir jalan. "Tapi sekarang, waktu gue masih banyak dihabiskan di kampus. Ngurus ini lah, itu lah. Duhhhh."
Namun tiba-tiba saja pandangannya tertuju pada sebuah restoran yang berada di sebrang jalan. Sempat berpikiran untuk melamar kesana, tapi nyalinya menciut. Karena yang akan ia dapatkan pasti sama saja, yaitu penolakan.
"Tapi, ga ada salahnya gue coba dulu." gumam Viona di tengah keraguannya
Akhirnya, Viona pun memutuskan untuk mencobanya terlebih dahulu. Dengan penuh keraguan, ia memasuki restoran yang terlihat begitu mewah itu. Melihat sekeliling, berusaha mencari seseorang yang mungkin bisa membantunya. Hingga akhirnya ada seorang pelayan yang datang menghampirinya.
"Permisi mba, ada yang bisa dibantu?." tanya pelayan itu
"Iya mba. Saya mau tanya, disini ada lowongan pekerjaan ga ya?." tanya balik Viona
"Kalau saya denger-denger sih ada mba. Tapi lowongan sebagai pelayan." jelas pelayan itu dengan santai
"Pelayan?." sahut Viona yang tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya
"Iya pelayan, karena ini kan restoran mba. Jadi pasti yang banyak dibutuhkannya itu ya pelayan." jelas pelayan itu kembali
"Pelayan? masa iya sih gue kerja jadi pelayan. Tapi, kalau ga ada pilihan lain apa boleh buat." pikir Viona dalam diamnya. "Kalau kerjanya paruh waktu bisa ga ya mba?." tanyanya dengan ragu
"Kalau itu saya kurang tau mba. Lebih baik saya panggilan pemilik restorannya ya mba, biar mba bisa ketemu langsung sama beliau." jawab pelayan itu dengan ramah
"Oh iya mba boleh." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Cukup lama Viona menunggu, berdiam diri di dekat ambang pintu restoran. Dengan harap-harap cemas, ia tetap sabar menunggu. Hingga akhirnya pelayan yang tadi datang dan memanggilnya. Dengan cepat ia langsung membalikkan badan dengan senyuman yang mengembang di wajahnya, tapi saat melihat orang yang berada di sebelah pelayan itu, senyuman tadi seketika hilang.
"Viona." sahut Dion sambil mengerutkan kening heran. "Lo ngapain disini?."
"Lo sendiri ngapain disini?." tanya balik Viona dengan ketus
"Maaf Pa, ini orang yang saya ceritakan tadi." sela pelayan itu sambil menatap lurus Dion. "Dan ini pemilik restoran yang saya bilang tadi mba." lanjutnya yang mulai mengalihkan pandangan pada Viona
"Pemilik restoran? orang ini?." Viona menunjukkan wajah tak percaya. "Ga mungkin, pakaiannya aja kaya chef gitu. Lo pasti cuma karyawan doang kan disini." lanjutnya sambil memperhatikan pakaian Dion
"Enak aja lo bilang. Pasti kartu nama yang gue kasih kemarin ga lo liat ya?." tanya Dion dengan alis yang terangkat
"Ngapain juga gue liat. Kartu nama yang lo kasih aja ga tau dimana, mungkin udah kebuang." acuh Viona
"Terserah lo deh. Kalau gitu nih gue kasih lagi kartu namanya, dijaga baik-baik." Dion menyodorkan kartu namanya pada Viona
Dengan wajah malas, Viona mengambil kartu nama itu.
DION ABIMANA PRASETYA
Nama itu tertulis jelas dalam kartu nama yang tengah dilihat oleh Viona, dan ternyata memang benar disana pun tertera jika Dion adalah pemilik dari restoran dimana gadis itu berada sekarang.
