Dua Puluh Not a Dreaming Marriage (Completed)
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Dua Puluh Not a Dreaming Marriage (Completed)
Part ini mayan panjang. 2744 kata. Vote dulu dong. Sebagai teman menanti buka. 😉 2
***
Tahun lalu, KelasSeru Festival berlangsung meriah. Semua stasiun televisi nasional bahkan menyiarkannya secara live.
Kala itu, orang-orang ramai mengomentari karena KelasSeru berani membeli jam tayang di waktu utama selama dua jam untuk semua stasiun televisi. Kebayang berapa dana yang dikeluarkan. Yang jelas, jumlahnya pasti besar sekali.
Kontras dengan tahun lalu, tahun ini justru sebaliknya. Tidak ada satu pun stasiun televisi yang mau menyiarkannya. Semua kompak menolak karena ada pihak lain yang berani membayar dengan harga yang jauh lebih tinggi. 1
Tapi, dari sini KelasSeru justru belajar banyak hal.
Ibarat bintang yang diselimuti mendung, dia akan selalu dinantikan kerlipannya oleh siapa pun yang mengaguminya. Karena tiap kerlipan itu menumbuhkan cinta di hati mereka. Meski tidak terlihat malam ini, esok, atau bahkan esoknya lagi, percayalah kehadirannya akan selalu ditunggu oleh para pengagumnya.
Sama seperti KelasSeru. Karena ketulusannya, bintangnya akan tetap bersinar di hati para penggunanya. 2
Bimbel online itu boleh merasa di atas angin malam ini. Mungkin mereka berpikir, berjuta-juta pasang mata akan menyaksikan acara televisi saat ini. Padahal andai dilakukan survei, para generasi Z—yang merupakan pangsa pasar—mungkin akan lebih memilih mengakses internet yang pilihannya jauh lebih beragam ketimbang menonton acara televisi yang cenderung monoton dan tidak mendidik. 8
Maka, menyiapkan konten-konten yang berpotensi viral dengan melibatkan influencers adalah pilihan yang tepat. Apalagi rata-rata influencers ini adalah teman baik kami. Cara mereka memengaruhi followers pasti tidak sama dengan yang dilakukan buzzer-buzzer politik itu. Kupikir, mungkin akan cenderung halus, berjalan natural dan sudah pasti tulus.
Setengah jam duduk di kursi VVIP, KelasSeru Festival tahun ini layak dibicarakan banyak orang. Format acara yang dikemas memang ada unsur entertainment untuk menarik penonton agar mereka mau mengikuti hingga akhir. Namun, acaranya tetap mendidik dan menginspirasi.
Mulai artis-artis yang mengisi hingga anak-anak yang diundang di KelasSeru Festival benar-benar membuatku bangga pada mereka. Mereka semua berprestasi sesuai dengan bidang masing-masing. Bahkan, artis-artis muda itu meski terjun di dunia tarik suara, mereka juga tetap menomorsatukan pendidikan. Malah, ada yang sampai mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. 4
“Kita lihat Haidar. Dia nggak seperti anak-anak lainnya yang masih punya banyak waktu untuk bermain. Sepulang sekolah, dia harus bekerja di sebuah warteg. Tapi, bersama KelasSeru, dia jadi punya tempat belajar yang menyenangkan yang bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Bahkan, dia merasa seperti menemukan “tempat bermain” yang seru. Berkat hobinya yang senang bereksperimen dia berhasil menciptakan gel anti nyamuk dari limbah sayuran.”
Arion kini berbicara di tengah panggung setelah anak-anak mengagumkan itu tampil di depan, menunjukkan hasil temuannya.
