Dua Not a Dreaming Marriage (Completed)
novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita, Baca novel online gratis beragam cerita. Temukan aneka novel romance, novel horor, dan novel adult romance. Saat ini novel.goshere.xyz Situs Berbagi Cerita Dua Not a Dreaming Marriage (Completed)
Voments-nya man teman. Happy reading! 😘😘 2
***
Handuk masih tersampir di atas kepala saat aku keluar dari kamar mandi. Baru tiga langkah berjalan, aku membeku. Ada seseorang yang duduk di pinggir ranjang. Saat menoleh ke kiri, seketika aku membeliak. Lelaki berkemeja putih yang lengannya sudah digulung itu tengah menatapku.
Aku kelabakan. Handuk putih itu sampai jatuh ke lantai. Cepat-cepat aku masuk ke dalam kamar mandi, lalu menutupnya rapat.
Dengan bersandar pada pintu, aku mengembuskan napas lega. Selesai resepsi tadi, aku bergegas ke kamar hotel untuk berganti pakaian. Mama yang membantuku. Arion? Selama aku di sini, lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya. Entah dia ada di mana.
Karena badan rasanya lengket sekali, aku memutuskan mandi. Kupikir, Mama masih ada di kamar. Ternyata Mama sudah pergi. Malah, Arion dengan tanpa permisi sudah duduk di pinggir ranjang. Siapa yang nggak terkejut coba?
Seharusnya Mama bilang kepadaku kalau Arion sudah ada di sini. Setidaknya aku sudah menyiapkan hijab sehingga dia tidak sampai melihat auratku. 4
Aku terpaku sejenak ketika menyadari sesuatu. Desisan pelan keluar dari mulut. Kutepuk-tepuk gemas kepala yang serasa melompong ini.
Kenapa aku sampai melupakan Arion yang sudah sah menjadi suamiku? Dengan tingkahku tadi, aku pasti terlihat konyol di matanya.
Bagus, Lovita! Sepertinya kamu pantas mendapat gelar ratu konyol sedunia! Ah, mungkin gelarmu masih ditambah ratu konyol sedunia penuh drama!
Ffuiiih ....
Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskan pelan. Aku harus segera keluar. Tidak mungkin aku bertahan semalaman di sini, kan?
Saat pintu dibuka, mataku tertumbuk pada Arion yang tengah membungkuk untuk mengambil handuk yang tadi terjatuh. Aku hanya berdiri kikuk di depan pintu kamar mandi. Kepalaku tertunduk saat dia menatapku.
Aku sudah berhijab sejak dulu. Ini pertama kalinya dia melihatku tanpa hijab. Aku tidak yakin dia akan terpana. Dengan penampilanku yang lebih mirip gadis remaja seperti ini mungkin malah membuatnya geli sendiri. Rambut lurus sebahu dengan poni menutupi dahi, lengkap dengan daster Hello Kitty berwarna pink. Bukankah aku terlihat seperti perempuan yang tidak ingat umur?
Aku memberanikan diri mengangkat kepala. Arion masih menatapku. Ada tatapan geli dari sorot matanya. Bibir tipis itu juga tampak sedikit tertarik ke atas. 1
Aku berdeham pelan. “Abang ... mau mandi?” Lebih baik aku mengalihkan perhatiannya untuk menanyakan itu ketimbang dia terus memandangku dengan tatapan gelinya.
Jangan heran jika aku sudah memanggilnya “Abang”. Dari dulu, Mama sudah memintaku memanggilnya seperti itu. Ya, meskipun jika kuhitung, mungkin tak lebih dari sepuluh kali karena aku jarang berbicara dengannya.
Dia hanya mengangguk kecil.
“Biar kuambilin bajunya Abang. Tadi, Mbak Indira ke sini bawa tasnya Abang,” terangku sembari berjalan menuju sofa. Tadi, tas hitam itu diletakkan di sofa berukuran double berwarna krem yang berada di sisi kiri ranjang.
“Nggak usah, Ta. Biar aku sendiri saja,” cegah Arion saat aku hendak membuka tas itu.
Segera kuhentikan tindakan—yang kesannya—lancang ini. Aku meringis malu. “Ma-af.” Kenapa aku sampai kepikiran mengambilkan baju Arion padahal hubungan kami tidak dekat? Hanya karena Arion sudah menjadi suamiku, bukan berarti aku bisa bebas membuka tas itu tanpa seizinnya.