"Gimana? masih ga percaya?." Dion menatap lurus Viona
"Iya gue percaya." ketus Viona
"Yaudah, lo mau ngelamar kerja kan disini? ikut gue." ajak Dion sambil beranjak pergi
"Silahkan mba, masuk ke ruangannya pa Dion." sahut pelayan tadi setelah cukup lama tak bersuara
"Makasih mba." Viona menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
***
"Sebelumnya, gue mau tanya dulu. Alasan lo ngelamar kerja paruh waktu apa? kenapa ga sekalian full aja." Dion menatap ke arah Viona yang duduk dihadapannya
"Gue kuliah." sahut Viona datar
"Oh kuliah. Semester berapa?." tanya Dion santai
"Bukan urusan lo." acuh Viona
"Alasan lo kerja apa?." tanya Dion lagi
"Bawel banget sih lo jadi orang." sinis Viona
"Jadi seperti ini cara kamu bersikap saat melamar kerja?." tanya Dion dengan alis yang terangkat
Kali ini Viona berusaha mengendalikan dirinya untuk terlihat lebih tenang, meskipun kenyataannya ia tengah menahan rasa kesal.
"Maafkan atas sikap tidak baik saya pa Dion Abimana Prasetya." Viona memaksakan seulas senyum di bibirnya
Senyuman di wajah Dion pun langsung mengembang melihat sikap Viona yang seperti itu. Tapi tak terlalu lama ia mengendalikan dirinya untuk tetap terlihat biasa saja.
"Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Apa alasan kamu bekerja disini?." Dion menatap Viona dengan tenang
"Apa hal itu perlu untuk ditanyakan?." Viona menatap dengan kesal
"Ya jelas itu perlu untuk saya. Karena jika tujuan kamu jelas, kamu pasti akan kerja dengan benar dan itu bagus untuk kemajuan restoran saya." jelas Dion sedikit tegas
"Saya kerja karena ingin membantu meringankan beban mama saya." Viona menjelaskan dengan tenang tanpa disadarinya
Seketika Dion langsung tertegun. "Tak cuma cantik, ternyata dia juga sangat menyayangi orang tuanya." pikirnya sambil tersenyum simpul
"Oke kalau begitu, saya menerima kamu kerja disini. Selamat bergabung bersama kami Viona." Dion langsung berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Viona
"Maksud lo?." Viona ikut berdiri dan menunjukkan wajah tak mengerti
"Ya kamu diterima kerja disini." Dion memperjelas ucapannya
"Apa? gue diterima? kerja sama orang kaya dia? ga ada pilihan lain apa." kesal Viona dalam hatinya
"Kenapa? lo ga seneng?." tanya Dion dengan alis yang terangkat
"Harusnya gue seneng, tapi kalau bos nya kaya lo, boro-boro gue seneng. Tapi, emang ga ada pilihan lain." keluh Viona dalam hatinya. "Makasih karena udah mau nerima gue kerja disini." sahutnya datar
"Sama-sama. Kalau begitu, besok lo udah bisa mulai kerja disini. Dan ingat, jangan telat." Dion menatap lurus Viona
"Kalau begitu, saya permisi dulu pa Dion yang terhormat." pamit Viona sambil tersenyum sinis
Aku memang ingin sekali mengenalnya lebih dekat. Tapi aku tidak pernah memaksa untuk didekatkan dengannya, karena bagiku biarlah takdir yang mendekatkanku dengannya. Dan sekarang takdir itu telah terjadi. Dia datang untuk membuatku semakin dekat dengannya.
Mulai esok dan seterusnya, aku akan lebih sering bertemu dengannya. Bahkan mungkin setiap hari aku bisa melihat wajah cantiknya. Tak mengapa sikapnya masih seperti itu kepadaku, karena aku yakin dari dalam hatinya dia adalah gadis yang lembut. Dan seiring berjalannya waktu sikap lembut itu akan tertuju kepadaku. Aku yakin itu. Aku sangat yakin.
Dion tak hentinya terus mengembangkan senyuman di wajahnya, sekalipun Viona telah pergi sedari tadi. Rupanya hatinya memang terasa bahagia sekali sejak mengetahui jika gadis itu akan bekerja di restoran miliknya.