“Lihat juga Arifin. Saat SD dulu, dia harus tinggal kelas selama dua tahun karena belum bisa membaca. Tapi, lihatlah ketika dia remaja. Dia berhasil menemukan listrik dari pohon kedondong di rumahnya.” 1
Bukan hanya Haidar, aku pun terpukau dengan sosok Arifin, remaja empat belas tahun yang berhasil menemukan sumber listrik dari pohon kedondong yang tumbuh di pekarangan rumah sederhananya. Sama dengan Haidar, Arifin pun tumbuh dari keluarga yang tidak mampu. Mereka berdua juga sama-sama mendapat beasiswa dari KelasSeru. 1
“KelasSeru adalah mimpi saya sejak lama. Delapan belas tahun lalu, ada seorang gadis kecil yang selalu diejek teman-temannya karena dia belum bisa membaca, belum pintar penjumlahan apalagi pengurangan.” Aku tertegun. 7
Gadis kecil?
Kenapa aku seperti merasa de Javu ketika membayangkan ada gadis berusia delapan tahun yang diejek teman-teman sekelasnya? Bahkan, kala itu, mereka sampai menyanyikan lagu khusus untukku.
“Lovita bodoh ... Lovita bodoh ... Lovita bodoh ....” 1
Mereka bernyanyi dengan berjalan mengelilingiku. Terus bernyanyi dan tak henti mengitariku.
Apakah aku menangis saat itu?
Volume otakku mungkin lebih kecil ketimbang mereka. Namun, aku bukan gadis cengeng yang akan menangis ketika orang mem-bully-ku. 1
Dengan mengepalkan kedua telapak, aku menatap tajam ke arah mereka. Aku yakin, mungkin kedua mataku memerah karena menahan amarah. “Kenapa kalian selalu nyebut aku bodoh?” hardikku setelah hilang kesabaranku.
Mereka sontak berhenti memutariku. “Ya, emang kamu bodoh, kan? Coba jawab! Enam puluh satu tambah lima puluh tiga berapa? Pasti kamu nggak tahu jawabannya,” ujar anak paling tinggi sendiri melipat kedua tangannya di depan dada. Melihat bagaimana ekspresinya saat itu, aku yakin, dia sepertinya senang menonton sinetron, mengikuti mamanya. 5
“Kata Mamaku, kamu emang bodoh. Yang lain udah bisa baca, kamu belum bisa sendiri. Harusnya kamu nggak naik kelas.” Anak lain yang berambut keriting pun ikut menimpali. 5
Ya, aku bahkan tak sengaja mendengar ketika melewati depan rumahnya. Mamanya itu pernah membicarakanku dengan tetangga lain karena aku belum bisa membaca sendiri. Bahkan, dia bilang kalau Mamaku sampai memohon pada pihak sekolah agar aku tetap naik kelas. 2
“Tapi, nggak seharusnya ....” Suaraku mulai terdengar parau saat itu. Sekuat-kuatnya aku, Lovita tetaplah Lovita! Apalagi mereka kembali menyanyikan lagu itu untukku.
Lovita bodoh ... Lovita bodoh ....
Nyanyian itu terekam kuat dalam memoriku. Tersimpan rapat di bagian terkecil sel saraf otakku. Hingga sebutan itu selalu melekat sampai aku dewasa. 2
Lo-vi-ta yang bo-doh.
Tiba-tiba saja, sebulir air mata jatuh mengenai pipiku. Menyadarkanku di mana aku sekarang.
Tapi, laki-laki di tengah panggung itu masih saja bercerita tentang si gadis kecil yang pernah dikenalnya, delapan belas tahun lalu.
Semakin dia berkisah tentang gadis kecil itu, mengapa aku semakin merasa itu ... aku? 2
Mungkinkah?
Aku tiba-tiba terenyak.
Tidak!
Arion tidak pernah ada dalam bagian ceritaku saat aku diejek teman-temanku dulu. Dia tidak sekali pun ada di sana. Dia bukan teman di masa kecil yang menjadi pahlawanku. Ketika aku hampir menangis, saat itu hanya ada sosok lain yang menjadi penyelamatku.
