Part 33 Maaf
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Part 33 Maaf
By: penguasa dompet gue
Curhatku ke Tessa langsung diputus secara sepihak oleh dia. Aku hafal, kalau sudah seperti ini, menandakan Tessa lagi bete. Aku cuma melihat nomor di kontak bernama Amel, tapi engga berani menelpon. Tessa memang ada benarnya, aku pun tau seberapa specialnya dia bagi sahabat aku itu.
“Apa aku tolak aja kali ya?”
Tapi kan Amel sudah menikah, sudah punya kehidupan dia sendiri.
Tapi dia kan mantan kesayangan Amel. Aku engga bisa membayangkan betapa kagetnya Amel kalau aku jadian sama mantannya.
“Hey, sini deh, aku mau cerita hehe”
“Tessa! Sini bentar, ada yang lagi seneng!” chat aku ke Tessa
“Tunggu, aku masih ada perlu sebentar. Nanti aku bawain jajan sekalian deh. Sebentar! Tahan pokoknya!” jawab Tessa
Amel masih senyum-senyum sendiri. Aku sudah engga sabar pengen tau kenapa, ada apa, tapi Tessanya lama. Huft!
“Ada apa, Sayang?” Tessa sedikit berlari tergopoh-gopoh datangin kelasku dan Amel.
“Nih, daritadi senyum sendiri” aku menunjuk Amel
“Hehe”
“Kenapa, Mel? Diajak Mamahnya ke salon lagi?”
“Bukan. Coba tebak, kalau bisa jawab, nanti aku traktir Pizza Hut!”
“Mmm.. mau diajak liburan?”
“Tetot! Salah, Tes hahaha”
“Dikasih kejutan?”
“Tetot! Eh, tapi hampir benar, Ima!”
“Apasih, ah! Nyerah, nyerah!”
“Yakin nyerah? Engga doyan pizza?”
“Ah, gatau ah, nyerah pokoknya!”
“Yakin ya?”
“Iyaaaa”
“Dia... mau... melamar... aku! Hehe”
“What??”
“Secepet itu? Lulus aja belum! Masih ada 1 tahun lagi, Mel!”
“Iya, dia bilang, nanti setelah lulus sekolah hehe”
“Yakin??”
“Yakin, tapi aku pengen dia lulus kuliah dulu. Anak itu, kalau engga dikasih syarat, suka ngaco!”
Aku memeluk bantal sambil melihat foto dia yang aku ambil secara candid. Kalau dia lagi cuek kamera gini, lucu juga, tapi ngeselinnya Naudzubillah!
“Apa memang mesti aku tolak aja kali ya?”
Tessa benar, sebelum semua malah makin berjalan terlalu jauh, aku harus memilih, Amel atau dia. Aku engga mau dianggap menusuk teman sendiri. Walaupun Amel sudah punya orang lain, tapi aku tau bagaimana dia buat Amel. Aku cuma takut Amel kecewa.
“Mbak, kamu dulu dari SMA *ini*?”
“Iya, Dek, tau darimana?”
“Ini punyamu bukan, Mbak?” Dandy ngasih baju olahraga aku yang sudah kotor kena oli.
“Loh! Kok bisa di kamu, Dek?”
“Rizky yang kasih, Mbak. Aku tadi minta kain gombal yang ga dipakai, buat ngelap oli yang netes”
“Tapi ya jangan baju aku! Itu anak gimana sih!”
“Mbak Ima?”
“Iya, Dek?”
“Aku punya kakak, sekolah disana juga”
“Oh ya? Angkatan berapa?”
“Dua ribu sekian”
“Loh? Satu angkatan dong? Siapa namanya?”
“Nanti kapan-kapan aku ajak main kesini aja, boleh?”
“Boleh kok, ajak aja gapapa, kali aja aku sama kakak kamu saling kenal”
“Kayanya dia kenal kamu deh, Mbak. Ah, pasti kenal”
"Siapa sih? Jangan buat orang penasaran!"
"Minggu depan ya? Kalau dia pulang, aku ajak main kesini. Dia lagi di luar kota soalnya"
"Boleh"
Aku malah berpikirnya dia itu Dimas. Karena minggu lalu, Dimas sempat bilang kalau ada kerjaan di Jakarta selama dua minggu. Pas banget, Dimas juga pulangnya minggu depan. Apa jangan-jangan dia adiknya Dimas? Ih, mirip banget sih soalnya.
Aku pun beranjak dari tempat tidur, mengambil wudhu untuk meminta petunjuk Allah. Selama beberapa menit, aku melakukan sholat Istiqarah, berdoa juga, kalau memang dia adalah yang Engkau pilih, maka tunjukanlah. Tapi kalau memang nantinya tidak berjalan baik, biarkan perasaan ini meluap dengan sendirinya. Jangan buat ini berjalan semakin jauh. Bagaimanapun Amel adalah sahabatku, orang yang menemani aku dari awal kita bertemu di kelas.
Aku cuma ragu aja, takut kalau dia sekedar main-main. Soalnya aku bingung, aku berdiri di pihak yang engga jelas ikut yang mana. Tessa setiap cerita tentang dia, cerita jeleknya. Amel setiap cerita, cerita baiknya. Aku percaya yang mana kalau dua-duanya benar?