***
"Ma aku berangkat ke kampus dulu ya." pamit Viona seusai selesai sarapan pagi
"Loh koq ke kampus, bukannya hari ini kamu libur." sahut Vina yang merasa heran
"Duh mesti jawab apa nih, mama kan hafal banget sama jadwal ngampus aku." pikir Viona dalam diamnya
"Sayang koq diem? beberapa hari ini juga kamu pulangnya malam terus, emang lagi sibuk banget ya?." Vina menatap lurus anaknya itu
"I-iya Ma, lagi banyak yang mesti diurus. Terus banyak tugas juga, jadi pulangnya malem terus karena ngerjainnya bareng sama temen-temen sekalian belajar bareng juga." jelas Viona dengan sedikit gugup. "Dan sepertinya besok-besok Viona juga akan sering pulang malem, karena sekarang lagi sibuk-sibuknya. Sebentar lagi kan tingkat akhir Ma." lanjutnya sambil menyembunyikan kebohongan dengan senyuman
"Oh yaudah, tapi tetap jaga kesehatan ya. Itu yang terpenting." Vina menyunggingkan seulas senyum hangat di bibirnya
"Siap Ma. Viona berangkat dulu ya." pamit Viona lagi sambil salaman lalu mulai pergi. "Maafin Viona Ma, Viona terpaksa harus bohong sama mama." sesalnya dalam hati
"Ma, minta uang dong buat ngeprint tugas-tugas aku." sahut Feby yang baru keluar dari kamarnya
"Emang kamu ga punya simpanan?." Vina menatap lurus Feby
"Ga ada Ma, udah abis. Ayo dong, aku lagi buru-buru nih." pinta Feby lagi
"Yaudah ini sekalian buat jajan kamu 3 hari ke depan. Jangan boros ya, orderan kue mama lagi sepi soalnya." Vina menyodorkan beberapa uang lembar kertas
"Iya. Aku berangkat dulu ya Ma." Feby mengambil uangnya dan langsung pamit pergi
Sunggung dua sifat yang berbeda. Yang satu lemah lembut dan tak banyak meminta. Dan yang satunya lagi susah di atur dan banyak meminta. Tapi bagaimanapun juga, mereka berdua sama-sama anakku. Anak yang ku sayangi. Harta paling berharga yang aku miliki di dunia ini.
"Mama janji, mama akan selalu berusaha untuk membahagiakan kalian berdua." gumam Vina sambil menatap ke ambang pintu
***
Disaat mereka hidup berkemewahan. Kuliah tinggal kuliah. Tanpa perlu memikirkan biaya ataupun hal lainnya. Disaat mereka hidup dengan senang, ingin apapun bisa tercapai dalam waktu singkat. Hanya tinggal mengangkat telapak tangannya pada orang tua. Sementara aku harus kerja keras agar bisa kuliah gratis dengan mengandalkan beasiswa. Untuk sedikit meringankan beban orang tuaku. Terlebih sekarang aku pun harus merasakan pahitnya perjuangan mencari uang sambil menjalankan pendidikanku.
Bukan mengeluh. Hanya saja terkadang aku ingin seperti mereka, yang hidupnya serba berkecukupan tanpa kekurangan sedikitpun. Tapi, aku yakin suatu hari nanti aku pasti bisa seperti mereka. Dengan hasil kerja kerasku sendiri. Aku yakin suatu hari nanti bisa membahagiakan orang-orang yang ku sayangi. Mama, Feby kalian adalah semangatku. Aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian.
"Semangat Viona, ini hari pertama lo kerja." Viona menyemangati dirinya sebelum melangkah memasuki restorannya Dion
"Koq lo udah datang?." tanya Dion yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan gadis itu
"Hari ini kuliah gue libur." jawab Viona acuh
"Oh bagus deh, berarti hari ini kerja lo bisa full." Dion menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
Viona hanya memaksakan seulas senyum di bibirnya. Lalu Dion memanggilkan salah satu pelayan yang bekerja padanya dan menyuruhnya membawakan pakaian ganti untuk gadis itu.