“Heh, beraninya cuman ngejekin orang. Coba enam puluh satu tambah lima puluh tiga tambah tujuh puluh dua tambah tiga puluh tiga tambah dua puluh tujuh berapa? Jawab sedetik, kalau nggak bisa berarti kamu nggak berhak ngatain bodoh ke temen lain.” 2
Ya, dia yang jadi penyelamatku. Anak perempuan yang diam-diam kukagumi karena keberaniannya. 1
Agni Arundati. 3
Sejak saat itu, Agni selalu mengajakku bermain bersama ketika waktu istirahat tiba. Dari sanalah, aku jadi akrab dengan Davina yang merupakan teman dekat Agni. Kami pun semakin dekat ketika bersekolah di sekolah yang sama saat SMP hingga SMA. Persahabatan kami tetap terjalin baik, meskipun kuliah di kampus berbeda. Bahkan, masih awet sampai sekarang. 1
Lalu, di mana Arion saat itu?
Mengapa dia banyak tahu tentang potongan-potongan hidupku? 5
“Mereka nggak tahu kalau yang mereka ejek itu punya hati yang tulus. Dia memiliki sejuta cinta untuk orang-orang terdekatnya. Bahkan, pada binatang sekali pun.” 1
Dia tahu aku yang tak segan membantu seorang nenek yang hendak menyeberang jalan.
Dia tahu aku yang sering menyingkirkan paku, duri atau apa pun yang bisa menyebabkan luka jika seseorang tak sengaja menginjaknya.
Bahkan, dia tahu aku pernah nekat masuk ke selokan demi menyelamatkan anak-anak kucing yang dibuang oleh orang yang tidak punya hati. 2
“Setiap anak itu terlahir unik. Mereka punya keunikan masing-masing yang nggak bisa disamakan dengan anak-anak lain. Seperti kata Einstein, everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid.” 4
Sekarang aku mengerti mengapa dia memilih memberiku kesempatan belajar memasak, meski tanganku terluka. Bahkan, biarpun aku harus gagal berkali-kali.
Jika di dalam novel, laki-laki yang mencintai wanitanya mungkin akan bertindak posesif sampai melarang istrinya ke dapur karena tidak ingin terluka. Arion justru sebaliknya. Dia memilih memberi kesempatan kepadaku karena yakin aku bisa melaluinya.
Ketika mereka selalu melihatku seperti seekor ikan yang payah dalam memanjat sebuah pohon. Tapi, Arion justru memandangku seperti seekor ikan yang punya kemampuan berenang di sebuah kolam atau bahkan di tengah lautan sekalipun. Lagi-lagi hatiku mencelus setelah menyadari betapa besar yang telah dia lakukan untukku. 3
Dia tidak pernah memberiku sebuket bunga. Dia juga tidak pernah mengajakku dinner di tempat romantis. Tapi, dia punya cara sendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya padaku.
“Kisah gadis kecil ini melahirkan mimpi baru yang muncul di pikiran saya waktu itu. Kelak suatu hari nanti, saya ingin membuka tempat belajar yang ramah untuk anak-anak. Tempat belajar yang akan memahami kemampuan masing-masing anak tanpa membedakan satu sama lain. Tempat belajar yang menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Sebuah tempat belajar yang menyenangkan, yang seru dan tanpa ada tekanan.” 4
Aku kembali terpaku.
Jika gadis kecil yang dia maksud itu adalah aku, apa itu berarti ... KelasSeru lahir karena terinspirasi oleh ... aku? 5
Aku seketika terbeliak saat menyadari kemungkinan ini.
“Bertahun-tahun kemudian, mimpi itu benar-benar terwujud. Sebuah aplikasi belajar online yang bisa diakses oleh siapa pun tanpa melihat latar belakang, dan di mana pun mereka berada. Ada banyak pilihan belajar di KelasSeru. Mereka bisa memilih sesuai yang diminati. Sesuai keinginan mereka.