“Kita pacaran syariah aja”
“Mana ada!”
“Emang ga ada ya?”
“Engga ada lah!”
“Kalau gitu, kita jadi yang pertama!”
Sambil memeluk guling, aku tersenyum. Mel, aku tau sekarang kenapa dia berarti buat kamu. Dia itu suka seenak sendiri ya? Tapi, kamu juga senyum-senyum sendiri kan sama tingkah dia dulu? Maaf, Mel, kalau nanti aku dapat petunjuk, bolehkan aku sayang sama dia?
“Mel, sudah bangun?”
“Hai, Sayang, barusan subuhan. Ada apa? Tumben pagi banget”
“Aku mau cerita, tapi kamu jangan marah”
“Kenapa harus marah toh? Sini cerita, aku siap dengerin, Sayang”
“Mel”
“Iya, kenapa, Ima? Ada apa?”
“Aku lagi engga bisa tidur”
“Loh? Kenapa? Gara-gara kopi ya? Kan aku sudah bilang, jangan minum kopi, Sayang, kamu engga biasa”
“Bukan, Mel, tapi...”
“Iya? Tapi kenapa?”
“Amel, maafin aku”
“Kenapa toh?”
“Kalau aku suka sama dia, gimana?”
“.....”
Tiba-tiba aku takut. Seandainya Amel tidak terima, dia pasti bakal kecewa. Aku juga bakal kehilangan dia. Aku memang masih punya Tessa, tapi dia bukanlah orang yang netral kalau menyangkut ke cowo itu. Aku juga engga berani bilang ke Amel kalau dari beberapa minggu yang lalu, diajak jalan sama dia.
“Oh”
“Maaf, Mel”
“Kamu suka dia? Sejak kapan?”
“Sejak... engga tau, tiba-tiba suka senyum aja kalau dia muncul”
“Kok bisa? Kapan kalian ketemu lagi?”
“Desember kemarin”
“Cepet banget ya? Cuma 2 bulan loh”
“Mel, maaf”
“Hei, Sayang. Aku engga marah kok”
“Tapi dongkol”
“Sedikit, hehe”
“Yaudah mending engga, Mel”
“Loh? Kenapa gitu haha. Aku sudah punya suami, Ima. Masa iya aku melarang kamu buat suka sama dia? Aku sudah ga berurusan sama dia. Dianya aja marah kan sama aku, sampai aku dicuekin begini”
“Tapi nanti kamu anggap aku nusuk teman sendiri”
“Mana pernah sih aku jelekin kamu, Sayang? Sudah cerita Tessa? Kalau sudah, pasti dia engga setuju, ya kan?”
“Iya”
“Aku sih terserah kamu, kamu yang jalanin kan? Dia cuma orang di masa lalu aku, Ima, sudah ga mungkin aku sama dia buat bersama, kaya dulu lagi”
“Tapi, Mel, aku masih ragu”
“Jangan pernah ragu, kamu sayang kan sama dia?”
“Gapapa?”
“Ya gapapa, Sayang”
"Engga marah?"
"Sedikit"
"Tuhkan!"
"Hahaha bercanda, Ima. Aku engga marah kok. Beneran"
"Ga bohong?"
"Engga, Sayang, ya ampuuunn"
“Makasih ya, Mel”
“Sama-sama, Sayang. Tapi ingat, jangan bikin dia sedih. Awas ya! Nanti kamu berhadapannya sama aku loh hahaha!”
Sedikitnya, aku lega kalau Amel kasih ijin. Aku bisa lanjut tidur nyenyak, walaupun cuma sebentar. Papah mengajarkan untuk engga tidur setelah sholat subuh, tapi hari ini perkecualian. Mikirin dia, membuat aku engga bisa tidur semalaman.
Setelah sholat, engga tau juga kenapa bisa langsung kebawa mimpi. Dia muncul sekelebatan begitu aja. Akunya langsung bangun. Aku kaget hehe~
Padahal dulu, waktu memilih sekolah saja aku perlu satu bulan untuk mendapatkan jawabannya. Kenapa waktu meminta petunjuk sama dia, cuma hitungan menit?
“Jangan saling bersentuhan. Jangan gandengan. Saling ngingetin pas waktu sholat. Siapa yg telat bangun subuh harus bayar denda”
"Denda? Buat apa denda nya?"
"Nonton hehehe”
Itu anak memang yang paling bisa (ngaconya). Ngingetin sholat ya? Dia sudah sholat belum ya? Dia kan pernah bilang kalau liburan suka bangun siang.
"Halo?”
"Bangun, kamu ga subuhan?"
"Siapa ini?"
Kok malah siapa ini sih!
"Ish, bangun! Kamu ga subuhan?"
"Eh, Ima ya? Iya aku bangun, aku bangun"
"Sana sholat!"
"Iya iya"
"Jangan tidur! Ayo sholat dulu ntar lanjut lagi gapapa"
"Iya"
Hei, kamu! Kamu sadar ga kenapa aku telpon untuk bangunin kamu sholat subuh? Aku terima kamu loh, buat jadi pacar aku~
Catetan TS: gue mah gitu orang nya. Aye.. aye..