“Aku bukannya melarangmu membukanya, Ta. Masalahnya, di sana kan ....” Arion tidak meneruskan kalimatnya. Dia menggaruk rambut hitam yang dipotong pendek belah samping itu pelan. 1
Aku mengernyit ketika menangkap raut Arion yang tampak malu mengatakannya. Tiga detik kemudian aku menyadari kenapa Arion melarangku membuka tasnya. Aiiiish ... kenapa aku bisa sebodoh ini? Tentu saja Arion tidak nyaman jika aku juga mengambilkan .... 1
Sekadar menyebut itu saja, aku merasa pipiku memanas. 2
“Handuknya biar kutaruh ke dalam, Bang.” Aku mengalihkan situasi canggung ini dengan mengambil handuk yang masih dipegang Arion. Handuk itu kutaruh di dekat wastafel.
Saat berbalik menuju pintu, kami berpapasan. Ketika aku hendak ke kiri, dia ke kanan. Saat aku geser ke kanan, dia malah ke kiri. Ini persis seperti adegan klise di dalam novel.
“Kok, Abang malah ikut geser, sih?” protesku sedikit kesal.
Arion tersenyum kecil. “Memang aku sengaja mengikutimu.” Dia berdeham pelan. “Hm, sepertinya ... kamu lupa melepas hangtag-nya,” katanya hati-hati sembari menunjuk ke arah leherku. 1
Aku buru-buru meraba leher. Label baju itu mencuat keluar dari balik kerung leher daster yang kukenakan. Oh my ... mau ditaruh di mana mukaku? Kenapa aku sampai lupa tidak melepas labelnya saat kupakai tadi? Aku memang sengaja mengenakan daster baru, karena tidak mungkin nekat memakai salah satu daster buluk motif Hello Kitty itu di malam pertamaku. Naasnya, itu malah jadi jebakan batman buatku.
“Sini, kubantu lepasin.” Arion mendekat. Aku reflek mundur.
“Biar aku saja,” tolakku dengan tangan terus menutupi label baju.
“Nanti kamu kesusahan.” Arion tidak memedulikan penolakanku. Dengan pelan, dia menurunkan tanganku.
Jarak kami begitu dekat. Aku bahkan bisa mencium parfumnya yang beraroma teh. Aromanya terasa menenangkan. Seakan aku berada di tengah kebun teh ditemani angin sejuk pegunungan. 4
Aku melirik Arion. Jarak wajahnya hanya selisih lima belas senti saja dariku. Dari jarak sedekat ini aku bisa mengamati wajah Arion yang bersih tanpa kumis dan jambang. Tulang hidungnya tidak terlalu tinggi, alisnya juga tidak tebal. Sekilas, Arion bukan jenis pria rupawan seperti dalam dunia fiksi. Tapi, dia memiliki pesonanya sendiri kenapa banyak perempuan menyukainya.
Aku menegang ketika Arion malah memajukan kepalanya. Tali label baju itu ternyata sulit sekali dilepaskan. Seolah label—menyebalkan—itu tak peduli pada degup jantungku yang bertalu-talu. Aku mulai cemas. Kuharap, Arion tidak sampai mendengar detak jantung yang seakan berbunyi seperti suara drum itu.
“Sudah.”
Aku cepat-cepat menggeser tubuh ke arah kiri. “Ma-makasih,” ujarku gugup. Tanpa memandang Arion, aku buru-buru menjauh darinya.
Di dalam novel, adegan seperti tadi seharusnya terjadi ketika sang pria memasangkan kalung berhiaskan berlian mewah ke leher wanita yang dicintainya. Aku jelas tidak menyangka jika di kehidupan nyata, adegan seperti itu bisa saja terjadi karena sang istri lupa melepas label baju yang baru dibelinya. 7
Aku bergegas menuju ranjang lebar berukuran king size yang terletak di sisi kiri. Kusingkap selimut putih itu, lalu membenamkan diri di dalamnya. Rasanya aku tak punya nyali lagi untuk bersitatap dengan Arion. Ya, setidaknya untuk saat ini.
Aku baru membuka selimut yang menutupi wajahku ketika suara gemiricik air terdengar dari dalam kamar mandi. Aku mendesah lega. Kuharap Arion masih lama di dalam sana sehingga aku punya waktu untuk menormalkan degub jantung yang masih berdetak kencang.