Melalui KelasSeru, kami ingin menunjukkan bahwa semua anak itu pintar. Pintar nggak melulu harus pandai di bidang akademik. Nggak harus pandai Matematika. Tapi, mereka pintar sesuai potensi mereka masing-masing. Karena sejatinya, mereka semua adalah bintang. Bintang yang bersinar di titiknya masing-masing.” 1
Tepuk tangan ribuan penonton tiba-tiba menggema di penjuru hall ini. Suaranya terdengar riuh. Ada tatapan haru dari berpasang-pasang mata yang hadir di KelasSeru Festival ini.
Mataku mulai berkaca-kaca. Buliran air hangat ini tiba-tiba jatuh mengenai pipiku. Aku mengusapnya pelan seraya menatap kagum pada laki-laki yang berdiri di tengah panggung itu.
Aku tergugu.
Dia memang benar-benar mengagumkan.
Bahkan, kata mengagumkan saja tidak cukup untuk menggambarkan pribadinya.
Jika aku seorang pengarang, aku sejak awal telah salah memandangnya. Seharusnya aku melakukan riset terlebih dulu sebelum menulis kisahnya. Bukan malah cepat-cepat membuat prolog-nya sampai semua pembaca mengira bahwa kisah rumah tanggaku akan diwarnai dengan hadirnya perempuan di masa lalu. Pembaca mungkin sudah membayangkan kisahku yang akan tersakiti hingga berdarah-darah karena laki-laki yang susah move on. 7
Ah, itu terlalu mainstream.
Kenyataannya otakku memang se-mainstream itu sampai membuat pembaca salah paham dengan Arion.
Konflik yang kubangun sesungguhnya bermula dari surat cinta itu. Entah bagaimana ceritanya, sekarang aku tahu satu hal; itu semua hanyalah kesalahpahaman. Titik, tidak pakai koma, apalagi tanda tanya. 12
“Wow, penjelasan Kak Arion tadi keren banget! Aku jadi tahu kenapa KelasSeru jadi aplikasi belajar online nomor satu yang banyak dipilih para pelajar di Indonesia.” MC yang mengisi KelasSeru Festival langsung menimpali ketika sudah berada di sebelah kanan Arion.
“Sekarang KelasSeru udah di-download lebih dari sepuluh juta pengguna lho,” sahut MC laki-laki yang berdiri di sebelah kiri Arion.
“Oh, ya? Wooooow, it's really amazing. Dalam empat tahun, KelasSeru udah di-download lebih dari sepuluh juta pengguna,” kata MC perempuan itu seraya berdecak kagum. Dia tampak beralih memandang Arion. “By the way, aku tuh penasaran sama gadis kecil yang diceritakan Kak Arion tadi. Boleh tahu nggak, sih, si gadis kecil ini siapa? Kalau itu kejadian delapan belas tahun lalu, berarti sekarang dia udah gede dong, Kak.” 2
Aku hanya tersenyum geli ketika melihat Arion mendadak salah tingkah.
“Para penonton di sini pasti semua pada penasaran sama si gadis kecil itu, kan? Kalian pada penasaran, nggak?” Dia menyodorkan mikropon ke arah penonton. Dan suara koor mereka kompak mengiyakan rasa penasaran pembawa acara itu.
“Masa nggak tahu, dia siapa?” balas MC laki-laki.
“Siapa coba?” Sejurus kemudian, MC perempuan itu—aku yakin hanya pura-pura—tercengang. “Kak Lovita?!”
Dia kembali menoleh ke arah Arion. “Jadi, beneran Kak Lovita?”
Arion yang ditanya hanya tersenyum kikuk. Dia tampak mengusap pelan tengkuknya beberapa kali. Terlihat jelas dia sedang berusaha menutupi kegugupannya. Lalu, tak lama kemudian, dia melirik ke arahku. 4
“Aw aw aw, nggak dijawab, malah lirik yang duduk di sana. Yang dapet lirikan siapa, kenapa hati aku yang rontok, sih?” 16
Sorakan penonton mulai menggema. Aku jadi sedikit salah tingkah ketika lampu panggung menyorot ke arahku, diiringi dengan kamera yang juga diarahkan kepadaku. Mau tak mau, aku tertawa pelan ketika wajahku muncul di layar besar.