"Ini Pa bajunya." sahut pelayan yang tadi disuruh oleh Dion
"Ini baju kerja lo." Dion langsung memberikannya pada Viona, setelah mengambilnya dari pelayan tadi
Tanpa mengucap sepatah kata pun, Viona langsung mengambil bajunya dengan sikap acuhnya seperti biasa. "Yaudah gue ganti baju dulu." sahutnya sambil mulai beranjak pergi
"Eh tunggu. Setelah ganti baju, lo harus bikinin gue kopi." Dion menghalangi jalan Viona
"Ngapain gue mesti bikin kopi buat lo?." ketus Viona
"Karena setiap pelayan baru disini, di hari pertama kerjanya harus membuatkan kopi untuk bos nya." Dion menatap lurus gadis itu
"Mana ada aturan kaya gitu." Viona menunjukkan wajah tak percaya
"Ya ada lah, restoran-restoran gue ya gimana gue. Semua pelayan disini juga pernah mengalaminya, kalau ga percaya tanya aja sama dia." Dion memicingkan matanya sebelah pada pelayan tadi tanpa disadari oleh Viona
"Emang iya mba?." Viona langsung melirik pelayan yang berada di sebelahnya
"Iya mba, apa yang dikatakan Pa Dion itu benar." pelayan itu mencoba meyakinkan Viona
"Aneh banget, ada peraturan kaya gitu segala." ketus Viona yang langsung beranjak pergi
"Ikuti dia." perintah Dion pada pelayan tadi
"Baik Pa." pelayan itu menuruti dan langsung pergi
***
"Udah selesai ganti bajunya?." tanya pelayan yang tadi saat Viona keluar dari toilet
"Udah. Mba ngapain disini?." Viona menatap lurus pelayan itu
"Kita kan belum kenalan. Gue Dila." pelayan itu mengulurkan tangannya
"Oh, gue Viona." Viona pun mengulurkan tangannya dan berjabatan tangan dengan Dila. "Kirain yang tadi itu emang bahasanya lo." lanjutnya dengan nada bercanda
"Ngga lah, itu karena di depan Pa Dion aja. Jadi gue mesti bersikap sesopan mungkin." jelas Dila dengan santai
"Oh gitu, dia galak ga?." tanya Viona penasaran
"Setau gue sih ngga, justru dia itu orangnya baik banget, malah sikap dia sama semua karyawan disini kaya sama keluarganya sendiri." jelas Dila
"Hah baik? iya sih gue akui emang baik, tapi dikit. Karena lebih banyak ngeselinnya." pikir Viona dalam diamnya
"Kenapa?." Dila membuyarkan lamunannya Viona
"Hah ngga, gue gapapa koq." elak Viona
"Oh yaudah lo bikin kopi sana, tadi kan disuruh sama Pa Dion." sahut Dila
"Hah? kopi ya, tapi gue belum pernah bikin kopi." jelas Viona pelan
"Hah lo ga bisa bikin kopi?." sahut Dila dengan suara cukup keras
"Pelanan dikit, nanti kedengeran sama si Dion lagi." ketus Viona
"Sorry, gue cuma kaget aja. Yaudah kalau gitu biar gue ajarin ya." Dila mengangkat alisnya sebelah
"Kenapa ga lo aja yang bikinin kopinya." Viona mengangkat kedua alisnya
"Hah?."
"Ayolah, please bantuin gue." bujuk Viona
Akhirnya Viona pun berhasil membujuk Dila. Setelah kopinya selesai dibuat, ia langsung mengantarkannya ke ruangan Dion yang berada di lantai atas. Perlahan ia mulai mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk." terdengar suara orang di dalam
Viona pun langsung membuka pintunya dan melihat Dion tengah duduk sambil memainkan ponsel di kursi kerjanya.