Getaran ponsel dari atas nakas mengalihkan perhatianku. Benda segi empat berwarna rose gold itu masih terus bergetar.
Aku meraih ponsel itu. Ada banyak notifikasi dari akun Instagramku. Ulah Agni yang mengunggah foto wefie ke instastories sejam yang lalu rupanya mengundang followers Arion yang sudah berjumlah tiga ratusan ribu itu ramai-ramai menyerbu akunku. Bahkan, postingan terakhir yang hanya endorse baju muslim saja sampai dipenuhi dengan ratusan komentar.
@cikiimut Bukannya @lovitaandirani ini yg dulu pernah viral sok nulis caption basa inggris, e.. gak tahunya salah itu?” 1
@moniccantik Ebusyet ini kan selebgram sok seleb yg bisanya cuman endorse baju doang. Followers baru 80 ribu aja belagu. Sok nerima endorse mulu, pdhl cuman dibayar goceng. 💩💩
@deviaarun Seriously, kak @arionadhitama yang otaknya cemerlang nikah sama si otak buthek kek air comberan macam @lovitaandirani? ðŸ˜ðŸ˜ 1
@lululoli gak rela gue klo kak @arionadhitama nikahnya sama selebgram kw super dodol kek @lovitaandirani 😤😤 1
Aku tak melanjutkan komentar tak berperi netizens julid itu. Air mataku tiba-tiba berlompatan keluar. 1
Tanpa mereka sebutkan pun, aku tahu posisiku.
Aku dan Arion seperti langit dan bumi—bahkan di bagian bumi paling curam. 1
Arion sangat pintar, sementara aku—seperti yang mereka sebutkan—superdodol. Saat duduk di bangku SMA saja, Arion selalu juara umum. Dia juga sering memenangkan lomba olimpiade sains.
Sedang aku?
Hampir semua orang (kecuali keluargaku, keluarga Arion dan sahabat) menyebutku bodoh. Aku baru bisa membaca ketika duduk di kelas tiga SD. Guru-guru sampai harus mendongkrak nilaiku agar naik kelas. 2
Ketika SMP dan SMA pun, aku selalu menempati kelas paling buncit yang hanya diisi oleh murid-murid tidak pintar. Inilah kenapa aku tidak pernah sekelas dengan Agni dan Davina. Kedua sahabatku itu memang tergolong murid yang berotak cerdas.
Tidak cukup sampai di situ saja. Aku bahkan butuh waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan kuliah. Aku baru lulus ketika usiaku menginjak 25 tahun. Itu pun karena Bang Gibran banyak membantuku dalam menyusun skripsi. Padahal aku hanya kuliah di jurusan yang sepi peminat di sebuah universitas swasta. 2
Sedang Arion?
Di usia itu, dia sudah menyelesaikan studi S2 dengan mengambil dua jurusan sekaligus di Stanford University dan Harvard University. Bahkan dia menjadi orang Indonesia pertama dalam program ganda di universitas paling bergengsi di dunia. Hebatnya, dia kuliah dengan beasiswa penuh dari pemerintah. 15
Perbedaanku dengan Arion benar-benar mencolok, bukan? Bahkan, antara aku dan Arion tidak bisa dibandingkan.
Jika setahun setelah lulus, aku masih menganggur—karena tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerimaku, Arion justru sudah mendirikan sebuah perusahaan startup yang bergerak di bidang pendidikan berbasis teknologi. Dalam tiga tahun, aplikasi KelasSeru itu sudah di-download lebih dari sepuluh juta pengguna. Bahkan kini, KelasSeru menjadi aplikasi paling digemari para milenial karena bisa jadi alternatif belajar seru dan menyenangkan di luar pendidikan formal. 25
Kesuksesan KelasSeru tak lepas dari kerja keras Arion sebagai pendirinya. Arion bukanlah anak yang lahir dari keluarga yang sudah memiliki perusahaan besar dan punya cabang di mana-mana. Dia dengan semangat dan tekad juangnya yang tinggi berusaha membangunnya sendiri, mulai dari nol.
Aku mendesah panjang.