“Mereka kan tetanggaan, Gyn. Dulu juga satu sekolah terus.”
MC bernama Gyna itu ternganga. “Kenapa kamu malah tahu banyak, sih? Jangan-jangan selain jadi host, kamu nyambi jadi paparazi?”
Kedua pembawa acara itu malah berubah menjadi presenter gosip. Sementara yang dibicarakan tampaknya sudah semakin kikuk karena dia lagi-lagi mengusap tengkuknya. Apalagi sorakan penonton kembali bergemuruh.
Aku hanya tersenyum kecil. Baru kutahu, seorang Arion yang selalu terlihat begitu percaya diri, nyatanya dia mendadak gugup ketika dihadapkan pada situasi seperti ini saat di depan panggung, disaksikan oleh ribuan penonton. 2
Bayangan seseorang yang berdiri di sisi kanan bangku tribun memaksaku menoleh ke arahnya. Aku tahu sejak tadi, perempuan yang mengenakan kaus warna hitam lengan pendek dengan logo KelasSeru itu berdiri di sana. Namun, sekarang dia memilih berjalan menuju pintu keluar. 4
Aku tersenyum tipis. Dulu, kupikir dia akan menjadi duri dalam rumah tanggaku. Tapi, nyatanya tidak ada dia dalam cerita romansa kami. Kupikir, dia hanyalah orang lain yang mencoba masuk, namun selalu terhalang pagar kawat berduri yang dialiri listrik. 2
Tolong, jangan tertawaan aku jika sedang membuat perumpamaan bila menyangkut tentangnya.
Aku spontan berdiri ketika KelasSeru Festival hampir berakhir. Sebuah lagu lama berjudul Brave dari Sara Bareilles dinyanyikan ulang oleh para penyanyi muda berbakat yang mengisi KelasSeru Festival. Langkahku berjalan mendekati pagar pembatas ketika mereka sampai di bagian chorus.
Say what you wanna say And let the words fall out Honestly I wanna see you be brave With what you want to say And let the words fall out Honestly I wanna see you be brave
Entah mengapa lagu itu seperti ditujukan untukku.
Ah, aku tahu. Di luar sana banyak anak-anak yang mungkin bernasib sama sepertiku. Ketika orang-orang hanya memandang kepintaran dari satu sisi saja tanpa melihat bagian-bagian yang lain. Sampai membuat si anak itu hilang rasa percaya dirinya karena merasa bodoh.
Padahal setiap anak itu unik. Bahkan, pada anak yang terlahir spesial pun. Mereka hebat dengan pilihan mereka masing-masing. 2
“Rasanya sulit dipercaya kalau Yoyon itu udah naksir Vita Jelly dari jaman masih orok.” 8
Seseorang sudah berdiri tak jauh dari sisi kananku. Dia fokus menatap ke depan panggung. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jins.
Setelah meliriknya beberapa saat aku memilih tidak mengacuhkannya, lalu kembali memandang lurus ke stage.
“Habis ini kayaknya Yoyon kudu jadi sponsor trip-ku ke kepulauan Galapagos.” 1
Aku spontan menoleh menatapnya tak percaya. “Apa?!”
“Asal kamu tahu, gara-gara ini aku harus menunda jadwal trip-ku ke Raja Ampat.” 2
“Kenapa kedengerennya nggak ikhlas banget,” desisku kesal.
Dia mengedikkan bahu, lalu terkekeh. Aku hampir terlonjak ketika seseorang tiba-tiba merangkul bahuku. “Agni?! Ngagetin aku aja?” semprotku menatap kesal sahabatku ini.