"Ini kopinya." Viona langsung menyimpan secangkir kopi yang dibawanya di atas meja
"Ini asli kan bikinan lo?." Dion mengangkat wajahnya dan menatap lurus Viona
"Menurut lo?." sinis Viona
"Ya siapa tau aja lo nyuruh orang lain untuk bikin kopinya." sahut Dion santai
"Sial, koq dia bisa tau sih kalau yang bikin kopi itu bukan gue." gerutu Viona di dalam hatinya
"Gue cuma bercanda kali." sahut Dion lalu mulai meminum kopinya. "Kopi buatan lo enak, bikinin buat gue tiap hari ya." lanjutnya sambil tersenyum menatap Viona
"Hah tiap hari? ogah banget." tolak Viona dengan ketus
"Inget baik-baik ya gue itu bos lo. Jadi lo jangan ngebantah." Dion langsung berdiri dan mendekati Viona
"Dasar bos songong." gerutu Viona pelan
"Lo bilang apa?." Dion menatap lurus Viona
"Ga, gue ga bilang apa-apa." elak Viona
"Gue bukannya songong, tapi gue lagi ngelatih lo biar gampang diatur." Dion mendekatkan wajahnya pada Viona
"Apaan sih lo." ketus Viona yang langsung pergi
"Viona, Viona." gumam Dion sambil tersenyum simpul
"Nyebelin banget sih itu orang, untung bos gue, kalau ngga." gerutu Viona untuk kesekian kalinya sambil menunggu pesanan yang akan diantar di dapur restoran
"Kalau ngga apa?." tanya Dion yang tiba-tiba sudah berada di sebelah Viona
"Lo." kesal Viona saat melihat lelaki itu. "Ngapain lo disini? pake baju chef segala lagi." lanjutnya dengan ketus
"Bukan urusan lo." ketus Dion balik
"Ditanya baik-baik juga." kesal Viona
"Ga enak kan digituin?." Dion mengangkat alisnya sebelah, lalu tersenyum kecil
Viona langsung menatap Dion dengan sinis, tapi lelaki itu malah menanggapi dengan santai.
"Gue kesini mau kerja, karena selain pemilik restoran, gue juga jadi chefnya." jelas Dion
"Kekurangan karyawan ya lo sampai jadi chef di restoran lo sendiri." ledek Viona
"Terserah lo deh." sahut Dion yang langsung pergi menghampiri chef lainnya yang tengah memasak
Viona langsung menunjukkan wajah kesalnya sambil terus menunggu masakan yang matang.
"Pa Dion itu bukannya pelayan baru ya, siapa tadi namanya." sahut salah satu chef yang bersama Dion
"Viona." Dion menyebutnya dengan lembut. "Emang dia belum kenalan sama kalian?."
"Belum." jawab chef yang lainnya
Dion menghela nafas sejenak, lalu membalikkan badannya. "Viona." panggilnya santai
"Kenapa?." Viona menatap lurus Dion
"Kenalan dulu sama para chef disini." suruh Dion lembut
"Oh." sahut Viona datar. "Kenalin saya Viona." lanjutnya sambil tersenyum ramah pada ketiga chef yang berada bersama Dion
"Saya chef Andi, senior disini."
"Saya chef Roy, senior kedua."
"Dan saya chef Maya, satu-satunya chef perempuan disini."
"Senang berkenalan dengan kalian." Viona membalas senyuman ramah ketiga chef itu
"Kalau sama saya?." Dion menatap lurus Viona
Viona hanya menatap sinis, lalu melangkah mendekati chef Maya yang memanggilnya.
"Viona tolong antarkan makanan ini ya." suruh chef Maya dengan lembut
"Baik chef." Viona langsung bersiap untuk membawa makanannya
"Hati-hati ya, jangan sampai jatuh." sahut Dion sambil menatap ke arah Viona
"Tenang aja, karena saya bukan orang yang ceroboh." Viona tersenyum menahan kesal lalu langsung pergi
Sikapnya yang seperti itu membuatku semakin penasaran dan ingin selalu di dekatnya. Dia memang berbeda dari gadis lainnya. Dia sungguh hebat, karena bisa mencuri hatiku dalam waktu sesingkat ini.
***
"Dil, please ya bikinin lagi kopi buat si Dion. Sekarang juga mesti gue anterin ke ruangannya." bujuk Viona untuk kesekian kalinya
"Gue tau Viona, tapi sekarang gue ga bisa. Gue mesti nemenin chef Maya belanja, karena bahan-bahan masakan udah pada abis." Dila mencoba membuat Viona mengerti
"Ya tapi sebentar aja Dil, setelah itu lo boleh pergi." bujuk Viona lagi
"Jangan di dengerin Dil, kamu pergi aja. Chef Maya udah nungguin kamu di parkiran." sahut Dion yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu dapur
"Nih cowo koq hobby banget sih tiba-tiba muncul dihadapan gue." gerutu Viona dalam hatinya
"Baik Pa, sorry ya Viona gue pergi dulu." pamit Dila
"Eh tapi Dila." Viona berusaha menahan Dila, namun gadis itu sudah terlanjur pergi
"Kenapa lo nahan-nahan Dila buat pergi?." Dion menatap lurus Viona
"Koq dia nanya gitu? berarti dia ga denger pembicaraan awal gue sama Dila, syukurlah." pikir Viona yang merasa lega
"Lo mau nyuruh dia bikinin kopi buat gue ya?."