Umurku sudah 26 tahun, tapi aku hanya bisa bergaya di depan kamera dengan baju-baju endorse yang bayarannya tak seberapa. Sementara Arion, di usia 28 tahun, dia sudah menjadi CEO dan tiap bulan harus menggaji dua ribu karyawannya. 1
Mengingat kenyataan itu, aku jadi merasa kasihan dengan Arion. Bagaimanapun, dia butuh seorang istri yang bisa diajak sharing soal pekerjaannya, bukan? 1
Sedang aku?
Aku tidak yakin akan mampu mengikuti apa yang akan dibicarakannya. Mungkin aku hanya bisa memasang muka cengo karena tidak nyambung dengan apa yang dia omongkan. 8
Aku tertawa getir.
Pasti sulit bagi Arion ketika dia harus menjalani pernikahan ini. Aku hanya heran, kenapa dia menerima perjodohan ini begitu saja? Seharusnya dengan otak encernya itu dia bisa menyusun rencana untuk menggagalkannya. Bukan malah menikahku seperti ini. Atau ... pernikahan ini adalah salah satu strateginya agar dia bisa bersatu dengan Shenina suatu saat nanti?
Aku terenyak begitu mendengar suara gagang pintu diputar. Tanpa pikir panjang, cepat-cepat kutarik selimut hingga sebatas bahu, lalu berbaring menyamping.
Aku belum siap jika harus berhadapan dengan Arion. Sepertinya berpura-pura tidur akan membantu menyelamatkan mukaku. Toh, dengan pernikahan kami seperti ini, aku tidak yakin jika malam ini akan menjadi malam pertama kami.
Membayangkan itu, kedua pipiku terasa memanas.
Jika di dalam novel, biasanya ada satu malam yang membuat pasangan—yang menikah tanpa cinta—itu melakukan ... hm ... itu .... Lalu, setelah kejadian malam itu, benih-benih cinta perlahan mulai tumbuh. Hingga mereka menyadari perasaan itu. Perasaan saling mencintai satu sama lain sehingga mereka ingin tetap bersama dalam mahligai pernikahan.
Lalu, apa pernikahanku nanti juga akan seperti itu? Akan ada satu malam yang membuat benih-benih cinta mulai tumbuh?
Membayangkan itu, lagi-lagi pipiku terasa memanas.
Deg.
Aku menahan napas ketika sisi ranjang bagian kanan bergerak pelan. Sepertinya Arion sudah berbaring di sampingku setelah mematikan lampu utama—dan menyalakan lampu temaram.
Ini pertama kalinya kami tidur di ranjang yang sama. Apa dia akan memelukku dari belakang seperti dalam adegan novel itu? 1
Atau ... dia malah membelakangiku?
Setengah jam aku diliputi rasa penasaran. Tidak ada adegan pelukan dari belakang. Entah bagaimana posisi tidur Arion. Jika dia menghadap ke arahku, itu artinya dia menginginkan pernikahan ini. Tapi, jika dia membelakangiku ....
Karena terlalu penasaran, pelan-pelan kugerakkan tubuh berbobot sedang ini agar kepalaku bisa menoleh ke arahnya.
Aku termangu.
Arion tidur membelakangiku. 8
Apa itu berarti, dia tidak menginginkan pernikahan ini? 1
Mataku berkabut lagi. Bulir bening itu tiba-tiba keluar dari ujung mata, lalu berleleran mengenai pelipis.
Aku menghapusnya kasar, kemudian berbalik membelakangi Arion.
Tbc
***
Maaf, ya. Molor lagi. Ini jadi part 2 saja karena ternyata itu sudah lebih dari 1600 kata. Part ini malah hampir 2 rb kata.
Untuk sementara, belum bisa sesuai jadwal dulu. Saya masih berusaha menyesuaikan. Jadi jadwalnya nggak tentu. Bisa lebih awal. Tepat atau malah lebih. Semoga saja bisa lebih awal, ya. Hihihi. 3
Cerita Arion - Lovita ini idenya muncul saat saya stalking banyak akun.
Udah tahu sosok Arion ini terinspirasi siapa, ya? Hihihi. Tapi, ada perbedaannya, kok. Justru saya pengin mengkritisi lewat Arion ini. 16
Dan untuk pernikahan Arion - Lovita yang iparnya pada nikah sama saudaranya itu juga terinspirasi dari salah satu selebgram. Tapi, dia nggak--kata netizens julid--sedodol Lovita. Wkwkwk. 5
Kira-kira Arion itu suka nggak sih sama Lovita? 😎 24