Dia hanya nyengir menanggapi kekesalanku. Sejurus kemudian, dia menowel daguku seraya menatap jenaka. “Eciyeh eciyeh ... yang jadi inspirasi lahirnya KelasSeru.” 3
“Apaan, sih?” Aku pura-pura memasang wajah malas. Meski aku tak memungkiri jika pipiku terasa menghangat. 1
“Oh my ... pipinya jadi blushing.” Dia sontak tertawa. Sementara aku hanya berdecak kesal. 1
Duo saudara sepupu ini memang klop kalau soal meledekiku seperti ini.
“Aku jadi punya konten yang bagus banget biar acara ini makin booming,” kata Agni seraya menatap lurus ke depan. 1
Saat ini lagu Brave itu masih menggema ke sepanjang hall.
I just wanna see you I just wanna see you I just wanna see you I wanna see you be brave
“Kontennya apa coba?”
Dia menoleh. “Lihatnya aja nanti,” jawabnya seraya mengedipkan sebelah matanya. 1
Aku berdecih pelan. Aku tahu sebagai content creator, dia lihai dalam mencari peluang, lalu membuat konten itu menjadi viral.
“Aduh, Ta. Jiwa kejombloanku jadi jumpalitan pas dengerin lagu ini.” Suara seseorang yang baru menyusul belakangan sudah berdiri di sebelah kiriku. “Padahal liriknya nggak soal cinta-cintaan, tapi kenapa aku bisa sebaper ini, sih, Ta? Aku yakin banget lagu ini spesial buat kamu.” 6
Aku kembali mendecih. “Sok tahu. Lagu ini tuh buat mereka yang nggak punya keberanian mengaktualisasikan dirinya. Nggak cuman buat aku,” sungutku pura-pura sebal. 1
Aku tak memungkiri mendengarkan lagu ini seakan menumbuhkan kuncup-kuncup bunga di hatiku. Apalagi ketika sampai di bait, “I wanna see you be brave.” 1
Membayangkan Arion mengatakan kalimat itu kepadaku secara langsung tanpa perantara sebuah lagu membuat bibirku tak kuasa untuk tersenyum. 1
“Ngebantah, tapi senyum-senyum sendirinya.”
“Makanya buruan nikah. Ada calon potensial dianggurin.”
“Calon yang mana, sih?”
“Tuh, yang duduk di pojokan.”
Aku sempat melihat dokter Rio hadir di sini dan dia memilih duduk di kursi paling pojok.
“Dia ... dateng juga ke sini?”
Aku mengerling jenaka. “Dia siapa coba?”
Dia hanya berdecak kesal.
“Ciyeh ... yang merasa kehilangan karena dia dateng ke sini nggak bilang-bilang. Padahal biasanya, cuman kentut aja pake laporan.” 3
“Nggak lucu, Ta.”
“Tapi, aku pernah stalking ke Instagram-nya, ternyata followers-nya udah tiga puluhan ribu. Buat ukuran dokter, dia mayan keren juga sih.”
Davina tak menghiraukanku lagi. Padahal aku dan Agni selalu berusaha mengomporinya agar dia segera menyusul kami. Toh, kulihat dokter Rio juga serius sama dia. 4
Namun, sayangnya untuk membuka hati perempuan cantik ini, tidak mudah. Bahkan, teramat sulit. Mungkin perlu peluru yang jitu untuk menembusnya. Peluru yang sekali tembak, langsung sah! 2
TBC 1
***
Bentar lagi InsyaAllah lebaran, ya. Semoga Ramadhan ini jadi muhasabah buat kita semua. Apalagi Ramadhan ini jadi Ramadhan yang nggak biasa dari tahun sebelumnya. Betapa saat ini kita diuji untuk tetap bersabar dan selalu bisa bersyukur. 1
Semoga wabah ini segera berlalu. Aamiin. 21
Stay safe, stay health ya, Teman-teman! ❤️ 3