Pertanyaan itu seketika membuat Viona gelagapan. "Bikinin kopi buat lo? ya ngga lah, orang selama ini kan gue langsung yang bikinin kopi buat lo." sahutnya yang terlihat gugup
"Ga usah bohong, dari awal juga gue udah tau koq kalau yang bikinin kopi buat gue itu bukan lo. Tapi Dila." Dion menatap lurus Viona
"Tau darimana lo? pasti Dila ya yang ngadu sama lo." Viona terlihat kesal
"Gue ngeliat sendiri, saat hari pertama lo kerja, lo nyuruh Dila untuk ngebikinin kopi buat gue kan?." jelas Dion dengan santai
"Oh jadi lo suka ngepoin gue? sampai nyari tau hal itu segala." ketus Viona
"Kalau iya kenapa?." Dion mendekatkan wajahnya pada gadis itu. "Lagian kalau emang lo ga bisa bikin kopi, kenapa ga lo bilang aja sih dari awal."
"Nah lo sendiri, udah tau gue ga bisa bikin kopi, kenapa lo malah nyuruh gue ngebikinin kopi buat lo setiap hari?." Viona menatap Dion dengan sinis
"Itu semua karena aku pengen ngeliat kamu berada di ruangan aku setiap hari, Viona. Biar kita bisa semakin dekat." gumam Dion dalam hatinya sambil terus menatap Viona
"Ngapain sih lo ngeliatin gue kaya gitu." ketus Viona sambil mendorong Dion dari hadapannya
"Sekarang gini aja deh, karena lo ga bisa bikin kopi, jadi gue bakal ngajarin lo." Dion menatap lurus Viona
"Kalau gue ga mau gimana?."
"Ya lo harus mau. Gue kan bos lo, jadi lo harus nurut sama gue."
"Arghh lo itu ya. Lagian kalau lo bisa bikin kopi sendiri, kenapa harus nyuruh ke gue?."
"Udah pokoknya lo ga usah banyak nanya, ini bahan-bahannya, lo buat kopinya sekarang."
Dengan terpaksa akhirnya Viona pun menuruti perintah Dion. Ia memasukkan bahan-bahan yang ada ke dalam gelas, dan langsung memberikannya pada Dion setelah kopinya jadi.
"Lo dulu yang minum." suruh Dion sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada
"Loh koq gue sih?." Viona mengerutkan kening heran
"Udah minum aja." suruh Dion lagi
Seketika Viona langsung menyemburkan kopi yang telah diminumnya. "Koq asin sih." sahutnya yang merasa aneh
"Iyalah asin, orang yang lo masukin itu garam." Dion tersenyum kecil menatap Viona
"Hah garam? lo ngerjain gue ya?." Viona terlihat sangat kesal
"Ya kirain gue, lo bisa ngebedain mana garam mana gula." sahut Dion santai
"Arghh lo tuh ya." Viona nyaris memukul Dion, tapi langsung menurunkan tangannya kembali
"Lo jadi cewe galak banget sih, ga bisa lembut dikit apa." sindir Dion
Viona hampir meluapkan kekesalannya lagi, tapi ia langsung mengendalikan dirinya untuk tetap terlihat tenang. "Sabar Viona sabar, lo mesti sabar ngadepin bos kaya dia. Meskipun ini berat, tapi lo pasti bisa." sahutnya sambil terus mengelus dada
"Segitu tersiksanya yah lo punya bos kaya gue." tanya Dion dengan wajah datar
"Emang." jawab Viona dengan suara tinggi. "Udah ah gue mau balik kerja, ga usah nyuruh gue yang aneh-aneh lagi." sinisnya dan langsung pergi
Seganas-ganasnya harimau, pasti mempunyai titik kelemahannya. Dan sesinis-sinisnya sikap kamu, pasti mempunyai titik kelembutannya. Hanya tinggal menunggu waktunya saja.
"Viona, Viona." gumam Dion sambil terus tersenyum